IESR Program Pensiun PLTU Perlu Dikaji Secara Holistik
MANAJER Program Transformasi Energi dari Institute for Essential Services Reform (IESR) Deon Arinaldo menegaskan Indonesia tidak bisa secara tiba-tiba mempensiunkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) hanya atas dasar transisi energi.
“Indonesia tidak bisa langsung mempensiunkan PLTU batu bara menyusul sejumlah risiko yang dihadapi, termasuk biayanya yang sangat besar. Terus yang nanggung siapa?” katanya dalam webinar bertajuk Dampak kualitas udara pembangkit listrik tenaga batu bara Suralaya, Selasa (12/9).
Menurutnya, seluruh kalangan harus melihat solusi secara holistik dalam mempensiunkan PLTU. “Pengutamaan benefit dalam solusi tersebut harus diperhitungkan agar pemenuhan energi sistem kelistrikan terjaga,” katanya.
Baca juga : Survei Celios: Mayoritas Masyarakat Formal Setuju Penutupan PLTU Batu Bara
Pemerintah Indonesia, tegasnya, sepakat untuk mempensiunkan PLTU batu bara dan beralih ke energi bersih, tetapi harus secara bertahap dan sesuai dengan kemampuan. “Indonesia bisa belajar dari Tiongkok,” jelasnya.
Pembangkitan listrik dengan batu bara sudah memanfaatkan Fly Ash and Bottom Ash (FABA) dari PLTU guna menggerakkan roda ekonomi masyarakat serta membangun infrastruktur desa di sekitar PLTU.
Seperti halnya untuk pembangunan jalan, jembatan, paving untuk pencegah banjir, dan tetrapod untuk penahan abrasi.
Baca juga : Tertata dan Disiplin, PLN EPI Komitmen Pengelolaan Pasokan Batu Bara dengan Bijak
Sebelumnya, pemerintah mengungkapkan sejumlah tantangan untuk memensiunkan dini PLTU batu bara. Hal itu diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani saat mengikuti rangkaian Paris Summit 2023.
"Tantangan lainnya menyangkut cost of borrowing yang terhitung masih tinggi. Selain itu, investasi dalam infrastruktur untuk mendistribusikan energi juga perlu menjadi perhatian," ungkap Sri Mulyani dalam akun instagram pribadinya.
Analisis dari lembaga kajian TransitionZero mengungkapkan kebutuhan dana untuk mempensiunkan PLTU batu bara di Indonesia cukup besar.
Baca juga : Rencana Revisi Taksonomi Hijau Indonesia, Kemunduran dalam Transisi Energi Bersih
Indonesia paling tidak memerlukan US$37 miliar atau setara Rp569 triliun (kurs rupiah Rp15.396 per US$) untuk menghentikan 118 pembangkit listrik batu baranya lebih awal. (RO/S-2)
Terkini Lainnya
Permintaan Batu Bara Diyakini masih Tinggi di Tengah Transisi Energi Global
Dua Teknologi yang tidak Ramah Lingkungan
Kolaborasi Hasilkan Pengembangan Batu Bara Jadi Asam Humat
Hashim Bantah Indonesia Bakal Lepas dari Batu Bara pada 2040
Indonesia Perlu Segera Tetapkan Peta Jalan Pensiunkan PLTU Batu Bara
BRIN Banggakan Capaian Global Innovation Index, Melesat ke Peringkat 54
100 Hari Pemerintahan Prabowo-Gibran, Transisi Energi Belum Terefleksi
Tebar Izin Tambang, Komitmen Transisi Energi Pemerintah Dipertanyakan
3,2 GW Kapasitas Listrik Terpasang, PLN Tancap Gas Transisi Energi
Transisi Energi di Indonesia Dapat Perhatian Khusus dari Masyarakat Internasional
Minat Pembiayaan Energi Terbarukan Meningkat
Mendorong Keamanan Lingkungan sebagai Pilar Stabilitas Nasional
Cara Berpikir Manusia VS Artificial Intelligence: Apa Implikasi Perbedaannya?
Israel Negara Kepala Batu!
Trumpisme dalam Tafsiran Protagorian: Relativitas dalam Ekonomi Global
PLTN di Tengah Dinamika Politik dan Korupsi, Siapkah Indonesia Maju?
Setelah 30 Kali Ditolak MK
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap