visitaaponce.com

Gobel Canangkan Gerakan Tanam Nanas di Gorontalo

Gobel Canangkan Gerakan Tanam Nanas di Gorontalo
Wakil Ketua DPR Bidang Korinbang, Rachmat Gobel, mencanangkan Gerakan Menanam Nanas di Gorontalo.(Dokpri.)

WAKIL Ketua DPR Bidang Korinbang, Rachmat Gobel, mencanangkan Gerakan Menanam Nanas di Gorontalo. Pada 2022, Gorontalo mampu memproduksi nanas sejumlah 142 ton. Produksi nanas Gorontalo ini menempati peringkat ke-32 di Indonesia atau nomor tiga dari bawah setelah DKI Jakarta (0 ton) dan Papua (79 ton). 

"Nanas adalah produk ekspor buah nomor satu dari Indonesia. Nanas juga tanaman yang cocok untuk lahan Gorontalo. Saatnya pertanian Gorontalo melakukan diversifikasi," katanya, Senin, 2 Oktober 2023. Hal itu ia sampaikan seusai Gobel melakukan penanaman nanas di Hutabohu, Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo pada Kamis, 28 September 2023. 

Sedangkan produsen nanas terbesar di Indonesia ialah Lampung (861.706 ton) disusul Sumatra Selatan (567.120 ton), Jawa Timur (357.505 ton), Jawa Tengah (336.102 ton), dan Riau (251.769 ton). Total produksi nanas Indonesia pada 2022 ialah 3,2 juta ton. Nilai ekspor nanas pada 2022 sebesar US$332,15 juta. 

Baca juga: Total Investasi Xinyi Group di Pulau Rempang Capai Rp 174 Triliun

Negara tujuan ekspor terbesar ialah Amerika Serikat, Eropa, dan Tiongkok. Buah nanas menempati peringkat nomor satu untuk produk buah ekspor Indonesia. Berikutnya ialah pisang dan jeruk. Pada 2021, Indonesia menempati peringkat keempat di dunia untuk produksi nanas, di bawah Filipina, Kostarika, dan Brasil.

Gobel mengatakan, saat ini produk utama pertanian dan perkebunan di Gorontalo ialah jagung ternak dan padi. Produk lain, dalam jumlah yang kecil, ialah jeruk, mangga, pisang, durian, nanas. Selain itu ada kelapa sawit, kopi, dan kakao. "Gorontalo terkenal dengan jagungnya, tetapi masih jagung ternak, belum jagung konsumsi. Sudah saatnya ada diversifikasi. Lahan Gorontalo luas dan subur. Sebagai contoh, kakao Gorontalo sudah menjadi produk cokelat di Jepang dengan merek Otanaha, yang nama benteng di Gorontalo," katanya.

Baca juga: 3 Fokus BI untuk Memperkuat Peranan Ekonomi Syariah di Indonesia

Lebih lanjut Gobel mengatakan, jika jagung dan padi merupakan tanaman semusim, tanaman nanas bisa berusia lebih panjang. "Memang baru bisa panen setelah 1-2 tahun, tergantung jenisnya. Namun sekali tanam bisa bertahan dalam jangka panjang dengan angka optimalnya sekitar 10 tahun," katanya. Hal ini karena tanaman nanas akan beranak menjadi rumpun. Selain itu, katanya, tanaman nanas cocok dengan kondisi alam Gorontalo yang panas dan banyak lahan kering. "Berbeda dengan jagung yang butuh air banyak, tanaman nanas bisa bertahan lebih baik di cuaca kering," katanya. Dengan demikian, katanya, lahan tetap produktif walau di musim kemarau.

Secara ekonomi, kata Gobel, bertanam nanas juga lebih menguntungkan dibandingkan dengan tanaman jagung. Hal ini, katanya, karena buah nanas bisa dikonsumsi dalam beragam produk. "Bisa langsung dikonsumsi, bisa diolah menjadi selai, dan sebagainya. Banyak sekali produk turunan dari buah nanas. Selain kandungan gizinya yang tinggi juga rasanya nikmat," katanya.

Gobel juga mengemukakan cita-citanya agar Gorontalo bisa menjadi salah satu lumbung pangan di Indonesia. Karena itu, katanya, semua pihak harus menggalakkan beragam pertanian tanaman pangan. Menurutnya, ke depan, dunia akan dihadapkan pada ancaman krisis pangan akibat climate change dan populasi penduduk dunia yang terus meningkat. Selain itu, katanya, diversifikasi tanaman pertanian juga bisa mengentaskan kemiskinan masyarakat Gorontalo yang bertahan di peringkat kelima termiskin di Indonesia. "Mari kita membangun ekosistemnya agar masyarakat diuntungkan mulai dari hulunya, kelembagaannya, pendanaannya, kebijakannya, hingga di hilirnya berupa industri olahannya," katanya. (RO/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat