visitaaponce.com

Pelemahan Kredit Korporasi dan Investasi tidak Hanya karena Dampak Jelang Pemilu

Pelemahan Kredit Korporasi dan Investasi tidak Hanya karena Dampak Jelang Pemilu
Ilustrasi: warga berbelanja menggunakan QRIS di pasar tradisional(Antara/Asprilla Dwi Adha )

PADA satu hingga dua kuartal menjelang pemilu, belanja konsumsi rumah tangga dan pemerintah secara historis relatif meningkat, serta belanja barang dan belanja subsidi di pra pemilu akan relatif lebih tinggi realisasinya dibandingkan pada non pemilu. Sedangkan untuk kredit dan belanja korporasi akan cenderung melemah.

Secara historis di periode pemilu tahun 2009, 2014, dan 2019, menunjukkan pertumbuhan kredit relatif menurun pertumbuhannya.

"Ini bukan hanya karena dampak pemilu sebenarnya," kata Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro, dalam Media Gathering Grup Ekonom Bank Mandiri, Selasa (22/8).

Baca juga : Anies Baswedan: Negara Jangan Pelit pada Guru

Perlu dilihat juga pada 1 tahun sebelum Pemilu biasanya ada peristiwa global yang kurang menguntungkan bagi Indonesia. Misalnya pada Pemilu 2009 dilakukan pada saat global financial crisis, yang terjadi di semester II-2008 dan semester I-2009.

Pada saat itu pertumbuhan kredit di saat Pemilu 2009 turun dari April 2009 tumbuh 22,2%, menjadi 14,7% di Juli 2009, turun terendahnya di Oktober dan November 2009 menjadi 6,1 dan 5,5%.

"Kalau ini sebagai proksi dari pertumbuhan kredit korporasi juga, saya rasa ini juga relatif inline," tambahnya.

Baca juga : Ekonomi Global Melambat 2,8 Persen, Konsumsi Domestik Masih Menopang di Dalam Negeri

Kemudian, Pemilu 2014, terjadi taper tantrum pada 1 tahun sebelumnya. Pertumbuhan kreditnya bergerak dari 21,21% Januari 2014, menjadi 15,69% di Juli 2014, dan 13,16% 2014.

Pada pemilu 2019, terjadi perang dagang di 2018. Dampaknya pertumbuhan kredit dari 12% di Januari 2019, kemudian melandai di posisi terendahnya 7,9% di September 2019.

"Jadi memang terlihat, dan terkorelasi juga dengan gambaran dari pertumbuhan investasi yang melandai di tahun Pemilu, dibandingkan dengan 1 tahun sebelum Pemilu. Trennya memang relatif melanda ini di tahun pemilu," kata Andry.

Baca juga : Proyeksi 2024, IHSG Bisa Sentuh 8.050

Dengan kinerja perekonomian Indonesia di Semester I-2023, Grup Ekonom Bank Mandiri memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2023 akan di kisaran 5,03%.

Penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dari pertumbuhan konsumsi, dorongan dari pemerintah kepada konsumsi dan investasi. Yang terpenting adalah bagaimana mendukung investasi di sepanjang tahun 2023 dan 2024.

Secara historis pertumbuhan investasi itu menurun di tahun politik, kali ini yang akan berlangsung tahun pemilu di 2024.

Baca juga : Grant Thornton Economic Outlook 2024 Kupas Tantangan dan Peluang Ekonomi

"Tapi di satu tahun sebelum Pemilu biasanya investasi relatif lebih baik. Ini yang yang harus didukung terus dengan kebijakan fiskal dari pemerintah," kata Andry.

Pola konsumsi dan juga pola industri di sepanjang tahun politik, atau menjelang Pemilu, biasanya memang meningkat.

Pada 1 tahun sebelum Pemilu, konsumsi rumah tangga, pengeluaran untuk makanan meningkat 0,29%, sementara di tahun sepanjang politik justru malah turun.

Baca juga : Jokowi ke Pengusaha Tiongkok: Jangan Khawatir soal Pemilu

Sementara pengeluaran untuk bukan makanan, seperti untuk belanja apparel dan pernak perniknya untuk misalnya kampanye berupa kaos dan lain sebagainya akan pada 1 tahun sebelum Pemilu, akan berpengaruh kepada belanja masyarakat. (Try/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat