visitaaponce.com

Harga Properti Residensial Triwulan II-2023 Meningkat

Harga Properti Residensial Triwulan II-2023 Meningkat
Harga properti residensial di semester II-2023 naik(Antara)

Harga properti residensial di pasar primer secara tahunan melanjutkan tren peningkatan pada triwulan II-2023. Hal ini berdasarkan Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia yang tecermin dari kenaikan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan II-2023 sebesar 1,92% secara year on year (yoy).

Kenaikan ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,79% (yoy).

"Peningkatan IHPR terutama ditopang oleh kenaikan harga rumah tipe kecil sebesar 2,22% (yoy), lebih tinggi dari kenaikan pada triwulan I-2023 yang sebesar 1,77% (yoy)," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono, Rabu (16/8).

Baca juga: Indeks Harga Properti Naik 7,1% secara Tahunan

Sementara itu, harga rumah tipe menengah mengalami peningkatan sebesar 2,72% (yoy), sedikit lebih rendah dari 2,76% (yoy) pada triwulan I-2023.

Peningkatan juga terpantau pada harga rumah tipe besar dengan kenaikan sebesar 1,49% (yoy). Secara spasial, perkembangan indeks harga rumah yang meningkat pada triwulan II-2023 terutama terjadi di Kota Batam, Jabodebek-Banten, dan Denpasar.

Baca juga: Harga Properti Residensial Triwulan IV-2022 Naik

Secara triwulanan, IHPR pada triwulan II-2023 juga terindikasi sedikit meningkat dengan kenaikan sebesar 0,48%  secara quarter-to-quarter (qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (0,42%, qtq).

Kenaikan harga properti residensial secara triwulanan tersebut terutama didorong oleh kenaikan harga rumah tipe kecil sebesar 0,75% (qtq) dan tipe  besar senilai 0,41% (qtq).

Sementara itu, harga rumah tipe menengah tercatat meningkat 0,49% (qtq), lebih rendah dibandingkan peningkatan triwulan sebelumnya yang sebesar 0,66% (qtq).

Secara spasial, peningkatan IHPR Primer secara triwulanan terutama terjadi di Batam sebesar 2,88% (qtq), Jabodebek-Banten sebesar 0,74% (qtq), dan Denpasar sebesar 0,07% (qtq).

"Berlanjutnya tren peningkatan harga properti residensial terjadi di tengah melemahnya tekanan inflasi IHK kelompok bahan bangunan," kata Erwin

Hal tersebut tecermin dari inflasi tahunan untuk IHK subkelompok pemeliharaan, perbaikan, dan keamanan tempat tinggal/perumahan pada Juni 2023 sebesar 2,29% (yoy), lebih rendah dari 3,21% (yoy) pada triwulan I 2023.

Penjualan Properti Residensial Triwulan II-2023

Penjualan properti residensial di pasar primer pada triwulan II-2023 secara tahunan masih belum kuat.

Hal ini tecermin dari penjualan properti residensial yang masih terkontraksi 12,3% (yoy), lebih dalam dari kontraksi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 8,26% (yoy).

Penjualan pada triwulan II-2023 ini dipengaruhi oleh belum kuatnya penjualan rumah tipe kecil dan tipe menengah yang masing-masing terkontraksi 15,81% (yoy) dan 15,17% (yoy).

Sementara itu, penjualan rumah besar terpantau mengalami peningkatan sebesar 15,11% (yoy), setelah terkontraksi 6,82% (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Berdasarkan informasi dari responden, terdapat sejumlah faktor yang menghambat penjualan properti residensial primer, antara lain masalah perizinan/birokrasi (30,40%), suku bunga KPR (29,52%), proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan KPR (22,79%) dan perpajakan (17,29%).

Sementara itu, penjualan rumah secara triwulanan pada triwulan II-2023 kembali tumbuh positif sebesar 6,59% (qtq). Peningkatan penjualan rumah secara triwulanan didorong oleh kenaikan penjualan rumah tipe kecil dan tipe besar yang masing-masing tumbuh sebesar 9,89% (qtq) dan 22,48% (qtq), setelah keduanya terkontraksi pada triwulan sebelumnya.

"Namun demikian, penjualan rumah tipe menengah secara triwulanan mengalami penurunan sehingga terkontraksi sebesar 4,83% (qtq)," kata Erwin.

Pembiayaan Properti Residensial

Pada triwulan II-2023, sumber pembiayaan nonperbankan masih menjadi sumber utama untuk pembangunan properti residensial, sebesar 72,80% dari total kebutuhan pembiayaan proyek pembangunan perumahan berasal dari dana internal.

Sumber alternatif pembiayaan lain yang menjadi preferensi pengembang untuk pembangunan rumah primer antara lain pinjaman perbankan dan pembayaran dari konsumen dengan proporsi masing-masing sebesar 16,09% dan 7,59% dari total modal.

"Berdasarkan komposisi dana internal, porsi terbesar berasal dari laba ditahan (36,53%) diikuti modal disetor (55,76%)," kata Erwin.

Sementara dari sisi konsumen, jenis pembiayaan yang menjadi pilihan utama responden dalam melakukan pembelian rumah primer adalah KPR dengan pangsa sebesar 76,02% dari total pembiayaan, diikuti oleh tunai bertahap (17,25%) dan secara tunai (6,73%).

Pada triwulan II-2023, pertumbuhan total nilai kredit KPR dan KPA secara tahunan tercatat sebesar 10,54% (yoy), meningkat dari 7,25% (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Secara triwulanan, penyaluran KPR dan KPA juga meningkat sebesar 2,44% (qtq), lebih tinggi dibanding triwulan I 2023 yang tumbuh 1,68% (qtq).

"Sementara itu, pencairan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) pada triwulan II-2023 tercatat sebesar Rp5,964 triliun, atau menurun sebesar 0,27% (yoy)," kata Erwin. (Z-10)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat