visitaaponce.com

Tren ChatGPT dari Perspektif Neurosains, Menguntungkan atau Merugikan

TREN kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) mulai menjajaki berbagai platform. Salah satu yang kerap diperbincangkan akhir-akhir ini adalah ChatGPT yang rilis November 2022 lalu.

Teknologi ini disebut mampu membantu manusia untuk menyelesaikan berbagai tugas literasi, seperti menjawab pertanyaan dan menulis teks. Kehadirannya berdampak besar di dunia pendidikan.

Berry Juliandi, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University menjelaskan dari perspektif neurosains, AI memiliki dampak positif dan negatif. Sebagai mesin yang mampu membuat keputusan dan memecahkan masalah, AI dapat dimanfaatkan untuk berbagai bidang.

“AI dapat meningkatkan pengetahuan, mengetahui cara kerja otak manusia yang dapat dipilah melalui komponen AI. Misalnya proses kognisi dan kerja memori,” terangnya seperti dikutip dari laman IPB University.

Baca juga : ChatGPT Bukti AI Semakin Mendominasi

Untuk Pengobatan Penyakit

Tidak hanya itu. Ia melanjutkan, AI juga dapat dimanfaatkan untuk mencari pengobatan berbagai penyakit saraf seperti depresi, kecemasan, alzheimer dengan menganalisa aktivitas otak dan mencari pola yang berkaitan dengan penyakit tersebut,” tambahnya.

Sebenarnya, lanjutnya, AI dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan fisik manusia. Negatifnya, penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan bahkan membuat berita palsu atau misinformasi.  

Menurutnya, perkembangan otak anak-anak yang sudah terekspos dengan teknologi secara kognisi akan lebih maju. Kemampuan kognitif lebih tinggi, waktu reaktif kemampuan visual spasial tinggi, serta kemampuan memecahkan masalah lebih tinggi. Stimulasi sejak dini oleh teknologi akan membuat jaringan otak lebih berkembang.

“Kemampuan komunikasi digital akan lebih tinggi. Namun komunikasi sosial secara langsung akan menurun bila tidak dilatih. Kemampuan atensi juga lebih rendah,” katanya.

Anak-anak dapat diajak untuk bermain di alam bebas seperti memancing, merenung, membaca buku sambil mengobrol tanpa gadget untuk mengurangi dampak negatifnya. Cara ini dapat mengimbangi dampak negatif sekaligus meningkatkan kemampuan sosial anak.

“Ditambah dengan manajemen waktu yang baik dan membatasi diri untuk tidak menggunakan gadget di waktu-waktu tertentu,” terangnya.  

Ia menambahkan, kelebihan individu yang sudah sering terekspos AI akan membuat anak lebih mampu memecahkan masalah yang kompleks. Selain itu kemampuan membuat keputusan lebih tinggi dengan prediksi dan informasi bantuan dari AI. Literasi digitalnya juga tinggi karena dapat menggunakan AI secara efektif.

“Peluang kerja juga lebih tinggi karena kini industri sudah mulai mengadopsi AI dalam proses bisnisnya. Sehingga membutuhkan sumberdaya manusia dengan literasi teknologi tinggi,” imbuh Dosen IPB University dari Departemen Biologi FMIPA ini.  

Ia menjelaskan, individu yang terekspos AI juga memiliki kepercayaan kuat terhadap teknologi. Teknologi selalu diandalkan dalam pemecahan masalah. Di samping itu, akan lebih mudah beradaptasi dengan perkembangan teknologi di masa depan.

Sedangkan di dunia pendidikan, katanya, waktu yang tepat untuk memperkenalkan AI kepada siswa dan mahasiswa tergantung dari tujuannya. Bila luarannya untuk menjadi ahli di bidang AI, sejak dini, aktivitas anak dikaitkan dengan konsep logika, data analisis dan prediksi melalui permainan. Kemampuan ini ditingkatkan mulai sekolah menengah hingga kuliah melalui pengetahuan pembuatan algoritma aplikasi berbasis AI.

Namun, katanya, tantangan bagi peserta didik dan tenaga pendidik akibat hadirnya AI khususnya ChatGPT juga beragam. Penggunaan AI memiliki potensi untuk pendidikan yang berkaitan dengan empati dan interaksi sosial. Tenaga pendidik harus lebih kreatif untuk menyusun aktivitas dan tugas yang berkaitan dengan teknologi AI dan interaksi sosial.

“Dengan pemberian tugas berbasis kegiatan sosial, penggunaan chatGPT akan sangat minim.  Penggunaan ChatGPT dapat digunakan untuk menguji dan mengajak siswa agar mau membaca dan mengulang materi tanpa disadari,” ungkapnya.

Demikian pemaparan pakar mengenai ChatGPT yang fenomenal. Siapkah Anda mencobanya? (Z-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat