visitaaponce.com

Produksi dan Ekspor Sawit Februari Turun Dibanding Januari

Produksi dan Ekspor Sawit Februari Turun Dibanding Januari
Kapal pengangkut peti kemas hendak bersandar di di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (06/11/2023).(MI/Usman Iskandar)

PRODUKSI kelapa sawit di Februari 2024 turun dibandingkan bulan sebelumnya. Produksi CPO pada Februari diperkirakan mencapai 3.883 ribu ton atau turun 8,25% dari 4.232 ribu ton pada Januari. 

"Produksi turun disebabkan antara lain jumlah hari kerja pada Februari yang lebih sedikit dibandingkan Januari," ujar Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono di Jakarta pada Selasa (30/4). Namun, secara year on year (YoY), sambung Eddy, produksi sawit dari Januari-Februari di 2023 dibandingkan dengan Januari-Februari 2024 naik 4,38%.

Adapun total konsumsi dalam negeri pada Februari juga mengalami penurunan 4,02% dibandingkan Januari 2024 yaitu dari 1.942 ribu ton menjadi 1.864 ribu ton. "Konsumsi pada Februari untuk pangan, oleokimia, dan biodiesel mengalami penurunan secara berurutan menjadi 769 ribu ton, 175 ribu ton, dan 920 ribu ton dari 800 ribu ton, 187 ribu ton, dan 957 ribu ton pada Januari atau turun masing-masing sebesar 3,87%, 6,42% dan 3,77%," papar dia.

Baca juga : Konsumsi Kelapa Sawit pada 2024 Diperkirakan Naik

Penurunan konsumsi, jelasnya, juga antara lain disebabkan jumlah hari kalender Februari yang lebih sedikit dari bulan Januari. 

Di sisi ekspor, kinerja pada Februari mengalami penurunan 26,48% yaitu dari 2.810 ton pada Januari menjadi 2.166 ton pada Februari. Sedangkan secara volume ekspor, penurunan terbesar terjadi pada olahan CPO dari 1.933 ton menjadi 1.495 ton (-438 ribu ton), diikuti dengan CPO dari 367 ribu ton menjadi 152 ribu ton (-215 ribu ton), dan oleokimia dari 393 ribu ton menjadi 364 ribu ton (-29 ribu ton).

"Ekspor olahan PKO naik dari 106 ribu ton menjadi 129 ribu ton (+23 ribu ton). Akibat dari penurunan volume yang besar tersebut, nilai ekspor Februari hanya mencapai US$1.808 juta turun dari US$2.304 juta pada Januari, meskipun harga CP0 cif Rotterdam naik dari US$958 per ton menjadi US$965 per ton," jelas Eddy.

Baca juga : Percepat Pelayanan, Bea Cukai Gresik Awali Implementasi SSm QC Ekspor

Adapun penurunan terbesar volume ekspor Januari ke Februari 2024 terbesar terjadi untuk tujuan India yakni sebesar 287 ribu ton dari 527 ribu ton menjadi 240 ribu ton (-54,45%) diikuti Pakistan sebesar 97 ribu ton dari 284 ribu ton menjadi 187 ribu ton (-34,15%), Afrika sebesar 91 ribu ton dari 639 ribu ton menjadi 548 ribu ton (-14,24%), Tiongkok sebesar 49 ribu ton dari 375 ribu ton menjadi 326 ribu ton (-13,07%), Bangladesh sebesar 43 ribu ton dari 77 ribu ton menjadi 34 ribu ton (-55,84%), serta Uni Eropa sebesar 27 ribu ton dari 368 ribu ton menjadi 341 ribu ton (-7,34%).

Namun secara YoY, jelas Eddy, sampai dengan Februari 2024 terhadap 2023, ekspor tujuan Pakistan meningkat 54,93% dari 304 ribu ton menjadi 471 ribu ton, Uni Eropa naik 2,20% dari 909 ribu ton menjadi 929 ribu ton, Tiongkok turun 47,37% dari 1.332 ribu ton menjadi 701 ribu ton, Bangladesh turun 42,78% dari 194 ribu ton menjadi 111 ribu ton, Afrika turun 19,24% dari 769 ribu ton menjadi 621 ribu ton, dan India turun 17,45% dari 928 ribu ton menjadi 766 ribu ton.

"Dengan stok awal Februari sebesar 3.032 ribu ton, produksi CPO dan PKO 4.252 ribu ton, konsumsi dalam negeri 1.864 ribu ton, dan ekspor 2.166 ribu ton, stok akhir Februari 2024 diperkirakan sekitar 3.259 ribu ton atau meningkat sekitar 7,49% dibandingkan stok Januari 2024," pungkasnya. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat