visitaaponce.com

Persaingan Ciptakan Kopi Tubruk Terbaik dalam Tarung Tubruk

Persaingan Ciptakan Kopi Tubruk Terbaik dalam Tarung Tubruk
Kompetisi membuat kopi tubruk terbaik, Tarung Tubruk, di Festival Kopi Nusantara, Media Indonesia, Jakarta, 3 Februari 2024.(Dok. MI/Adam Dwi)

BELASAN pegiat kopi beradu skill menciptakan kopi tubruk terbaik dalam kompetisi bertajuk Tarung Tubruk. Acara tersebut dihelat di hari terakhir rangkaian Festival Kopi Media Indonesia, Sabtu (3/2).

Sigit, salah satu juri perwakilan dari Koperasi Olah Prima Indonesia (KOPI) menyebut kompetisi tubruk cukup menantang karena para profesional di bidang kopi terbiasa menggunakan manual brew V60 untuk metode penyeduhan. Untuk itu, yang dicari adalah karakteristik secara kompleks dari sebuah seduhan.

"Karena tubruk jadi kita pake beans-nya robusta. Kalau di manual brew kita sudah paham bahwa yang dicari adalah sisi clarity, intensitas, balance, variabel, maupun parameternya. Tapi di tubruk ini lebih kompleks," kata Sigit kepada Media Indonesia, Sabtu (3/2).

Baca juga : Kopi Fest Indonesia 2023 Siap Kunjungi Empat Kota Besar di Indonesia

Menurutnya, selama ini orang berpikir bahwa tubruk hanya perihal seduh langsung pakai air panas. Namun pada dasarnya, penyeduh tubruk bisa memaksimalkan karakteristik tubruk sendiri, yaitu dengan grind size-nya, metode seduhnya.

"Karena ada macam-macam yang sifatnya sekarang ini hybrid ataupun yang reguler. Artinya bisa di-blooming dulu dengan suhu sekian, baru mulai diseduh dengan suhu agak lebih tinggi, atau reguler dari awal," jelasnya.

Bahan grind size-nya pun punya karakter tersendiri, ada yang lebih halus, lebih kasar, atau sesuai dengan karakter dalam seduhan.

Baca juga : Kopi Berselera Tinggi

"Tapi dari semua itu apa yang dicari? Yaitu kompleksitasnya. Jadi benar-benar rasa yang keluar semuanya itu balance dan tidak ada yang lebih dominan tapi tetap tidak menghilangkan karakteristik dari beansnya sendiri," kata Sigit.

Kebanyakan peserta yang hadir adalah kalangan profesional di bidang kopi. "Sebelumnya mereka ada yang juara di manual brew, ada yang memang profesional, bahkan mempunyai sertifikat terlisensi," ujarnya.

Namun, kata Sigit, membuat kopi tubruk ini merupakan hal yang baru bagi mayoritas para peserta tersebut. Artinya peserta harus mengulik hingga menganalisa karakter beansnya yang akan diseduh.

Baca juga : Festival Kopi Media Indonesia 2024 Konsisten Angkat Kopi Nusantara

"Tapi pada dasarnya mereka sudah coba itu di rumah dengan metode cupping, jadi dasarnya sudah ada. Inilah yang memberikan pengalaman baru bagi mereka dan juga pencapaian mereka terkait dengan tubruk tadi," katanya.

Anna, perempuan barista dari Stephian Coffee Artisan Indonesia menyabet juara pertama dan berhak mendapatkan uang Rp1.250.000. Ia mengaku kaget karena tidak terbiasa membuat tubruk.

"Aku sih gak nyangka soalnya aku cewek satu-satunya yang bertahan di kompetisi tubruk. Sebelumnya gak pernah bikin tubruk kalau lagi di kedai. Aku selalu bikin V60 kalau enggak kopi es-esan yang lain," ungkapnya.

Baca juga : Menjelajahi 21 Varian Kopi dari Sabang sampai Merauke di Festival Kopi Nusantara

Ia sendiri baru jadi barista selama 6 bulan. Saat ini ia mengelola kedai kopi Stevian Coffee Artisan bersama pasangannya yang seorang roastery.

Baginya membikin tubruk cukup menantang. "Menantangnya karena dari biji kopinya robusta. Karena robusta itu rasanya dominan pahit. Jadi saya merasa tertantang karena kopi yang saya gak suka dijadikan bahan untuk kompetisi," kata Anna.

Ia membocorkan trik yang dipakainya hingga memenangkan kompetisi tersebut. "Saya bikin kayak kalau saya bikin flat bottom, itu alat yang biasa saya pakai di kedai, zig-zag," ungkapnya.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat