visitaaponce.com

Mensos Komitmen Berantas Kemiskinan yang Jadi Akar Kasus TPPO

Mensos Komitmen Berantas Kemiskinan yang Jadi Akar Kasus TPPO
Menteri Sosial Tri Rismaharini(Antara)

Menteri Sosial Tri Rismaharini menyebut kemiskinan ekstrem merupakan akar dari kasus tindak pidana perdagangan orang (TPPO) yang marak terjadi belakang ini. Hal itu terindikasi dari sebagian besar korban yang dilatarbelakangi persoalan kemiskinan, terutama di kawasan-kawasan perbatasan.

“Inti TPPO itu rata-rata kemiskinan. Wilayah-wilayah perbatasan itu rata-rata daerah miskin sehingga rentan terjadi TPPO. Kalau kondisi ekonominya baik, mereka tidak mungkin tergiur tawaran pekerjaan tidak jelas atau migrasi,” ujar Risma melalui keterangan resmi, Kamis (22/6).

Oleh karena itu, Kememsos berupaya menuntaskan persoalan tersebut dengan melakukan penguatan kemandirian dan kesejahteraan di masyarakat. Langkah itu diambil lantaran akar masalah TPPO yakni kemiskinan menjadi tugas pokok dan fungsi Kemensos.

Baca juga: Kapolri: Birokrasi Jadi Kendala Penangkapan Pelaku TPPO yang Kabur ke Luar Negeri

"Dalam kasus TPPO, Kemensos tidak memiliki kewenangan dalam penindakan. Namun, penanganan kemiskinan sebagai akar masalah ada di kami. Jadi bukan kenapa Kemensos terlihat menguber TPPO. Kami bukan menangani TPPO-nya, tapi kami ingin melindungi korban karena kami yakin korban berangkat pasti dari kemiskinan, dan itu sudah jadi tupoksi kami,” jelas mantan Wali Kota Surabaya itu.

Penanganan khusus yang dilakukan Kemensos untuk mengentaskan kemiskinan, utamanya di kawasan tertinggal, terpencil, dan terluar (3T), ialah dalam bentuk pemberdayaan guna mendorong masyarakat mandiri secara ekonomi dan keluar dari garis kemiskinan.

Baca juga: Polresta Yogyakarta Tangkap Tiga Pelaku TPPO, Dua Tersangka Masih Remaja

“Sudah saya perintahkan pada para kepala sentra untuk memetakan potensi apa di daerah-daerah yang dianggap miskin itu sehingga kita bisa lakukan untuk perbaikan ekonominya. Misalnya, di NTT, potensinya pertanian, maka kita maksimalkan potensinya,” ucapnya.

Beberapa kawasan perbatasan yang disebut Risma diberikan penanganan khusus, yakni Sebatik, Krayan (perbatasan dengan Malaysia), Wini, Malaka, Atambua (perbatasan dengan Timor Leste), Skouw (perbatasan dengan Papua Nugini), dan Bertam (perbatasan dengan Singapura).

Di Wini, misalnya, selain memberikan ibu-ibu bantuan peralatan untuk membuat kain tenun, Kemensos juga mendorong potensi bunga matahari sebagai daya tarik wisata dan biji bunga dikelola sebagai bahan baku minyak goreng.

“Di Skouw, kita bantu pemberdayaan berupa ayam petelur, ternak babi, dan beberapa anak kita kirim untuk mengikuti pelatihan di NTT. Kita dibantu juga oleh PLBN berupa 4 kios untuk masyarakat berdagang di lokasi PLBN,” kata Risma.

Adapun di Malaka, Kemensos memberikan bantuan pemberdayaan berupa ayam petelur dan peralatan untuk membuat tas dari tenun, termasuk menggali potensi pertanian di Malaka karena tanah subur dan suhu dingin.

Lain lagi di Bertam, kebutuhan yang diperlukan masyarakatialah perahu untuk anak-anak menyeberang ke sekolah dan fasilitas untuk mereka belajar online.

“Kita dorong pendidikan mereka untuk menekan TPPO,” lanjutnya. (Z-11)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat