visitaaponce.com

Hati-hati Obesitas pada Anak Berisiko Menetap hingga Dewasa

Hati-hati! Obesitas pada Anak Berisiko Menetap hingga Dewasa
Satia Putra (7) anak penyandang obesitas dengan berat badan mencapai 101 kilogram(Dok. Antara Foto/ Ibnu Chazar)

Obesitas merupakan salah satu akar dari berbagai masalah kesehatan, salah satunya diabetes anak. Obesitas yang terjadi sejak usia anak akan sulit disembuhkan secara total alias berisiko menetap hingga dewasa. Anak yang sudah mengalami obesitas sejak kecil, akan sulit menurunkan berat badanya hingga dewasa karena sudah terbiasa mengalami obesitas.

Selain itu, anak dengan diabetes melitus tipe 2 hampir 90 persen mengalami obesitas. Berbeda dengan diabetes melitus tipe 1 yang bisa kurus, sehingga sedini mungkin agar obesitas dicegah.

"Semakin tua obesitas maka semakin berbahaya karena komplikasinya jangka panjang, jadi yang penting sedini mungkin kalau bisa pre-school, kalau anak di bawah 5 tahun sudah obesitas dan di atas 5 tahun masih obesitas maka menetap sampai dewasa sehingga sulit lepas dari obesitasnya," kata Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi IDAI, Dokter Muhammad Faizi, dalam konferensi pers, Selasa (7/3).

Baca juga: Prinsip 5210 Bisa Bantu Anak Anda Terhindar dari Diabetes

Pada kondisi obesitas anak, sel-sel lemak akan bertambah jumlahnya, tetapi obesitas pada dewasa selnya membesar. Jika obesitas dimulai dari anak dan ketika remaja kurus, sel-sel masih tetap ada dan akan mudah sekali menjadi obesitas jika mengulangi kebiasaan lamanya.

"Obesitas di waktu kecil akan mudah sekali menjadi obesitas di waktu besar. Tetapi bagaimana pun apakah dia akan berlanjut menjadi obesitas lagi tergantung seberapa kuat mempertahankan tubuhnya dengan menjalankan kebiasaan yang sehat," jelasnya.

Baca juga: IDAI Ungkap Bahaya Obesitas pada Anak

Oleh karena itu, penanganan obesitas di lingkungan remaja adalah masalah kepatuhan untuk tidak mengonsumsi makanan tinggi gula, garam, lemak, dan tepung. Dibutuhkan bantuan semua pihak, terutama keluarga untuk mengantisipasi penyakit obesitas.

"Di luar negeri ada namanya sugar dan soft drink tax (pajak MBDK). Kalau di Indonesia belum ada namun tata laksananya sudah dilakukan tapi memang kepatuhannya cukup rendah karena godaan yang sangat tinggi," kata Ketua Pengurus Pusat IDAI, Dokter Piprim Basarah Yanuarso.

Piprim juga menekankan protein hewani bisa dikenalkan sejak MPASI. Dengan mengonsumsi protein hewani, anak bisa terpenuhi gizinya sekaligus bisa mencegah stunting dan obesitas

"Jika kita fokus pada real food dan anak dikenyangkan dengan protein hewani, serat, sayuran jadi kenyangnya lama. Real food bisa dari pepes ikan, telur, opor, dan makanan tradisional lainnya," ujar Piprim.

(Z-9)


 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat