visitaaponce.com

Film Where the Wild Frangipanis Grow Bawa Suara Penyintas Kekerasan Seksual

Film Where the Wild Frangipanis Grow Bawa Suara Penyintas Kekerasan Seksual
Busan International Film Festival(Dok. Asian Film Festivals)

FILM pendek karya sutradara Nirartha Bas Diwangkara, Where The Wild Frangipanis Grow, akan tayang perdana (world premiere) di Busan International Film Festival (BIFF) 2023. Film ini terpilih sebagai salah satu film pendek yang akan ditayangkan dalam program khusus berjudul Renaissance of Indonesia Cinema.

Where The Wild Frangipanis Grow diproduseri oleh John Badalu, diproduksi oleh Film Sarad, dan didukung Yayasan Kino Media dengan pendanaan dari Voice Global. Film ini bercerita tentang Aditya (Agus Wiratama), asisten pribadi di ashram Hindu terkenal di Bali yang menampung banyak siswa yang berjuang secara finansial. 

Aditya harus memilih antara perasaannya pada Chandra (Bryan Ferguson), rekrutan baru yang polos dan kesetiaannya pada Guruji Bagus (Donny Damara), pemimpin spiritualnya yang karismatik.

Baca juga Serial Gadis Kretek hingga Gaspar Akan Diputar di Busan Film Festival 2023

Film pendek ketiga Nirartha ini berawal dari kegelisahannya pada isu kekerasan seksual yang terjadi di lingkungannya. Sebagai orang yang berasal dari lingkungan keluarga pandita Hindu, Nirartha pun cukup dekat dengan isu yang diangkat di filmnya ini.

“Di Bali, karena dekat dengan dunia pariwisata, ada sindrom harus selalu jaga nama baik. Jangan sampai memperlihatkan sisi gelap Bali. Tapi isu kekerasan seksual yang ada di film ini, dan relasi kuasa yang kuat di Bali, dan sebagai orang Indonesia yang seringnya mengutamakan soal ketuhanan dan agama, hal itu kadang juga dipakai sebagai alat untuk meraih sesuatu yang diinginkan secara pribadi,” kata sutradara Nirartha dalam konferensi pers virtual, Rabu, (23/8).

Baca juga : Festival Kekayaan Intelektual Kenalkan Karakter Lokal

Produser John Badalu menambahkan, film ini juga memiliki tujuan agenda untuk menyuarakan suara para penyintas kekerasan seksual. Diharapkan dengan diputar secara internasional, film ini juga bisa menjadi pembuka dialog sekaligus edukasi terhadap isu kekerasan seksual.

Film berdurasi 15 menit ini akan diputar bersama empat film pendek lain dari Indonesia. Di Busan International Film Festival ke-28 ini, ada sekitar 1340 film pendek dari seluruh dunia yang mendaftar. Dengan hasil seleksi progammer yang memunculkan delapan judul film pendek yang ada di program kompetisi utama dan lima film pendek di program Renaissance of Indonesian Cinema.

Aktor Donny Damara, yang bergabung di proyek ini pun merasa senang film ini akhirnya bisa ditayangkan secara internasional di salah satu festival bergengsi di Asia. 

Dalam prosesnya, ia juga banyak belajar dengan para talenta baru di perfilman. Termasuk sutradara dan dua aktor muda yang menjadi lawan mainnya. Ia pun berharap film yang dibintanginya bisa menjadi perpanjangan suara para penyintas kekerasan seksual yang terjadi di institusi agama, yang seharusnya juga menjadi tempat yang aman bagi orang di dalamnya.

“Ketika diceritakan mengenai proyek ini oleh John (produser), tentang adanya fenomena kekerasan seksual yang jadi latar belakang film, sebenarnya saya agak berpikir panjang. Terlebih secara latar itu terjadi di agama Hindu, yang menurut saya relatif sakral. Ini bisa menyuarakan kejadian yang selama ini terjadi agar tidak terjadi lagi di kepercayaan dan agama apapun. Ini juga bisa menyuarakan suara para penyintas.”

Busan International Film Festival 2023 akan berlangsung pada 4-13 Oktober. (Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat