visitaaponce.com

Coldplay, Dinantikan Penggemar dan Ditolak akibat Kontroversi

Coldplay, Dinantikan Penggemar dan Ditolak akibat Kontroversi<p>
Konser Coldplay di California, AS.(AFP/Frazer Harrison/Getty Images)

SIAPA nih di antara kalian yang kemarin ikut memperebutkan tiket konser Coldplay? Bagaimana? Sudah dapat belum tiketnya? Kedatangan Coldplay di Indonesia memang sangat dinanti-nantikan para penggemar. Bahkan, sejak akhir tahun kemarin, sudah banyak fan yang bertanya apakah Coldplay akan datang ke Indonesia.

Gayung bersambut, akhirnya Coldplay datang ke Indonesia. Pengumuman ini pertama kali disampaikan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno. 

Sesaat setelah pengumuman itu, tiket Coldplay mulai dijual secara presale dan langsung habis diserbu para penggemar dalam hitungan jam.

Baca juga : Rahmania Astrini Bersiap Selama 3 Bulan untuk Jadi Pembuka Konser Coldplay

Bahkan, Loket.com mencatat, terdapat 1,5 juta orang yang memperebutan tiket Coldplay di website-nya. Hal ini merupakan rekor baru penjualan tiket yang dilakukan platform tersebut. Pantas saja tiket tersebut dengan cepat terjual habis. Bahkan, kelas yang paling mahal dengan harga Rp11 juta juga terjual habis di hari pertama penjualan.

Band legendaris

Bicara Coldplay memang serasa membahas musisi lintas zaman. Mulai generasi boomer sampai generasi Z, siapa yang tidak kenal dengan band asal Inggris ini.

Coldplay pertama kali dibentuk pada 1998 di London, Inggris. Pada awalnya, Coldplay terlahir dari band kampus University College, London, yang dimulai Chris Martin dan Jonny Buckland.

Baca juga : Rahmania Astrini Ungkap Disemangati Chris Martin Sebelum Tampil

Kemudian Coldplay mulai dibantu teman kuliah Martin dan Buckland, yaitu Guy Berryman dan Will Champion. 

Pada formasi baru ini, Coldplay berhasil masuk UK Top 100 pada 1999 dengan lagu berjudul Brother & Sister. Sejak debutnya pada UK TOP 100, Coldplay mulai dikenal banyak orang di berbagai belahan dunia.

Setelah berhasil masuk pada tangga lagu di Inggris baru pada 2001, Coldplay mengeluarkan album pertama yang diberi nama Parachutes. Nama album ini diambil dari salah satu judul lagu yang terdapat di album tersebut. Sejak debut pertama itu, Coldplay mulai menorehkan tinta emas dalam karier mereka.

Karya emas terus dilahirkan. Tujuh kategori Grammy Awards pun diraih sepanjang 2001-2008. Keberhasilan Coldplay ini pada akhirnya membuat nama mereka semakin berkibar.

Baca juga : YLKI Mengaku belum Terima Aduan Konsumen Soal Tiket Coldplay

Digemari di platform digital

Selain penjualan album secara fisik, Coldplay terus mengikuti zaman dengan masuk ke platform digital. Hasil karya Coldplay bisa ditemukan di Youtube Music, Spotify, Joox, dan Apple Music serta berbagai platform digital. Bahkan, di Spotify lagu Coldplay didengar 65.794.997 orang di setiap bulannya.

Menurut data yang dihimpun dari Spotify, lagu-lagu yang telah lama dikeluarkan Coldplay juga masih banyak didengar pendengar. 

Misalnya, dari album Parachutes, yang merupakan album pertama Coldplay, lagu Yellow dan Sparks masih didengarkan jutaan, bahkan miliaran pendengar, masing-masing didengarkan 1.663.191.725 dan 566.177.606 pendengar. 

Baca juga : Federer Berduet dengan Coldplay di Swiss

Lagu-lagu terbaru juga tidak kalah diminati. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pendengar yang mencapai miliaran.

Di Spotify, lagu Something Just Like This merupakan lagu yang paling banyak didengar. Nah, kalian yang sedang galau pasti menjadi penyumbang jumlah pendengar Fix You yang mencapai 1.177.907.967 pendengar.

Music of the Sphere dan kontroversi Coldplay

Dilihat dari karya-karya yang dihasilkan, pantas saja Coldplay banyak memiliki penggemar yang ingin sekali menonton konser mereka. 

Baca juga : Piala Dunia U-17 Bentrok dengan Konser Coldplay, Jokowi: Stadion Kita tidak Cuma GBK

Kedatangan Coldplay pada 15 November 2023 mendatang mengusung tema Music of the Spheres yang merupakan album terbaru Coldplay. Mengapa perencanaan dan penjualan tiket Coldplay dilakukan jauh-jauh hari? Hal ini disebabkan standardisasi yang tinggi di setiap konser mereka. 

Misalnya, dalam konser ini, Coldplay mewajibkan adanya penggunaan energi berkelanjutan. Selain itu, Coldplay akan menggunakan lantai kinetik untuk membantu penghematan energi fosil pada konsumsi listrik. 

Pencahayaan di konser juga dibantu gelang xyloband yang dapat digunakan berulang kali dan bisa menyesuaikan alunan bit musik yang dibawakan.

Baca juga : Sandiaga Sayangkan Maraknya Penipuan Tiket Coldplay

Memang selain menjadi musisi, Coldplay juga terkenal sebagai aktivis. Energi terbarukan dan permasalahan iklim selalu menjadi perhatian utama dari setiap konser yang digelar. 

Selain itu, dukungan pada kebebasan berpendapat juga menjadi agenda utama yang disuarakan band tersebut. 

Tidak jarang hal itu juga bertentangan dengan norma-norma yang ada di berbagai negara. Misalnya, Coldplay ialah band yang vokal menyuarakan hak-hak LGBT dan ateisme. Hal ini tentunya menjadi pertentangan bagi berbagai negara, terutama negara-negara berpenduduk muslim.

Baca juga : PB PMII: Konser Coldplay Pertunjukan Musik, Menyaksikannya tidak Berarti Dukung LGBT

Namun, tidak hanya itu, Coldplay juga sangat vokal dalam membela kemerdekaan Palestina. Hal ini dilakukan Coldplay karena mereka memiliki prinsip untuk membela kebebasan bersuara dan membela kemanusiaan. Pendapat pribadi Coldplay dan personel ini yang kemudian sering kali disalahartikan.

Misalnya, PA 212 dan oknum pemerintahan di Malaysia yang menentang kehadiran Coldplay. Isu LGBT dan ateisme menjadi salah satu alasan yang diberikan dalam penolakan terhadap Coldplay. Namun, melihat tidak hanya masalah LGBT dan ateisme yang dibela Coldplay, sudah seharusnya penolakan ini tidak berbuntut panjang selama tidak ada agenda tertentu yang dilontarkan selama konser berlangsung. (Z-1)

Baca juga : Demam Jin Landa Buenos Aires

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat