Sejengkal A Little Twist, Kisah Stigma Gender dalam Dunia Tenun
![Sejengkal (A Little Twist), Kisah Stigma Gender dalam Dunia Tenun](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2021/05/44e759733ca09a1676abb52883dd8dc5.jpeg)
Tenun merupakan salah satu seni tradisi yang mengakar di banyak kultur, termasuk di Indonesia. Biasanya, aktivitas itu lebih banyak dilakukan kaum perempuan. Nah, apa yang terjadi jika laki-laki pun ingin turut menenun, terutama jika ia berada di lingkungan yang menganggap menenun adalah pekerjaan perempuan semata.
Film pendek berjudul Sejengkal (A Little Twist) yang kini tengah tayang di kanal Youtube Motion Capture Indonesia mengetengahkan situasi tersebut.
Berlatar tempat di Pulau Semau, NTT, Sejengkal (A Little Twist) bercerita tentang Menas, seorang anak laki-laki yang ingin menuntaskan kain tenunan mendiang mamanya. Namun, untuk melakukan itu, ia harus menghadapi stigma gender yang melekat dalam budaya tenun di sekitarnya.
Film yang disutradari oleh Arie Oramahi ini menyangkut kesetaraan gender dalam pelestarian kekayaan budaya dan dirilis bertepatan dengan Hari Keragaman Budaya untuk Dialog dan Pembangunan Sedunia yang jatuh pada hari ini.
Isu budaya tenun diangkat dalam karya kolaboratif GEF SGP Indonesia, Terasmitra, dan Motion Capture Indonesia, sebagai upaya melestarikan budaya tenun yang seharusnya melibatkan banyak orang dalam semua gender.
"Mengangkat budaya dan stigma juga. Harus ada peranan dan kerja sama semua orang, laki-laki dan perempuan, dalam melestarikan budaya tenu," ujar Santirta Martendano, scriptwriter sekaligus DOP film pendek Sejengkal, dalam siaran pers, Jumat (21/5).
Sementara itu, Arie mengatakan, melalui film ini, dia ingin mengajak generasi muda untuk melestarikan budaya-budaya bangsa, seperti tenun, yang saat ini lebih banyak dilakoni oleh wanita berusia lanjut.
Bukan hanya mengusung budaya tenun dari belahan timur Indonesia, Sejengkal juga melibatkan warga lokal dalam proses pembuatan film yang dilakukan di masa pandemi tersebut.
"Hal unik di produksi film ini, kita megajak warga di sana untuk membuat produksi film. Sekitar 50% syuting dan 50% lagi workshop buat teman-teman di sana. Terimakasih buat teman-teman di Kupang yang membantu kita selama produksi," kata Arie.
Arie mengungkapkan, warga-warga lokal sangat antusias terhadap workshop tentang perfilman tersebut. Dengan keikutsertaan warga lokal dalam produksi film ini diharapkan dapat melahirkan sineas-sineas baru dari daerah NTT. (M-2)
Terkini Lainnya
Diikuti Delegasi 31 Negara, Ribuan Warga Padati Festival Asia Afrika di Bandung
Jawa Barat Dorong Pengembangan Potensi Wisata di 27 Kabupaten Kota
Tradisi Ruwat Agung Samin Klopoduwur Blora Resmi Diakui Negara
Apa Itu Weton Tulang Wangi? Simak Penjelasan dan Kombinasinya
Gandeng Kapal Wisata, Sudamala Resorts Promosikan Potensi Pariwisata Lombok
2 Kesenian Tradisional Sumedang Ditetapkan sebagai Warisan Budaya tak Benda
Erupsi Gunung Lewotolok Jangkau 500 Meter di Luar Kawah
Pascapandemi, Nilai Investasi di DPSP Labuan Bajo Capai Rp1 Triliun
Piutang PDAM Wae Mbeliling Tembus Rp2 Milliar, ini Rinciannya
Sepuluh Siswa SMK di Lembata Ikuti Program Magang ke Jepang
Duel Maut di Lembata, Polisi Tahan Pelaku
Rayakan HUT Bhayangkara, Anggota Polda NTT dan TNI Terima Hadiah Handphone dari Kapolda
Kiprah Politik Perempuan dalam Pusaran Badai
Manajemen Sekolah Penghalau Ekstremisme Kekerasan
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Program Dokter Asing: Kebutuhan atau Kebingungan?
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap