visitaaponce.com

Cerita Art Therapy Hingga Tsunami Aceh Jadi Karya Mahasiswa ESMOD Jakarta

Cerita Art Therapy Hingga Tsunami Aceh Jadi Karya Mahasiswa ESMOD Jakarta
Imelda NG bersama rancangan busananya(MI/Nike Amelia Sari)

ESMOD Jakarta menggelar Jury Day pada 22 Agustus 2023 di ESMOD Jakarta, Jakarta Selatan. Jury Day 2023 yang menggandeng 41 juri profesional di berbagai bidang ini menjadi ajang unjuk karya terbaik bagi mahasiswa ESMOD Jakarta.  

Jury Day merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi dan berkaitan dengan acara "ESMOD Jakarta Creative Show" yang selanjutnya akan dilaksanakan pada bulan November dalam bentuk showcase dan pameran.

Acara tahunan ini bertujuan sebagai sarana bagi para mahasiswa ESMOD Jakarta untuk bertemu langsung dengan para profesional di industri kreatif untuk mempresentasikan dan mendiskusikan tugas akhirnya serta mendapatkan wawasan dan koneksi baru.

Total para mahasiswa yang menampilkan karya yakni 81 orang. Untuk program studi Fashion Design and Creation fokus pada penggabungan aspek desain kreatif dan keterampilan teknis dengan merealisasikan visi desain ke dalam garmen yang dibangun melalui draping, cutting dan sewing serta akan menghasilkan koleksi pakaian dan aksesoris di berbagai domain industri fesyen, yang berspesialisasi dalam sektor pasar tertentu.

Baca juga: Jury Day 2023 Gandeng 41 Profesional untuk Nilai Karya Mahasiswa Esmod

Dalam program studi ini terdapat 5 spesialisasi yang bisa diambil yaitu Children's Wear & Juniors, Lingerie & Body Wear, Urban & Tailor, Nouvelle Couture/Lux, Emerging Designers.

Imelda NG, mahasiswa studi Fashion Design and Creation ikut menampilkan koleksinya bertajuk Echophrenia. Koleksi Echophrenia mengambil inspirasi dari lukisan ikonik "Starry Night", yang memadukan keakraban karya seni Van Gogh dengan "Asemic Writing" karya pasien dari Rumah Sakit Soeharto Heerdjan.

"Di koleksi ini aku lagi nyeritain art therapy. Jadi aku ngambil dua subjek, subjek masa lalu dan masa sekarang. Dengan menggabungkan keduanya itu, aku bikin koleksi ini," ungkap Imelda, saat ditemui di booth-nya di ESMOD Jakarta, Selasa (22/8).

Setiap karya menceritakan kisah penerimaan yang menarik, di mana kedua individu merangkul kehidupan unik mereka dan menyalurkan pengalaman mereka ke dalam karya seni yang kuat.

Koleksi Imelda terdiri dari 4 looks. Pertama ialah Psyche Canvas, yang menggambarkan terapi seni sebagai sarana untuk mengekspresikan masalah kesehatan mental. Lalu, ada Ethereal Stroke berupa ansambel macramé, yang terinspirasi oleh "Starry Night" karya Van Gogh, menampilkan karya macrame yang membentuk atasan busana yang feminin dan indah, yang dipadukan dengan rok gorden berwarna biru tua yang flowy.

Kemudian, Enigmatic Impression, dengan perpaduan busana macrame dengan kain biru yang dilengkapi dengan dengan bagian penutup kepala yang menyambung dengan busana. Tudung kepala, struktur makramé, dan lengan panjang melambangkan perjalanan menemukan identitas artistik. Macramé yang menyerupai jaring menjadi representasi visual yang mengharukan dari keterikatan mereka dalam diri mereka sendiri.

Terakhir, Metamorvision. Busana kain yang dipadukan dengan macramé dan dilengkapi dengan sayap akrilik dengan motif menarik menjadi daya pikat di metamorvision. 

"Aku pakai akrilik karena biar bisa terlihat dari segala sisi dan terlihat cantik. Macramé-nya aku menggunakan look kedua sama ketiga," papar Imelda, saat ditemui di booth-nya.

Strategi Bisnis Kreatif

Program studi selanjutnya ialah International Fashion Business bertujuan untuk menciptakan keterampilan kewirausahaan melalui pemilihan dan penerapan strategi bisnis fesyen kreatif yang tepat, menganalisis berbagai faktor yang memengaruhi bagaimana bisnis fesyen beroperasi, rencana bisnis yang akan berupa kombinasi antara analisis tren, pengembangan produk, dan proses pengambilan keputusan yang strategis.

Mahasiswa yang mengambil studi ini ialah Calista Felim. Pada Jury Day 2023, ia membuat rencana bisnis produk parfum dari dua merek lokal yaitu jenama Toton dan parfum lokal Alien Objects, sehingga menghasilkan rancangan produk parfum dengan merek Toton for Alien Objects.

"Aku bikin parfum dari Toton dan Alien Objects. Aku tertarik bikin koleksi ini karena aku melihat industri lokal itu lagi naik-naiknya baik beauty, skin care, termasuk parfum. Terus aku mikir apa celah baru yang ada di market ini, aku mikir belum ada brand Indonesia yang terjun ke dunia parfum. Padahal parfum dan fesyen itu koneksinya dekat," ungkapnya saat ditemui di booth-nya.

"Secara emosional, bau wewangian itu sangat personal. Kalau misalnya kita cium wanginya kita ingat experience, moment, orang. Nah itu juga provide opportunity untuk brand-brand fesyen untuk connect sama customernya," tukasnya.

Kisah Tsunami Aceh

Lalu, One Year Fashion Design and Pattern Making merupakan program intensif bagi mereka yang ingin melanjutkan pendidikan mode dalam waktu singkat selama kurang lebih satu tahun, mahasiswa akan mempelajari teori-teori fesyen secara mendalam melalui sistem pembelajaran yang komprehensif. Dari program studi ini, para mahasiswa akan menghasilkan mini collection yang menggabungkan desain, pola, menjahit, dan tekstil, dengan menerjemahkan visi dan konsep mereka ke branding moderat.

Salah satu mahasiswi di program ini ialah Cut Dayini Ramadhana. Ia menampilkan karya busana dengan tajuk The Tsunami Acrimony dari mereknya bernama DDay Studio. 

"Koleksi aku tentang tsunami Aceh karena aku orang Aceh. Aku pilih tema ini untuk mengenang kejadian tersebut. Jadi di koleksi aku ada dua fase, ada yang sebelum tsunami, lalu ada setelah tsunami," ungkapnya.

Dalam koleksi baju siap pakainya tersebut, ia menggunakan shibori, yaitu teknik pewarnaan kain yang mengandalkan ikatan dan celupan.

"Awalnya semuanya dari kain putih terus aku dye. Jadi aku pakai cetakan-cetakan dari stik es krim, sumpit, dan lainnya atau aku ikat," ucap Cut Dayini saat ditemui Media Indonesia di booth Dday Studio.

Untuk menciptakan pewarnaan yang sesuai, Dayini harus memilih bahan yang cukup mudah menyerap warna. Dalam koleksinya tersebut, ia menggunakan bahan katun dan organdi silk. Ada 4 total looks yang dibuatnya berupa atasan, bawahan, rok, dan lainnya.

Dayini mengatakan mengambil studi di ESMOD membantunya dalam mengembangkan kemampuan di ranah fesyen.

"Sebenarnya aku di awal banget itu gak bisa jahit, gak bisa apa-apa. Aku bener-bener nol banget. Semua teacher-nya ngebantuin sampai aku bisa, memang selalu disuruh realisasiin," paparnya. 

Salah satu juri, Kesya Moedjenan, melihat ide-ide menarik berhasil dikembangkan oleh para mahasiswa menjadi karya dan ditampilkan di Jury Day 2023.

"Anak-anak ini idenya bagus-bagus menurut aku. Aku excited karena idenya baru-baru dan seru-seru yang gak terpikirkan," kata Kesya yang merupakan Fashion Stylist.

Ia berharap kreativitas mahasiswa semakin meningkat.

"Harapannya (para mahasiswa) semakin kreatif. Aku senang untuk tahun ini lebih beranekaragam, warnanya lebih colorful. Kalau dulu (tahun-tahun sebelumnya) lebih dark," tukasnya.(M-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat