visitaaponce.com

RS Pondok Indah Bintaro Jaya Tangani Pasien Cedera Akibat Olahraga

RS Pondok Indah – Bintaro Jaya Tangani Pasien Cedera Akibat Olahraga
Konferensi pers Sport Medicine, Injury and Recovery Center RS Pondok Indah – Bintaro Jaya di Jakarta.(Ist)

KEINGINAN untuk memiliki gaya hidup sehat mendorong minat masyarakat semakin aktif berolahraga. Meningkatnya jumlah pegiat olahraga berbanding lurus dengan risiko gangguan kesehatan akibat cedera olahraga.

Mengusung tagline ‘We take you back to sport, faster!’, RS Pondok Indah – Bintaro Jaya menghadirkan Sport Medicine, Injury & Recovery Center (SMIRC) dengan kompetensi tim medis yang berpengalaman menangani cedera olahraga atlet nasional dan internasional, yang didukung oleh teknologi medis terdepan, serta alat exercise mutakhir.

Perpaduan tersebut demi memastikan pasien dapat pulih lebih cepat, serta kembali beraktivitas dan berolahraga seperti sediakala, dengan performa optimal. 

“Kami menyadari pentingnya penanganan yang cepat dan tepat pada cedera olahraga. Hal ini krusial agar kondisi cedera tidak semakin memburuk, atau bahkan menimbulkan cedera lanjutan di masa yang akan datang," ujar Chief Executive Officer RS Pondok Indah Group, dr. Yanwar Hadiyanto, MARS. dalam keterangan pers, Selasa (16/8). 

"Oleh karena itu, kami menghadirkan Sport Medicine, Injury & Recovery Center (SMIRC) di RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, sebagai layanan komprehensif dan terintegrasi untuk menangani pemulihan cedera olahraga secara efektif dan menyediakan pendampingan olahraga khusus bagi pasien dengan kondisi medis tertentu," jelasnya.

Baca juga: Bagian-Bagian Telinga Manusia dan Fungsinya

"Kami ingin membantu para pasien dapat kembali berolahraga dan pulih dari cedera dengan lebih cepat,”  ucap dr. Yanwar.

Beberapa cedera olahraga yang umum terjadi antara lain cedera tendon Achilles, cedera ACL, cedera ankle, cedera hamstring, cedera lutut, hingga tennis elbow, dan golfer’s elbow.

Cedera ini dapat dipicu berbagai faktor risiko, seperti usia yang memengaruhi kekuatan dan elastisitas jaringan tubuh, pemanasan olahraga yang kurang optimal, durasi olahraga yang berlebihan tanpa diselingi istirahat.

Selain itu, bisa juga adanya akumulasi cedera sebelumnya yang belum tertangani dengan baik, serta pemilihan jenis olahraga yang banyak melibatkan kontak fisik antar pemain.

Dokter spesialis kedokteran olahraga, dr. Grace Joselini Corlesa, Sp.KO, MMRS yang berpraktik di Sport Medicine, Injury & Recovery Center RS Pondok Indah – Bintaro Jaya menjelaskan, “Ada banyak faktor penyebab terjadinya cedera saat berolahraga."

"Karenanya, saat pasien berkonsultasi pertama kali, kami akan menanyakan riwayat keluhan cedera secara lengkap termasuk kronologi kejadian, ada tidaknya riwayat pengobatan atau perawatan sebelumnya, hingga riwayat cedera terdahulu," jelasnya.

"Hal ini penting guna membantu dokter menegakkan diagnosis dan menentukan metode penanganan atau rencana terapi dan latihan yang sesuai dengan kondisi pasien,” ucap dr.Grace.

Kegiatan olahraga dilakukan oleh berbagai kalangan dengan latar belakang yang beragam, mulai dari orang awam (recreational athlete), pegiat olahraga (sport enthusiast), hingga atlet profesional. Masing-masing kalangan tentu memiliki kebutuhan dan ekspektasi yang berbeda-beda akan pemulihan cederanya.

Pada tahap awal penanganan cedera olahraga, teknologi medis terkini seperti Cyrotheraphy (terapi dingin), Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS), dan Ultrasound Therapy cukup banyak digunakan untuk mengurangi nyeri dan mempercepat proses penyembuhan radang/inflamasi di area sekitar cedera. 

Setelah peradangan berhasil diatasi, pasien dapat mulai menjalani program terapi selanjutnya untuk mengembalikan fungsi gerak dan memperkuat otot di sekitar area cedara.

Di SMIRC, pasien akan dianjurkan untuk secara aktif berlatih dengan menggunakan berbagai macam alat exercise yang dapat membantu mempersiapkan pasien kembali berolahraga (return to sport).

Pada setiap sesi latihan, pasien akan mendapat pendampingan secara pribadi (one-on-one) dari sport physiotherapist, yang memastikan program pemulihan dilakukan dengan aman dan efektif.

“Cedera olahraga perlu mendapat penanganan agresif dan akurat dari tim medis kompeten untuk memastikan pasien dapat kembali berolahraga tanpa rasa sakit dan risiko cedera tidak berulang di kemudian hari," ujar dr. Antonius Andi Kurniawan, Sp.KO, Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga, SMIRC, RS Pondok Indah – Bintaro Jaya.

"Penanganan pertama yang diberikan akan memengaruhi keseluruhan proses pemulihan pasien, mulai dari tingkat keparahan hingga lama durasi proses penyembuhan," ucapnya.

"Untuk itu, dukungan program pemulihan yang terdiri dari modalitas terapi dan terapi exercise yang tepat akan membantu proses penyembuhan pasien jadi lebih cepat,” terang dr. Antonius.

Pada kasus cedera berat yang menyebabkan terjadinya robekan pada tendon, ligamen, dan tulang rawan, hingga robekan rotator cuff, pemeriksaan penunjang dengan modalitas pencitraan MRI dilakukan untuk mendapat gambaran jaringan lunak dalam tubuh dengan lebih jelas.

Jika didapati adanya kerusakan yang membutuhkan tindakan pembedahan, tindakan operasi minimal invasive dapat dilakukan dengan membuat sayatan kecil untuk menangani bagian yang mengalami cedera.

“Tindakan minimal invasive memberikan banyak manfaat bagi pasien dengan kasus cedera olahraga berat," ungkap dr. Andi Nusawarta, M.Kes, Sp.OT (K-Sport), dokter spesialis bedah ortopedi konsultan sports injury & arthroskopi, SMIRC, RS Pondok Indah – Bintaro Jaya.

"Durasi operasi pada tindakan ini relatif lebih singkat, luka sayatan lebih kecil sehingga meminimalisir kemungkinan rusaknya otot di area sekitar tindakan, dan waktu pemulihan lebih cepat sehingga pasien dapat segera melanjutkan proses terapi pemulihan selanjutnya dengan lebih nyaman,”  tutur dr. Andi.

Tak hanya penanganan cedera olahraga yang membutuhkan penanganan agresif dan akurat. Para pasien yang baru menjalani operasi besar juga membutuhkan terapi pemulihan dan latihan agar dapat kembali beraktivitas dan berolahraga seperti sedia kala. 

Apabila cedera ditemukan pada beberapa lokasi berbeda (multi-trauma) atau terjadi di lokasi yang sangat spesifik pada satu area tertentu, dokter spesialis bedah ortopedi konsultan sports injury dan arthroskopi dapat melakukan joint-operation,.

Joint operation yaitu tindakan operasi gabungan untuk menangani cedera olahraga tersebut bersama dengan tim dokter spesialis bedah ortopedi dari berbagai subspesialisasi yang juga berpraktik di RS Pondok Indah – Bintaro Jaya.

Selain itu, setelah tindakan, pasien juga dapat melakukan terapi yang berkesinambungan dengan sport physiotherapist di bawah pemantauan dokter tanpa perlu berpindah fasilitas kesehatan, seperti yang saat ini sedang dijalani oleh salah satu atlet dari klub Indonesian Basket League – West Bandits, Habib Titoaji.

Saat ini, Habib sedang menjalani program recovery pascacedera di SMIRC, RS Pondok Indah – Bintaro Jaya.

Atlet berusia 24 tahun ini mengalami putus tendon ACL dan robek meniscus grade 2.

Setelah berkonsultasi dengan dr. Andi Nusawarta, M.Kes, Sp.OT (K-Sport), Habib menjalankan tindakan bedah minimal invasive dengan dr. Andi untuk menyambung ligamen yang putus.

Saat ini, Habib tengah menjalani program recovery di bawah pengawasan dr. Antonius Andi Kurniawan, Sp.KO, dengan target pulih sepenuhnya dalam 6-7 bulan pasca operasi. (RO/OL-09)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat