Mengeruk Untung sekaligus Menyelamatkan Depok Kota Belimbing
![Mengeruk Untung sekaligus Menyelamatkan Depok Kota Belimbing](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/05/11bdd780712bf5ad3bde791ba716d83c.jpg)
Depok Kota Belimbing bukanlah sekadar julukan. Secara harfiah, di Depok memang banyak kebun belimbing, setidaknya sampai satu dekade yang lalu.
Maraknya pembangunan infrastruktur, baik jalan tol maupun perumahan, membuat keberadaan buah dengan nama latin Averrhoa Carambola itu semakin tergerus. Berdasarkan data Pemerintah Kota Depok, pada 2006, produksi belimbing di wilayah itu mencapai 3.000 ton. Sementara, pada 2022, Badan Pusat Statistik mencatat produksi hanya tinggal 2.200 ton.
Kendati demikian, di tengah maraknya pembangunan daerah, ternyata masih ada beberapa warga yang terus berjuang, berupaya menyelamatkan belimbing supaya tetap exist di Depok. Salah satu dari sekian orang itu adalah Atmaja.
Baca juga: Pinjaman Modal Usaha di BRI Bisa Cair dalam Sehari
Menetap di daerah Limo, Atmaja mengaku memiliki 56 pohon belimbing. Beberapa pohon bahkan berdiri megah di halaman rumahnya. Pohon-pohon itu tinggi menjulang, membuat huniannya begitu sejuk karena tertutup dedaunan.
Atmaja tidak sendiri dalam membudidayakan belimbing. Ia tergabung dalam Kelompok Tani Tunas Mekar Dua yang beranggotakan 16 orang. Mereka kerap saling membantu baik dalam proses produksi maupun pemasaran.
Baca juga: Kerak Telor Bang Ishak Siap Raup Puluhan Juta di PRJ
Atmaja mengaku seluruh tanamannya bisa berbuah minimal tiga kali dalam setahun. Jika cuaca baik, panen bisa mencapai lima kali setahun. Setiap panen, jumlah buah yang dihasilkan bervariasi. Namun, angka terbesar bisa menyentuh 1,5 ton.
“Paling banyak itu biasanya 1,5 ton. Tapi saat panen berikutnya akan turun karena puting buahnya tidak bisa langsung berbunga lagi,” tutur Atmaja kepada Media Indonesia.
Setelah panen, ia selalu menjual sebagian besar belimbingnya kepada pengepul. Setiap kilogramnya dihargai Rp18.000 hingga Rp20.000.
Artinya, dalam sekali panen di masa puncak, Atmaja bisa mengantongi Rp30 juta.
Menjadi petani belimbing sedianya bukanlah cita-cita Atmaja. Ia baru mulai menekuni bidang tersebut pada 1999 silam. Saat itu, Pemerintah Kota Depok menyerukan warganya untuk menanam belimbing. Itu yang menjadi cikal bakal Depok mendapat sematan Kota Belimbing.
“Saya mulai tanam itu 1999 karena melihat banyak teman yang juga menanam. Akhirnya saya juga ikut,” ucapnya.
Atmaja bahkan rela meninggalkan pekerjaannya saat itu, yakni di bidang pelayanan keamanan di kawasan Kuningan, untuk fokus menggarap kebunnya.
“Awalnya saya tidak kepikiran mau jadi petani. Namun, pas mencoba, begitu buahnya panen, jadi senang, keenakan sampai sekarang. Saya memang juga anak petani jadi mau ngapain lagi?. Kepengen saya ngurusin gini,” sambung Atmaja.
Ia menjelaskan menggarap belimbing bukan pekerjaan yang mudah. Itu membutuhkan usaha yang cukup keras dibandingkan tanaman-tanaman buah lain.
“Mengurusnya agak repot. Belimbing itu kalau buahnya sudah muncul, harus dibungkus. Kalau tidak, nanti dimakan serangga, habis. Memang yang repot itu bagian bungkusnya,” terang Atmaja.
Atmaja merupakan salah satu pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang terdaftar sebagai mitra BRI. Namun, sampai sekarang, ia mengaku belum terlibat secara langsung dalam program-program yang dimiliki perseroan.
“Waktu itu, 2016, ada orang BRI yang datang. Mereka dapat info dari dinas pertanian kota Depok kalau di sini banyak petani belimbing. Begitu awalnya. Saya diminta mengisi formular tapi sampai sekarang belum ada program kepada para petani di sini,” tandasnya.
Menanggapi keluhan tersebut, Regional Chief Executive Officer Kantor Wilayah BRI Jakarta 2 Prasetya Sayekti memastikan pihaknya akan segera menghubungi Atmaja dan rekan-rekan petani lainnya di daerah tersebut.
“Ini masukan bagi kami,” tutur Prasetya.
Ia mengungkapkan, sedianya, BRI memiliki petugas atau mantri yang bertanggung jawab untuk memberikan pendampingan kepada para pelaku UMKM mitra di setiap kelurahan. Setiap petugas akan fokus pada wilayah mereka masing-masing.
“Harapannya, para mantri ini akan sangat mudah berinteraksi dengan semua pihak terkait di lingkungan itu, mulai dari pedagang, kelompok usaha, sampai perangkat desa. Kami harap mereka bisa menyatu. Nah, untuk laporan petani belimbing ini, ini jadi masukan bagi kami,” tandasnya. (Z-11)
Terkini Lainnya
Gelaran Euphoria Fest Perluas Akses Pasar UMKM
Libatkan UMKM, Penjualan Hampers Ramadan Rumah BUMN SIG di Rembang Melonjak
Membangun Masa Depan Grosir Digital
Ini Rahasia di Balik Kelezatan Risol Mentai yang sedang Viral
KoinWorks Jadi Mitra Perdana IDH.ID, Hadirkan Opsi Pembayaran Baru bagi Pengusaha Ritel
Integrasi Sistem Jakpreneur untuk Kembangkan UMKM di DKI Jakarta
Rudapaksa Anak di Bawah Umur, Warga Mesir Divonis 10 Tahun Bui
Korupsi Jual Beli Nilai Rapor Demi Lulus PPDB Diduga Terjadi di SD Negeri Kota Depok
Kemenhub Uji Coba Biskita Trans Depok
Renovasi SDN Roboh di Sawangan Depok Ditunda hingga 2025
Cegah Kecanduan Judi Online, Dinas Pendidikan Kota Depok Ingatkan Guru dan Orangtua Awasi Aktivitas Anak
Kasus Perceraian di Depok Meningkat, 70 Persen karena Judi Online dan Pinjol
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap