visitaaponce.com

Kecerdasan Buatan tidak Akan Bisa Kalahkan Kecerdasan Manusia

Kecerdasan Buatan tidak Akan Bisa Kalahkan Kecerdasan Manusia
Ilustrasi kecerdasan buatan(Freepik.com)

DEKAN Fakultas Ilmu Komunikasi dan Bisnis Media Universitas Ciputra Surabaya Burhan Bungin mengungkapkan, kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) tidak dapat menggantikan kecerdasan manusia sampai kapanpun. 

Wacana tentang ancaman pekerjaan manusia yang akan digantikan AI selama ini menurutnya hanya akal-akalan produsen teknologi itu sendiri.

"Saya katakan bahwa itu hanya propaganda kapitalisme untuk menjual teknologi yang mereka ciptakan sendiri. Karena kecerdasan buatan ini tidak akan bisa menggantikan kecerdasan manusia," kata Burhan, Jumat (11/8).

Baca juga : KeyReply Terapkan Kecerdasan Buatan untuk Interaksi Pasien di RS Krakatau Medika 

Ia mengungkapkan, telah mengamati perkembangan AI sejak 23 tahun lalu. Bahkan, ia sudah memprediksi bahwa AI merupakan sebuah konsekuensi yang harus dihadapi dari perkembangan teknologi yang diciptakan manusia.

Mengenai teknologi jejak digital, ia menegaskan hal itu pun tidak bisa menjadi modal untuk membuat teknologi lebih unggul dibandingkan dengan otak manusia. Selama manusia tidak menciptakan teknologi, teknologi tidak bisa melakukan regenerasinya sendiri.

Baca juga : Amazon Ingin Kembangkan AI Generatif

"Manusia lebih pandai dari teknologi, bukan teknologi yang lebih pandai dari manusia," tegas Burhan.

Pada kesempatan itu, Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Antonius Benny Susetyo menegaskan AI tidak boleh sampai menjadi tuan dari manusia. Karena pada dasarnya, AI merupakan buatan manusia.

"Seyogyanya, AI itu teknologi, itu alat dan sarana. Tetapi saat manusia tunduk kepadanya, kita akan menjadi alat mereka, kita dijajah teknologi dan menjadi manusia satu dimensi," tuturnya Benny.

"Yang mengerikan adalah, AI digunakan untuk menyetir manusia, memanipulasi kemampuan manusia, agar mencapai tujuan dari pemilik dan pengatur AI tersebut," lanjutnya.

Pakar komunikasi politik ini memberikan peringatan terkait penggunaan AI di tengah masa kampanye yang sedang dilalui Indonesia, menjelang tahun politik 2024. 

Ia menilai bahwa AI bisa saja menggiring perspektif masyarakat dan mendikte. Terlebih lagi, belum ada perundang-undangan yang mengatur AI di Indonesia.

"Harusnya, ada etika dalam AI, tapi AI adalah buatan manusia, tidak punya hati nurani. Semua tergantung operatornya, kalau kemudian manusia operator ini tidak menghiraukan hati nuraninya, ini yang menjadi masalah," sebutnya.

Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP ini menyampaikan imaginasi palsu bisa dibangun dengan mudahnya, dan membuat berita-berita yang kredibel pun menjadi abu-abu. 

"Konten-konten yang AI buat bisa menyetir manusia, tergantung dari si pemilik kapital AI tersebut. Nilai demokrasi menjadi rusak dan berubah menjadi oligarki: negara dikuasai oleh pemilik modal,” ujarnya.

Dia pun menyampaikan pesan terkait AI di Indonesia. Ia menilai AI harus digunakan dengan hati nuani, agar bisa bermanfaat bagi masyarakat. 

"Jangan remehkan, AI memang buatan manusia, maka tergantung manusia penggunaannya. Kecerdasan buatan ini, jika digunakan tanpa hati nurani manusia, akan mengendalikan dan merusak tatanan nilai masyarakat," pungkas dia. (Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat