visitaaponce.com

Borobudur Writers and Cultural Festival Beri Penghormatan untuk Edi Sedyawati

Borobudur Writers and Cultural Festival Beri Penghormatan untuk Edi Sedyawati
Flyer kegiatan Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) untuk menghormati almarhumah Edi Sedyawati, mantan Dirjen Kebudayaan(dok: BWCF)

Almarhumah Prof. Dr. Edi Sedyawati, mantan Direktur Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (1993-1998) adalah sosok intelektual yang memiliki banyak dimensi pemikiran.

Dia adalah seorang arkeolog yang mumpuni, seorang pengamat tari (dan juga penari) yang luas pengetahuannya akan karya tari baik tradisi maupun modern, serta seorang birokrat kebudayaan yang memiliki pengaruh sangat besar dalam kebijakan-kebijakannya. Di zamannya, seni dan kebudayaan seolah menjadi roh, bagian dari jiwa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.   

Edi wafat pada 11 November tahun lalu dalam usianya yang ke 84 tahun. November tahun ini adalah setahun meninggalnya mantan pengajar di Fakultas Ilmu Budaya (dulu fakultas sastra) Universitas Indonesia dan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini .

Untuk memperingati setahun kepergiannya, panitia Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) bermaksud menyelenggarakan  sebuah festival yang merayakan pemikiran Edi Sedyawati. Sejumlah acara, mulai dari pidato kebudayaan, launching buku, dokumenter, kuliah umum, bazar buku, serta workshop yang berkaitan dengan dunia arkeologi dan tari yang digeluti almarhumah, hingga pergelaran seni pertunjukan dan sastra akan dilaksanakan selama 5 hari (23-27 November) di kampus Universitas Negri Malang.

Alasan mengapa lokasi BWCF tahun ini dilaksanakan di Malang, menurut Seno Joko Suyono, panitia penyelenggara BWCF seperti tertera dalam keterangan resminya, lantaran  disertasi Edi Sedyawati berkenaan dengan arca-arca Ganesha yang ditemukan dari sekitar Malang, Kediri, dan Singosari. Sellain itu, dengan diadakannya BWCF 2023 di Malang,  tribute dan penghormatan terhadap almarhum Prof. Dr. Edi Sedyawati menjadi sangat kontekstual. 

BWCF sendiri adalah sebuah festival tahunan yang selalu berusaha menonjolkan relevansi pemikiran-pemikiran mengenai Busantara dalam kehidupan. Dalam 12 tahun perjalanannya, BWCF selalu mengangkat kajian-kajian serius tentang topik tertentu dalam khazanah Nusantara.

Dalam setiap penyelenggaraanya, BWCF selalu mendatangkan puluhan pakar lintas disiplin dari arkeologi, sejarah, antropologi , sampai filologi.  “Diharapkan dengan adanya forum ini, kekayaan pemikiran Nusantara dapat terangkat kembali dan dikenali oleh khalayak luas termasuk generasi milenial,” ujar Seno. (M-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat