Gap Antara Sekolah dan Industri Penyebab Tingginya Angka Pengangguran
![Gap Antara Sekolah dan Industri Penyebab Tingginya Angka Pengangguran](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/09/e23ee4d7d9b5d51bd47198b801ec155f.jpeg)
LULUSAN Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menyumbang angka pengangguran terbanyak, yakni 9,60%. Tentu hal ini bertolak belakang dengan tujuan dari SMK, yaitu menghasilkan tenaga kerja terampil yang siap untuk ditempatkan di dunia kerja.
Hal ini merupakan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2023. Menurut Wakil Dekan Perencanaan, Kerjasama, Bisnis dan Informasi Sekolah Vokasi, Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret Herman Saputro, tingginya angka pengangguran dari lulusan vokasi disebabkan adanya gap yang begitu besar antara sekolah vokasi dan industri.
Mayoritas kurikulum pendidikan SMK saat ini masih belum dapat mengejar kecepatan industri. Sehingga banyak lulusan vokasi yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan industri yang ada. Ditambah lagi banyak sekolah, termasuk para siswa SMK sulit mengakses informasi ke industri. Sehingga jarak itu semakin lebar.
Baca juga: Data Pengangguran AS Turun, Potensi Kenaikan Fed Rate Menguat
“Jarak atau gapnya itu jauh sekali. Dunia pendidikan jalannya ke mana, industri sudah jalan ke mana. Ini yang menjadi persoalan besarnya sekarang. Kita harus cari jalan keluar untuk mengatasi gap ini, caranya dengan membangun jembatan antara keduanya,” ujar Herman dalam diskusi ‘Peluncuran BIRU: Pembelajaran untuk Masa Depan yang Berkelanjutan’ di The Energy Building, Jakarta, Senin (11/9).
Salah satu guru dari SMKN 2 Cimahi, Jawa Barat, Kusman Subarja mengaku, sebelum adanya sistem link and match antara pendidkan vokasi dan industri, guru SMK hanya mengajar sesuai dengan kurikulum yang dibuat oleh Kemendikbud-Ritek. Kurikulum itu, kata Kusman kurang menunjang komptensi keahlian para siswa ketika harus praktik di lapangan.
Baca juga: Pasar Tunggu Data Cadangan Devisa RI, Neraca Dagang Tiongkok, dan Data Pengangguran AS
“Saya mengajar di SMK dari tahun 2009. Berarti sudah sekitar 12 atau 13 tahun saya mengajar. Saya merasakan betul dulu itu kita (guru) bingung, anak-anak bingung. Selesai belajar, lalu ketika kelas dua para siswa praktik di dunia kerja apa yang mereka pelajari tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan tempat kerjanya. Jadi memang dulu itu sulit sekali,” ujar Kusman.
“Tapi, setelah kita mencoba sistem baru, sistem link and match itu, kita mulai mencoba melakukan riset terapan untuk alat penghemat bahan bakar dump truck. Kami riset bersama industri, sampai turun ke lokasi tambang untuk melakukan penelitian. Dari hasil riset itu muncul sebuah produk untuk kebutuhan industri. Produk itu diproduksi di SMK, di sekolah kami melalui skema teaching factory, yang hasilnya digunakan untuk industri,” imbuhnya.
Dengan menerapkan pendidikan berbasis produksi/jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri, Kusman merasa dampaknya pada lulusan SMK semakin nyata.
Sejak 2019 hingga sekarang, Kusman menyebut banyak lulusan SMKN 2 Cimahi yang dilirik oleh industri untuk penyerapan tenaga kerja. Terutama jurusan di bidang mekatronika, rekayasa perangkat lunak serta pengembangan perangkat lunak dan game.
“Jadi sekarang itu, kalau bisa semakin banyak sekolah vokasi yang menerapkan sistem seperti ini. Dari pihak industri juga kalau bisa mulai terbuka untuk membuat ekosistem pendidikan untuk kebutuhan sumber daya mereka. Industri butuh apa, datang ke sekolah, di sekolah membahas sinkronisasi kurikulum bagaimana, pelaksanaan pembelajaran bagaimana, ujiannya bagaimana, proses PKL bagaimana, cara belajar bagaimana, sampai nanti ujungnya yang memenuhi kriteria dan persyaratan diambil sebagai karyawan tanpa adanya tes lagi,” jelas Kusman.
Salah satu siswa dari SMKN 2 Cimahi, Restu Fahrizal, menjadi contoh konkret betapa ekosistem pendidikan vokasi yang dapat terkoneksi langsung dengan industri sangat memudahkan dia meraih pekerjaan yang diimpikan.
Sebagai siswa dari jurusan Mekatronika, Fahri merasa apa yang dipelajari saat di bangku sekolah dengan praktik di lapangan tidak jauh berbeda. Ia pun merasa lebih siap dan percaya diri menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya.
Bahkan, Fahri juga mengatakan setelah ia berhasil menyelesaikan magang di PT. BUMA, pihak industri telah berpesan kepada Fahri untuk kembali ke industri setelah lulus sekolah.
“Memang jalurnya lebih mudah. Tapi semuanya butuh proses dan tekad juga dari siswa untuk belajar dengan tekun, melewati setiap prosesnya dengan baik. Saya sudah ditunggu dua industri. Jadi kemarin dari sekolah sudah kasih informasi ke saya, saya disuruh milih mau di PT mana,” ungkap dia.
Direktur Utama Bisa Ruang Nuswantara (BIRU) Kristiyanto Widyawan menyampaikan dalam membangun kolaborasi, industri memiliki peran yang amat sentral. Ia berharap industri tidak lagi ragu untuk masuk ke proses pendidikan, terutama SMK.
“Itu sumber tenaga kerja yang tinggal dikembangkan dan diselaraskan dengan industri. Kami banyak menyelaraskan kurikulum, semuanya itu bisa dilakukan. Mungkin dulu kita tidak terpikir, kita merasa anak-anak belum bisa belajar dengan kurikulum yang spesifik untuk industri. Tapi ternyata mereka mampu. Semua proses itu bisa dilakukan,” pungkasnya. (Z-10)
Terkini Lainnya
Tingkatkan Daya Adaptasi Pendidikan Nasional terhadap Perkembangan Tantangan Global
Tekan Angka Pengangguran, Kemnaker Gelar Sosialisasi Pemagangan Luar Negeri
Ayep Zaki Ingin Bebaskan Masyarakat Sukabumi dari Kemiskinan dan Pengangguran
Hampr 10 Juta Gen Z di Indonesia Menganggur, Ini Tips Mendapatkan Pekerjaan yang Bisa Dicoba Para Job Seeker
Pengangguran Gen Z Tinggi, Pemerintah Diminta Prioritaskan Sektor Padat Karya
Praktik TPPO Berkelanjutan Berpotensi Ganggu Kedaulatan Negara
SMK Khusus Cat Jawab Kebutuhan Industri
Pemerintah Sosialisasikan Pengembangan Sistem Informasi Pasar Kerja
SMK Asy-Syarif Mitra Industri Hadir untuk Mewujudkan Impian Siswa Bekerja di Luar Negeri
Agar Calon Mahasiswa tidak Pandang Sebelah Mata PTN Vokasi
Ketat, Seleksi Pendidikan Tinggi Vokasi pada SNBT 2024
Genjot Kompetensi, Kemendikbudristek Magangkan LKP Barista di Industri Kopi
Perang Melawan Judi Online
Ujaran Kebencian Menggerus Erosi Budaya
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap