visitaaponce.com

Masyarakat Perlu Edukasi Penyebaran dan Pencegahan Antraks

Masyarakat Perlu Edukasi Penyebaran dan Pencegahan Antraks
Petugas memeriksa kesehatan sapi.(MI/ANDRI WIDIYANTO)

MUNCULNYA kasus antraks di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akibat konsumsi daging sapi yang sudah mati dikubur menandakan perlunya edukasi kepada masyarakat bahaya penyakit antraks.

"Saya kira, kejadian di Gunungkidul menunjukkan kepada kita bahwa masyarakat belum teredukasi dengan baik ihwal penyakit menular ini. Masyarakat mungkin sudah sering mendengar ada penyakit yang disebut antraks tapi mereka belum memahami betul bagaimana proses penularannya," kata Anggota Komisi IX DPR Rahmad Handoyo, Minggu (9/7).

Karena itu, kejadian di Gunungkidul beberapa pekan lalu harus dijadikan momentum untuk mensosialisasikan kembali bahaya antraks kepada masyarakat.

Baca juga: Ternak Mati Terkena Antraks tak Boleh Dikubur Sembarangan

"Masyarakat harus diedukasi secara masif bagaimana cara mencegah munculnya antraks. Masyarakat harus tahu bagaimana proses penularannya dan bagaimana cara pengobatannya jika sudah terjangkit," ujarnya.

Masyarakat harus memahami bahwa spora antraks yang menulari penyakit berbahaya bisa hidup berpuluh-puluh tahun di tanah. Spora ini bisa menyebar ke hewan ternak seperti sapi, kambing, domba, atau hewan herbivora lainnya.

"Antraks bisa muncul kapan saja. Apalagi, disebut-sebut spora antraks bisa hidup berpuluh-puluh tahun. Tapi antraks tentu saja bisa dihindari, caranya dengan pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan yang dimasak dengan matang," katanya.

Ditambahkan, masyarakat juga harus diajari agar membakar bangkai ternak yang berpenyakit atau dikubur dalam-dalam agar tidak muncul lagi ke permukaan.

Bercermin dari kasus di Gunungkidul, Handoyo mengatakan, hal yang sangat penting adalah larangan memakan bangkai hewan yang berpenyakit.

"Harus ada larangan keras, agar warga tidak memakan bangkai hewan berpenyakit. Kita kan tidak tahu apakah hewan sakit itu antraks, rabies atau penyakit kuku. Kalau sudah sakit yang dibakar atau dikubur saja," katanya.

Baca juga: Penetapan KLB Antraks belum Dilakukan Daerah

Dikatakan Handoyo, meskipun wabah antraks saat ini merebak di Gunungkidul, masyarakat tidak harus panik, melainkan harus waspada dan lebih peduli terhadap penyakit ini.

"Sekali lagi, masyarakat harus paham apa itu antraks, apa itu rabies dan penyakit menular lainnya. Kalau sudah paham, tentu penyakit berbahaya tersebut bisa dihindari," katanya.

Lebih jauh, Handoyo mendorong pemerintah pusat untuk berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian dan Ditjen Peternakan untuk mendesain cara mencegah penyakit menular yang diakibatkan dari hewan ke manusia.

Kolaborasi ini juga harus memberikan informasi yang masif ke masyarakat sehingga bisa meminimalisasi kejadian yang tidak diharapkan. Sukses sosialisasi ini ada di pemerintah daerah dan dinas. (Z-6)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat