visitaaponce.com

Kanker Tiroid, Ini Daftar Gejala hingga Pengobatannya

Kanker Tiroid, Ini Daftar Gejala hingga Pengobatannya
Seminar 'Talkshow Tiroid : It’s Not You. It’s Your Thyroid’ digelar di Jakarta dalam rangka memperingati World Thyroid Awareness Day 2022.(Ist)

DALAM memperingati World Thyroid Awareness Day 2022, PT Eisai Indonesia, berkolaborasi dengan Perhimpunan Kedokteran Nuklir Indonesia (PKNI), Rumah Sakit (RS) Mandaya, dan Komunitas Pita Tosca Indonesia, mengadakan seminar 'Talkshow Tiroid : It’s Not You. It’s Your Thyroid’.

Seminar ini digelar untuk meningkatkan kesadaran publik tentang kanker tiroid agar publik tidak terlambat melakukan penanganan medis.  

Acara yang dimoderatori dr. Alvita Dewi Siswoyo, Sp.KN(K), turut mengundang narasumber terbaik di bidangnya, yaitu dr. Eko Purnomo, Sp.KN-TM(K), dr. Toman Lumban Toruan, Sp.PD-KHOM, dr. Arif Kurniawan, Sp.B(K) Onk, dan  Astriani Dwi Aryaningtyas, S.Psi., M.A.

Baca juga : Bulan Kesadaran Kanker Payudara, Pasien Diajak Berpikir Kritis Pilih Obat

Selain narasumber terbaik yang dihadirkan, pada acara ini turut hadir pula Oncology Director Asia and Latin America, Eisai Co.,Ltd. Japan Ms Ruiko Sakai sebagai bentuk kepedulian dan dukungan PT Eisai terhadap masyarakat dan pasien pejuang kanker tiroid.

Selain talkshow ilmiah dilakukan pula sharing session bersama pasien yang dipimpin oleh Dr. Soraya Jasmin Haque, S.H., M.H selaku MC dan moderator pada sesi motivasi.

Menurut GLOBOCAN tahun 2020, kanker tiroid menempati urutan ke-12 dengan kasus kanker terbanyak yaitu mencapai 13.114 kasus. Kasus kanker tiroid ini 2-3 kali lebih berisiko pada pasien wanita dibandingkan pria.

Baca juga : Pahami Kanker Prostat, Fungsi Seksual, Diagnosis, dan Efek Samping Pengobatan

Dela Listiya, ST, salah satu pejuang kanker tiroid yang bergabung dalam Yayasan Pitatosca, menceritakan mengenai gejala awal dirinya terdiagnosa kanker tiroid.

Dela bercerita bahwa kesadaran itu justru bukan dari dirinya sendiri, tetapi kerabat dan keluarga yang menyadari bahwa adanya pembesaran pada lehernya.

“Saya melihat ada perubahan pada diri saya seperti berjerawat, mudah stres dan beberapa celana saya kebesaran dan teman-teman saya juga berkomentar bahwa bagian leher saya terlihat sangat besar. Baru setelah itu saya melakukan pemeriksaan awal,” kata Dela.

Baca juga : Memahami Risiko dan Pengobatan Kanker pada Wanita

Hal ini juga ternyata dirasakan oleh Ir. Cahyaniati, M.Si yang juga merupakan pejuang kanker tiroid dan kanker payudara.

Beliau mengatakan “Setelah 5 tahun saya survive dari kanker payudara, saya kembali merasakan kejanggalan pada diri saya, nafas saya merasa tersengal-sengal, saya kesulitan untuk berbicara dan saya mengalami batuk yang tidak kunjung usai.

"Sampai akhirnya saya melakukan PET Scan dan ditemukan adanya hiperkalsemi dan akhirnya saya disarankan untuk melakukan tiroidektomi (pengangkatan kelenjar tiroid),” jelasnya.

Baca juga : Penyakit Jantung Bawaan bisa Fatal, Penanganan Tepat Jadi Penyelamat

Menurut Paparan dr. Arif Kurniawan, Sp.B(K)Onk selaku dokter bedah onkologi di RS Royal Mandaya Hospital, benar gangguan yang terjadi pada tiroid kadang justru tidak dirasakan oleh pasien itu sendiri.

 "Tetapi oleh orang-orang di sekitarnya yang melihat perubahan tersebut ataupun terdeteksi karena adanya pengecekan yang tidak sengaja melalui Ultrasonografi (USG)," jelasnya.

Dengan begitu deteksi dini dan awareness masyarakat terhadap kanker tiroid ini perlu ditingkatkan agar masyarakat bisa mendapatkan penanganan lebih dini. Selain dari pendeteksian dini, pengobatan dan penatalaksanaan pada pasien pun harus tepat.

Baca juga : Mandaya Royal Hospital Puri Lengkapi Layanan Kanker Terpadu

Pada kesempatan ini dr. Eko Purnomo, Sp.KN-TM(K) selaku ketua Perhimpunan Kedokteran Nuklir Indonesia (PKNI) menjelaskan bahwa proses pengobatan kanker tiroid selain dilakukan melalui pembedahan dilanjutkan dengan metode ablasi yaitu pembersihan sisa pembedahan dengan metode terapi nuklir.

“Biasanya masyarakat khawatir ketika mendengar kata nuklir, tetapi sebenarnya tidak perlu khawatir karena terapi nuklir ini bukan ditembakan tetapi metode ini merupakan metode terapi yang dilakukan dengan melalui sistem oral (diminum), sehingga pasien tidak perlu diinfus ataupun disuntik“, kata ketua PKNI.

Kondisi lainnya ketika kondisi kanker ini mengalami refrakter (tidak mempan dengan ablasi), prinsip dan metode terapi harus diubah melalui metode sistemik, yaitu metode kemoterapi atau metode terbaru terapi target.

Baca juga : Gandeng GE Healthcare, RS Murni Teguh Tingkatkan Akses Layanan Onkologi

“Terapi target dilakukan dengan cara pasien mengonsumsi obat melalui oral kemudian akan dievaluasi 1 – 2 bulan apakah pasien memberikan respons baik atau tidak,” ujar dr. Toman Lumban Toruan, Sp.PD-KHOM.

Tidak hanya gejala atau perubahan fisik yang dialami pasien, tetapi dari sisi psikis pasien pun mengalami perubahan.

Menurut Astriani Dwi Aryaningtyas, S.Psi., M.A selaku ketua Yayasan Pitatosca dan juga penyintas kanker tiroid mengatakan

Baca juga : Layanan Paliatif Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Kanker

“Pasien dengan diagnosa kanker tiroid pastinya akan merasa dunianya sudah berakhir, di situ timbul rasa ketakutan yang luar biasa dan kebingungan terkait apa yang harus dilakukan, tetapi dengan adanya dukungan dari keluarga, kerabat dan tenaga medis yang saling berkolaborasi, tentunya bisa memberikan semangat dan harapan baru," jelasnya.

"Saya juga ingin menyampaikan ke seluruh teman-teman yang saat ini sedang berjuang, bahwa kita tidak sendiri banyak orang yang peduli dan kita semua harus yakin bahwa kita bisa sehat kembali," kata Astriani.

Acara yang dibawakan oleh Dr. Soraya Jasmin Haque, S.H., M.H ini terbilang sukses dan membawa manfaat yang besar bagi masyarakat, khususnya pemerhati kanker.

Betapa tidak, jumlah peserta yang hadir dengan total lebih dari 500 orang peserta ini masing-masing akan berperan aktif untuk menyuarakan pentingnya deteksi dini pada kanker tiroid dan menjaga pola hidup yang sehat.

Semoga kegiatan tersebut membawa makna mendalam tentang pentingnya kesehatan dan kolaborasi di bidang kesehatan dapat optimal untuk mendukung seluruh pasien kanker yang sedang berjuang mencapai kesehatannya. (Nik/OL-09)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat