visitaaponce.com

Indonesia Ingin Satelit Kecil untuk Tujuan Damai

Indonesia Ingin Satelit Kecil untuk Tujuan Damai
Tim Surya Satellite-1 menunjukkan gambaran desain satelit nano atau cubesat buatannya sebelum peluncurannya di Jakarta (21/6/12022).(ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

INDONESIA mengangkat keberhasilan peluncuran satelit nano pertama buatan mahasiswa Indonesia pada 6 Januari 2023 (Surya Satellite-1/SS-1). Kabar baik itu diungkapkan Indonesia pada pertemuan Sesi ke-62 Sub-Komite Hukum PBB Penggunaan Antariksa untuk Maksud Damai (LSC UNCOPUOS), Wina, Austria, Selasa (28/3).

Dalam pernyataan resmi yang dibacakan Kuasa Usaha Sementara Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Wina, A. Alfiano Tamala, Indonesia juga mengapresiasi Badan Eksplorasi Luar Angkasa Jepang (JAXA) dan Kantor PBB urusan Antariksa (UNOOSA) atas dukungannya dalam peluncuran satelit ini.

"SS-1 merupakan student satellite Indonesia pertama yang dikembangkan dan dilepaskan dengan dukungan KiboCube, sebuah Modul percobaan Jepang, yang saat ini merupakan satu-satunya modul yang digunakan untuk meluncurkan satelit dari International Space Station," katanya dalam keterangan resmi, Selasa (28/3).

Baca juga: Satelit Komunikasi Buatan Anak Muda Indonesia Masuk Orbit 

SS-1 dilengkapi dengan Automatic Package Reporting System (APRS) yang akan berkomunikasi dua arah dengan bumi dengan frekuensi radio amatir. Saat ini, Pemerintah Indonesia telah memiliki satelit kecil seperti antara lain LAPAN-A-1, LAPAN-A-2 (Orari) dan LAPAN A-3.

LAPAN-A-2 misalnya, kata dia, telah beroperasi sekitar 7 tahun dan berfungsi memonitor bumi, pelayaran, keperluan komunikasi dan riset, serta penanganan situasi darurat saat bencana. Satelit ini juga digunakan untuk keperluan jaringan radio amatir sejumlah negara di garis khatulistiwa.

Baca juga: BRIN Luncurkan Satelit Nano Karya Anak Bangsa ke Orbit

Menurut dia satelit nano dapat didesain untuk mengumpulkan data bencana alam dan alat komunikasi laboratorium, perusahaan dan radio amatir di wilayah Indonesia. Satelit juga diharapkan dapat dimanfaatkan untuk melacak posisi kendaraan, pendaki gunung, kapal nelayan dan hotspot kebakaran hutan.

"Sebagai negara kepulauan di garis khatulistiwa, Indonesia memiliki kondisi geografis khusus sehingga perlu terus mengembangkan dan memanfaatkan teknologi satelit kecil. Teknologi tersebut berguna dalam menunjang konektivitas berbagai daerah dan penduduk Indonesia, khususnya di wilayah terpencil," paparnya.

Selain itu, lanjut dia, Indonesia juga menggarisbawahi pentingnya pengaturan internasional pengoperasian satelit kecil, mengingat permintaan dan pengembangan satelit ini semakin meluas.

Pada kesempatan yang sama, Indonesia juga menyoroti semakin banyaknya satelit mikro dan mega konstelasi yang memenuhi orbit dan atmosfer dan ajukan perlunya pembahasan mengenai jaminan akses dan penggunaan orbit dan spektrum secara rasional dan adil dan perlunya suatu sistem untuk menghindari interference dan risiko tabrakan (collision).

Indonesia memandang perlunya fasilitasi dan registrasi satelit mega konstelasi serta koordinasi internasional, dan keterbukan informasi dan data mengenai space situational awareness activities. Sesi ke-62 Sub-Komite Hukum Sub-Komite Hukum PBB Penggunaan Antariksa untuk Maksud Damai berlangsung di Kantor PBB Wina, Austria hingga 31 Maret 2023 dan dihadiri seluruh negara anggota UCOPUOS, peninjau (observer) dan berbagai organisasi internasional.

Delegasi Indonesia terdiri dari Indonesian Space Agency Secretariat (INASA) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kementerian Luar Negeri dan KBRI di Wina. (Cah/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat