visitaaponce.com

Tarif Fantastis ke TN Komodo bukan Sekali Masuk, Tapi juga Biaya Konservasi

Tarif Fantastis ke TN Komodo bukan Sekali Masuk, Tapi  juga Biaya Konservasi
Populasi hewan komodo di Taman Nasional Komodo terjamin stabil dengan total 3.000-an ekor komodo hidup di alam liar.(MI/JOHN LEWAR)

MULAI Agustus 2022, pemerintah akan memberlakukan tarif baru untuk berkunjung ke Taman Nasional (TN) Komodo. Sebelumnya, tarif tiket masuk ke TN Komodo sebesar Rp150 ribu setiap pengunjung. Kini, kenaikan tarif wisata itu menjadi Rp3,75 juta per orang untuk setiap tahunnya.

Koordinator Pelaksana Program Konservasi di Taman Nasional Komodo, Carolina Noge, mengatakan biaya yang dibayar tiap pengunjung ke TN Komodo sudah mencakup seluruh layanan paket wisata termasuk biaya jasa ekosistem alam.

"Ini bukan tiket masuk, tetapi juga biaya konservasi. Di dalamnya ini ada kompensasi nilai jasa ekosistem yang harus dibayar untuk setiap pengunjung. Dan kita juga akan membatasi pengungjung per tahun itu sekitar 200 ribu pengunjung saja," kata Carolina kepada Media Indonesia, Selasa (5/7).

Tarif yang fantastis itu, kata Carolina, bertujuan agar semua pengunjung yang datang ke TN Komodo juga turut memberikan kontribusi untuk kelestarian alam dan menjaga ekosistem Komodo.

"Semua memberikan kontribusi, jadi kita menyebut mereka sebagai protector Komodo. Kita apresisasi dengan beberapa program yang sudah bisa dilakukan dengan adanya kontribusi. Jadi bukan sekadar tiket masuk, sekali, lalu mereka pulang. Akan ada beberapa laporan berkala yang akan mereka terima," imbuh dia.

Carolina menambahkan, pengunjung yang telah membayar Rp3,75 juta untuk berwisata di TN Komodo, tidak perlu membayar lagi jika dalam satu tahun itu mereka berkunjung kembali ke sana.

"Jika dalam satu tahun itu mereka mau kembali lagi, mereka nggak perlu keluarkan biaya lagi. Mereka tetap bisa keluar masuk ke Taman Nasional, tapi hanya untuk Pulau Komodo, Pulau Padar, dan kawasan perairan sekitarnya. Jadi berapa kali pun mereka datang, mereka cukup bayar sekali untuk itu," ujar dia.

Sementara itu, Ketua Tim Kajian Ekosistem Pulau Komodo dari Insititut Pertanian Bogor, Irman Firmasyah, menuturkan bahwa jasa ekosistem sangat diperlukan untuk menjaga kelestarian alam.


Baca juga: Program PINTAR Penggerak Tanoto Foundation Bantu Tingkatkan Kualitas Tenaga Pendidik


Masyarakat perlu menyadari bahwa tiap mereka berwisata ke cagar alam, terutama ke wilayah konservasi, ada beban yang mesti ditanggung alam untuk memulihkan dirinya sendiri. Karenanya, kata Irman, kita perlu menghitung daya dukung dan daya tampung bagi lingkungan tempat wisata itu.

"Tentu semakin banyak wisatawan, semakin tinggi beban terhadap lingkungan. Beban terhadap lingkungan ini juga dihitung dari dasar jasa ekosistem yang ada di wilayah. Jasa ekosistem ini banyak sekali," kata Irman.

"Kalau dari Komodo sendiri ada jasa ekosistem Komodo atau genetic namanya. Kita tidak mau ada perubahan secara genetik dari Komodo. Komodo tidak bisa menangkap rusa karena sudah berubah perilakunya. Kemudian jasa ekosistem produktivitas primer, oksigen. Oksigen ini semakin banyak wisatawan, semakin banyak oksigen yang tergunakan," lanjut dia.

Berdasarkan kajian yang dilakukan Irman, batas maksimal untuk daya tampung wisatawan di TN Komodo adalah 292 ribu pengunjung per tahun. Jika jumlah itu melebihi batas maksimum daya tampung, maka kita harus menerima konsekuensi kerugian biaya jasa ekosistem lebih dari Rp11 triliun per tahun.

"Yang terpenting pembatasan jumlah pengunjung idealnya 219 ribu, maksimalnya 292 ribu per tahun. Itu pokoknya. Terlepas biaya konservasi mau dikeluarkan itu lebih kepada pemulihan tadi. Pengunjung bertambah, oksigen terpakai banyak. Air yang digunakan banyak. Itu biaya perhitungan. Utamanya pada pembatasan. Belum masalah terumbu karang bagi wisatawan yang menyelam di laut, pencemaran air dari limbah kapal," tambah Irman.

"Komodo ini satu-satunya satwa purba dan hewan endemik Indonesia. Ini kita harus lindungi. Jangan sampai terlalu banyak perubahan. Jangan sampai anak cucu kita tidak bisa melihat lagi komodo. Atau komodonya itu sendiri berubah perilakunya, tidak bisa menangkap rusa. Ini pentingnya kita semua ayo niatkan menjaga konservasi, khususnya satwa komodo ini," pungkas dia. (S-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat