visitaaponce.com

Bappenas Studi Kelayakan Proyek LRT Bali Rampung Akhir 2023

Bappenas: Studi Kelayakan Proyek LRT Bali Rampung Akhir 2023
Bandara I Gusti Ngurah Rai jadi salah satu lokasi pembangunan stasiun LRT Bali(Dok. I Gusti Ngurah Rai International Airport)

MENTERI Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa menerangkan studi kelayakan alias feasibility study (FS) proyek kereta api ringan atau light rail transit (LRT) ditargetkan rampung pada akhir tahun ini.

LRT di Bali akan memiliki konstruksi bawah tanah (underground) dengan berpusat di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Lintasan rel LRT Bali akan menghubungkan Bandara Ngurah Rai ke Kuta Central Park, kemudian dilanjutkan ke Seminyak.

"Sedang disiapkan (studi kelayakan). Mudah-mudahan akhir tahun ini bisa selesai. Luas totalnya sekitar 17 km, tapi kita akan mulai dengan 6,7 km dulu dari bandara ke Central Park," ujar Suharso di Jakarta, Senin (23/10).

Baca juga : Bertemu Menteri Korsel, Menhub Budi Karya Bahas Penyelesaian Studi Proyek LRT Bali

Kepala Bappenas enggan blak-blakan mengenai mitra potensi untuk menggarap proyek transportasi tersebut. Pasalnya, berhembus kabar studi kelayakan pembangunan LRT Bali dilakukan oleh konsorsium asal Korea Selatan.

Ia kemudian memastikan pihaknya tengah menghitung unsur barang publik seperti ruang milik jalur (right of way) dari proyek tersebut yang akan didanai dari pemerintah.

"Di Bappenas, kami hitung bagian dari barang publik di sana, misalnya right of way kalau bisa didanai pemerintah. Supaya yang lain, operasinya, dan investasi seperti signaling dilakukan business based," jelasnya.

Baca juga : Menhub Sebut LRT Jadi Solusi Atasi Kemacetan di Bali

Dilansir media asal Korea, News1, Otoritas Kereta Api Nasional Korea mengumumkan telah menandatangani kontrak studi kelayakan (FS) untuk LRT Bali.

Kontrak ini diberikan oleh Korea Railroad Corporation dengan membentuk konsorsium dengan KRC Co., Ltd., Saman Co., Ltd., dan Dongmyeong Co., Ltd. Proyek tersebut akan dikerjakan bersama selama 10 bulan terhitung Oktober 2023 hingga Agustus 2024.

Setelah laporan studi kelayakan akhirnya disetujui, maka laporan tersebut akan dipromosikan sebagai proyek yang didukung oleh Dana Kerjasama Ekonomi (EDCF) dan Dana Promosi Kerjasama Ekonomi (EDPF) Korea melalui perjanjian pinjaman antara kedua pemerintah.

Baca juga : Luhut Sebut Tiket LRT Bali Hampir Rp50 Ribu

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan memberikan kisi-kisi besaran tarif tiket kereta api ringan atau light rail transit (LRT) di Bali sekitar US$3 atau setara Rp46 ribu (Rp15.467). Pembangunan proyek itu baru dimulai di tahun depan.

"Saya kira Menteri Perhubungan (Budi Karya Sumadi) sudah punya inisiatif yang bagus soal proyek ini. Nanti tiketnya kita kasih US$3," kata Luhut di Jakarta, Jumat (29/9).

Menko Marves menyebut LRT di Bali akan memiliki konstruksi bawah tanah (underground) dengan berpusat di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Rute yang akan dilalui ialah dari Bandara Ngurah Rai Bali menuju kawasan wisata Seminyak, Cemagi dan Canggu.

Baca juga : Luhut: Investor Asing akan Berinvestasi di Proyek LRT Bali

"Kereta LRT di Bali ini underground dari Lapangan Terbang Bali sampai ke Cemagi, melalui Seminyak," terang Luhut.

Diharapkan dengan kehadiran moda transportasi baru di Pulau Dewata itu dapat memecah kepadatan di Bali, khususnya di sekitar Bandara I Gusti Ngurah Rai. Luhut menyebut diperkirakan 24 juta penumpang akan lalu-lalang di bandara tersebut pada 2025-2026.

"Di 2025 itu penumpang akan mencapai 24 juta orang yang masuk di Bali dan itu akan membuat perhitungan kita stuck selama tiga jam kalau LRT itu tidak dibangun-bangun," jelasnya. (Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat