visitaaponce.com

93 Korporasi Ubah Strategi Prioritas TI akibat Pandemi

93% Korporasi Ubah Strategi Prioritas TI akibat Pandemi
Ilustrasi(Ilustrasi)

MANAGING Director Telstra Asia Pasifik Marjet Andriesse mengatakan, sebanyak 93% korporasi telah mengubah prioritas teknologi dan informasi (TI) akibat covid-19 baik secara bertahap, signifikan, atau dramatis. Ia mengutip hasil penelitian yang diprakarsai oleh Telstra bertajuk Business Continuity, Flexible Working and Adaptive Infrastructure: Five Actions for When the Economy Reopens Following Covid-19. 

"Pandemi ini telah menunjukkan kepada kita bagaimana bisnis memerlukan teknologi adaptif dan alat kolaborasi yang aman untuk menjamin konektivitas, terutama dalam menghadapi kondisi bisnis yang sulit dan pasar yang terus bergejolak," kata Marjet Andriesse dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu (19/8/2020). 

Ia menambahkan, bisnis di Asia Tenggara dan Australia-Selandia Baru memiliki persiapan yang lebih baik untuk menghadapi pandemi dibandingkan wilayah lain. Korporasi di wilayah tersebut, sambungnya, melihat covid-19 sebagai katalis utama dalam strategi TI. 

Penelitian bersama GlobalData itu mengumpulkan data lebih dari 120 pemimpin bisnis (C-suites) dan pembuat keputusan TI di Asia Pasifik, Eropa, dan Amerika Serikat. Itu dilakukan untuk memberikan wawasan tentang fenomena kalibrasi ulang strategi TI sekaligus memahami tanggapan organisasi atau perusahaan terhadap pandemi.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan korporasi di wilayah Asia Pasifik, Eropa, dan AS sedang memperbarui strategi TI secara menyeluruh, dengan prioritas utama terkait proses kerja jarak jauh (remote). Ini termasuk berbagai inisiatif seperti memastikan karyawan dapat terhubung dengan aman saat mengakses aplikasi dan data.

Dalam penelitian tersebut juga terungkap bahwa hampir satu dari 10 perusahaan tidak memiliki Rencana Kesinambungan Bisnis (Business Continuity Plan/BCP) pra-covid-9. Sementara itu, organisasi-organisasi yang memiliki BCP, hampir sepertiga (29%) tidak memiliki rencana untuk menanggapi peristiwa global yang tidak terduga seperti pandemi. Di Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru (SEA dan ANZ), hanya 22% korporasi yang mengaku memiliki BCP lengkap serta menunjukkan kesiapan untuk menghadapi peristiwa besar, termasuk pandemi.

"Hasil penelitian juga menunjukkan perlunya organisasi bisnis untuk tidak hanya secara signifikan memperluas ruang lingkup BCP, tetapi mengidentifikasi lebih banyak kerentanan dan mempertimbangkan strategi baru untuk mengendalikan risiko yang dapat timbul," imbuhnya 

Menurut dia, solusi konferensi melalui video dan pusat kontak berbasis cloud menjadi beberapa teknologi paling transformatif bagi perusahaan. Saat ini, video menjadi penopang utama kolaborasi di berbagai bidang. Sebanyak 98% responden melaporkan adanya peningkatan kebutuhan akan konferensi melalui video untuk menggantikan pertemuan tatap muka pascapemulihan covid-19.

Direktur Layanan GlobalData Dustin Kehoe mengatakan, sangat menarik melihat tanggapan yang positif terhadap konferensi lewat video. "Meskipun teknologinya selalu tersedia, terjadi perubahan persepsi dari era sebelum dan sesudah covid-19," ujarnya. 

Di sisi lain, lanjut dia, berbagai perusahaan sedang meninjau pendekatan baru untuk keterlibatan pelanggan (customer engagement). Menurut dia, hampir setengah dari responden telah mengadopsi cloud-first contact center strategy untuk meningkatkan kemampuan end to end guna menambah kecepatan dan kelincahan saat melayani pelanggan. 

"Kawasan Asia Utara menunjukkan peringkat penggunaan tertinggi sebesar 57%, diikuti oleh Asia Tenggara dan Australia-Selandia Baru di level 52%," tukas Dustin. 

Dia menambahkan, salah satu prioritas utama TI saat ini adalah mendukung produktivitas tenaga kerja secara remote. Pascacovid-19, kebutuhan jaringan lebih ditentukan dari sisi software-defined, cloud-ready, lebih otomatis dan fleksibel.

"Sentimen ini sangat kuat disuarakan oleh responden dari Eropa, Asia Tenggara, dan Australia-Selandia Baru. Sebanyak 77% responden di Singapura, Malaysia, Filipina, Australia, dan Selandia Baru, menetapkan ketangguhan dan keamanan TI untuk kelangsungan bisnis sebagai prioritas utama," paparnya. 

Untuk itu, mereka gencar berinvestasi dalam alat unified communications and collaboration, termasuk konferensi melalui video untuk berkolaborasi secara remote, mempercepat adopsi cloud, dan mencari solusi TI yang mampu menggabungkan otomatisasi dan digital tools. (RO/A-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irvan Sihombing

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat