Hati-hati Obesitas pada Anak Berisiko Menetap hingga Dewasa
Obesitas merupakan salah satu akar dari berbagai masalah kesehatan, salah satunya diabetes anak. Obesitas yang terjadi sejak usia anak akan sulit disembuhkan secara total alias berisiko menetap hingga dewasa. Anak yang sudah mengalami obesitas sejak kecil, akan sulit menurunkan berat badanya hingga dewasa karena sudah terbiasa mengalami obesitas.
Selain itu, anak dengan diabetes melitus tipe 2 hampir 90 persen mengalami obesitas. Berbeda dengan diabetes melitus tipe 1 yang bisa kurus, sehingga sedini mungkin agar obesitas dicegah.
"Semakin tua obesitas maka semakin berbahaya karena komplikasinya jangka panjang, jadi yang penting sedini mungkin kalau bisa pre-school, kalau anak di bawah 5 tahun sudah obesitas dan di atas 5 tahun masih obesitas maka menetap sampai dewasa sehingga sulit lepas dari obesitasnya," kata Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi IDAI, Dokter Muhammad Faizi, dalam konferensi pers, Selasa (7/3).
Baca juga: Prinsip 5210 Bisa Bantu Anak Anda Terhindar dari Diabetes
Pada kondisi obesitas anak, sel-sel lemak akan bertambah jumlahnya, tetapi obesitas pada dewasa selnya membesar. Jika obesitas dimulai dari anak dan ketika remaja kurus, sel-sel masih tetap ada dan akan mudah sekali menjadi obesitas jika mengulangi kebiasaan lamanya.
"Obesitas di waktu kecil akan mudah sekali menjadi obesitas di waktu besar. Tetapi bagaimana pun apakah dia akan berlanjut menjadi obesitas lagi tergantung seberapa kuat mempertahankan tubuhnya dengan menjalankan kebiasaan yang sehat," jelasnya.
Baca juga: IDAI Ungkap Bahaya Obesitas pada Anak
Oleh karena itu, penanganan obesitas di lingkungan remaja adalah masalah kepatuhan untuk tidak mengonsumsi makanan tinggi gula, garam, lemak, dan tepung. Dibutuhkan bantuan semua pihak, terutama keluarga untuk mengantisipasi penyakit obesitas.
"Di luar negeri ada namanya sugar dan soft drink tax (pajak MBDK). Kalau di Indonesia belum ada namun tata laksananya sudah dilakukan tapi memang kepatuhannya cukup rendah karena godaan yang sangat tinggi," kata Ketua Pengurus Pusat IDAI, Dokter Piprim Basarah Yanuarso.
Piprim juga menekankan protein hewani bisa dikenalkan sejak MPASI. Dengan mengonsumsi protein hewani, anak bisa terpenuhi gizinya sekaligus bisa mencegah stunting dan obesitas
"Jika kita fokus pada real food dan anak dikenyangkan dengan protein hewani, serat, sayuran jadi kenyangnya lama. Real food bisa dari pepes ikan, telur, opor, dan makanan tradisional lainnya," ujar Piprim.
(Z-9)
Terkini Lainnya
Chelsea Olivia: Menjadi Ibu adalah Perjalanan yang Menginspirasi
Perpisahan Sekolah, Ini Tips Bagi Orangtua Atasi Kesedihan Anak
Polisi Buru 398 Member Grup Telegram Video Porno Anak
Moms, Ini Batuk Pilek yang Berbahaya pada Anak
Risiko Mematikan, RSV Jadi Penyebab Pneumonia Utama pada Balita
Polisi Ungkap Kasus Jual Beli Video Porno Melalui Telegram
Risiko Mematikan, RSV Jadi Penyebab Pneumonia Utama pada Balita
Mereposisi Comfort Zone
7 Kebiasaan Ini Dapat Meningkatkan Risiko Stroke
Saham Tokyo Dibuka Lebih Tinggi dengan Sentimen Risiko yang Pulih
Sering Dikonsumsi, Ternyata 2 Obat Sakit Kepala Ini Dapat Berisiko Memicu Anemia Aplastik
3 Langkah Mencegah Penyakit Kanker Prostat
Masuk Musim Kemarau, KLHK Ancam Sanksi Tegas Bagi Pencemar Udara di Jabodetabek
Sako Pramuka Ma’arif NU: Integrasi Kepanduan dengan Nilai Nasionalisme dan Keagamaan
Jalan Terang Keadilan Restoratif
Huluisasi untuk Menyeimbangkan Riset Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Dari Kebangkitan Menuju Keadilan: Membangun Kesetaraan di Rumah Tangga
Kesehatan Mental Remaja Isu Terpinggirkan
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Gerakan Green Movement Sabuk Hijau Nusantara Tanam 10 Ribu Pohon di IKN
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap