Ternak Mati Terkena Antraks tak Boleh Dikubur Sembarangan
![Ternak Mati Terkena Antraks tak Boleh Dikubur Sembarangan](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/07/40995d7155d794d6a0b78c6c1b407913.jpg)
TERNAK yang mati karena penyakit sebaiknya segera dikuburkan. Yang dikhawatirkan adalah mati karena suatu penyakit zoonosis atau penyakit hewan yang dapat menular pada manusia. Hewan yang mati karena antraks, penguburannya pun harus dilakukan secara khusus.
Tidak boleh disembelih. Jika disembelih, dipastikan akan menyebarkan antraks di sepanjang ceceran darahnya. Bahkan, tanah yang terinjak untuk menyeret bangkai pun berpotensi tertempel spora antraks.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM) Agnesia Endang Tri Hastuti Wahyuni mengungkapkan, ternak yang mati karena antraks, selain tidak boleh disembelih, penguburannya pun harus menggunakan cara khusus.
Baca juga: Sudah Ada di Indonesia Sejak 1884, Antraks Tidak Mudah Dimusnahkan
“Tanah untuk mengubur, dibuat cukup dalam. Sekitar 3 atau 4 meter,” katanya.
Tak cukup itu, tanah yang tadinya dilewati untuk menyeret bangkai ternak, kemudian dikeruk dan dimasukkan ke lubang galian.
Baca juga: Penetapan KLB Antraks belum Dilakukan Daerah
“Bangkai ternak itu harus dibakar sampai menjadi abu,” katanya.
Setelah menjadi abu, tidak bisa langsung ditimbun. Namun, harus dicor semen agar tidak bocor. Baru kemudian ditimbun.
Lokasi yang digunakan untuk menimbun abu dan sudah disemen pun harus steril dari kegiatan.
“Tidak boleh dibongkar lagi untuk keperluan apa pun,” katanya.
Spora antraks tersebut, mampu bertahan hingga puluhan tahun. Sehingga ketika dibongkar dikhawatirkan spora yang masih ada dikhawatirkan akan kembali menyebar.
Dosen Fakultas Peternakan UGM Nanung Danar Dono berharap bila perlu pemerintah kemudian membeli tanah yang digunakan untuk mengubur abu atau bangkai ternak yang mati karena antraks tersebut.
Harapannya, dengan menjadi milik pemerintah, tidak akan ada lagi yang membongkar.
“Kalau perlu dipasangi semacam tulisan yang memperingatkan jika lokasi tersebut terdapat bangkai atau abu ternak yang mati karena antraks dan siapa pun tidak boleh membongkarnya,” kata Nanung.
Menurut Nanung, di salah satu negara di Afrika pernah terjadi, antraks muncul kembali di sebuah desa, meski dalam catatan, antraks di lokasi tersebut pernah terjadi 250 tahun sebelumnya. Artinya, dimungkinkan spora tersebut dapat bertahan hingga ratusan tahun.
Antraks pada ternak di Indonesia tercatat pertama terjadi di Teluk Betung, Lampung yang diduga menjangkiti kerbau. Dalam perkembangannya, antraks terus menyebar. Sementara di Gunungkidul sendiri pernah terjadi kasus antraks pada 2020, 2021, dan 2022 serta terakhir Juni - Juli 2023 ini. (AU/Z-7)
Terkini Lainnya
DKPP Klaten Temukan Banyak Hewan Kurban tidak Memenuhi Batasan Umur
Hewan Ternak yang Dikurung dan Stres Lebih Rentan Diserang Penyakit
Jaga Kualitas Kurban, Human Initiative Kirim Tim QC ke Pelosok Daerah
Pemprov Sulteng Pastikan Stok Hewan Kurban Cukup dan Sehat
Perkara Hewan Ternak, Adik di Bengkulu Tembak Kakak Kandung secara Brutal
Jelang Idul Adha, Harga Sapi dan Kambing di Palu Berangsur Naik
Ini Prof Rarastoeti Pratiwi, Guru Besar Baru UGM Angkat Keunggulan Ilmu Biokimia
Komunitas UGM Peduli Gagas Kegiatan Polmas Kawasan Pendidikan
UGM Siapkan Sarapan Gratis Selama Masa Ujian
UGM dan Kementan Pecahkan Rekor Muri Minum Susu dengan Peserta Terbanyak
Mahasiswa UGM Ciptakan Aplikasi GO-Farm Siapkan Daging Ayam Bebas Kontaminasi
Keamanan Pangan Berkorelasi Erat dengan Kesehatan Masyarakat
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap