visitaaponce.com

Peran Mangrove Jaga Kedaulatan NKRI

Peran Mangrove Jaga Kedaulatan NKRI
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan melakukan penanaman mangrove sebagai upaya mendukung pembangunan berkelanjutan.(Ist/KLHK)

PANDEMI baru saja berlalu. Saatnya melaju lagi sesuai tema HUT ke-78 RI, ‘Terus Melaju untuk Indonesia Maju’. Tema ini merefleksikan semangat kolektif, harmoni, kolaborasi, serta menyingkronkan irama gerak dan sinergi pikiran dari setiap elemen bangsa untuk satu tujuan.

Layaknya sebuah olah raga estafet Ini merupakan energi gerak bersama bangsa Indonesia untuk terus menjaga laju momentum Pembangunan Indonesia menuju Indonesia Maju.

Terlebih Indonesia memiliki modal alam (natural capital) yang berlimpah guna mendukung pembangunan berkelanjutan. Salah satunya ialah mangrove.

Baca juga: Soal Foto Bersama di KTT G20, Presiden: Sudah di Tahura Pegang Cangkul

Ekosistem mangrove merupakan modalitas alam yang berkontribusi pada pendapatan masyarakat melalui pemanfa­atan mangrove yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Indonesia sebagai negara dengan ekosistem mangrove terluas di dunia yakni 3,36 juta hektare dan memiliki lebih dari 100 spesies mangrove di dalamnya, menempatkan mangrove sebagai ekosistem yang penting.

Untuk itu, Pemerintah Indonesia cq Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berkomitmen untuk menjaga kelestariannya.
Mangrove merupakan ekosistem unik dan kompleks, yang keberadaannya pada monospecific zone seringkali sejajar dengan garis pantai.

Ekosistem mangrove menghubungkan ekosistem daratan termasuk manusianya dengan ekosistem laut. Melalui koneksi inilah mangrove menyediakan fungsi dan jasa lingkungan yang bermanfaat bagi tingkat lokal, regional maupun global.

Paling tidak ada 3 (tiga) fungsi jasa lingkungan mangrove. Pertama, mangrove merupakan habitat tempat berlindung/ berkembang­biaknya berbagai jenis fauna dan biota laut (habitat and nursery function).

Baca juga: Diplomasi Mangrove ala Jokowi di KTT G20

Kedua, mangrove menjadi buffer zone dalam menstabilisasi sedimen dan purifikasi air, perlindung­an garis pantai, erosi, mitigasi bencana seperti tsunami dan badai (coastal protection and erosion control). Dan ketiga, mangrove sebagai nutrient cycling and carbon sequestration.

Mangrove dalam banyak penelitian memiliki kemampuan untuk menyimpan huge stocks of carbon, baik di atas permukaan maupun di bawah permukaan yang jauh lebih besar dibandingkan kemampuan menyimpan karbon di hutan-hutan terrestrial.

Dalam agenda mitigasi per­ubahan iklim, upaya perlindung­an dan pemulihan ekosistem mangrove pun secara konsisten terus didorong melalui sejumlah program nasional, salah satunya yaitu Indonesia FoLU Net-Sink 2030.

Program ini merupakan wujud implementasi upaya penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya.

Program ini diwujudkan salah satunya melalui kegiatan Percepatan Rehablitasi Mang­rove bersama Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) serta dukungan dari multi-stakeholder baik dalam negeri maupun luar negeri.  

Dalam upaya pencapaian target tersebut, telah tersedia RoadMap RHL Mangrove dan Peta Mang­rove Nasional.

Pemerintah juga mendo­rong gerakan rehabilitasi mangrove dengan melibatkan para pihak melalui Kelompok Kerja Mang­rove Nasional dan Daerah, antara lain: pemerintah daerah, masyarakat, LSM, BUMN/BUMS, guna memulihkan, meningkatkan dan mempertahankan fungsi ekosistem mangrove.

Selama lima tahun terakhir, Indonesia telah melakukan rehabilitasi mangrove seluas 67.521 hektare dan masih terus akan melaksanakan rehabilitasi dengan dukungan dari berbagai pihak, baik oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta, NGO, masyarakat, dan juga dukungan dari negara donor.

Rehabilitasi Mangrove juga menjadi cara penting menjaga kedaulatan ekonomi dan kedaulatan politik Indonesia berupa keutuhan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia karena wilayah hutan mangrove berada di pesisir-pesisir yang merupakan titik pangkal terluar untuk batas Laut Teritorial, Zona Ekonomi Eksklusif, dan Landas Kontinen wilayah Indonesia dengan batas wilayah laut negara lain disekitarnya. Jangan sampai batas negara ini tergerus oleh abrasi akibat tidak adanya ekosistem mangrove.

Nilai Ekonomi Ekosistem Mangrove

Optimalisasi peran ekosistem mangrove untuk meningkatkan ekonomi masyarakat terus dilakukan, salah satunya melalui pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dan jasa lingkungan.

Selain itu, dengan mendorong dan memfasilitasi pengembangan model pengelolaan mangrove produktif-lestari-berkelanjutan melalui sistem budidaya silvofishery untuk meningkatkan produktifitas sektor lain seperti komoditi udang, kepiting, dan biota lainnya.

Ekosistem mangrove juga memiliki nilai ekonomi yang signifikan karena keindahan alamnya, juga menjadi salah satu penyedia sumber daya obat-obatan melalui beberapa tumbuhan di ekosistem mang­rove.

Ekosistem mangrove juga berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim melalui kemampuannya menyimpan karbon 4-5 kali dari ekositem hutan terestrial. 

Baca juga: Pemimpin G20 Terkejut dengan Perkembangan Pembangunan Hijau Indonesia

Mangrove juga menjadi pendukung kelestarian keanekaragaman hayati karena menjadi habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang penting bagi keaneka­ragaman hayati global. 

Nilai ekonomi dari ekosistem mangrove sangat bervariasi tergantung pada lokasi, ukuran, dan kondisi ekosistem tersebut. Namun, beberapa penelitian telah mencoba untuk meng­estimasi nilai ekonomi ekosistem mangrove secara global.

Pada tahun 2017, sebuah studi yang diterbitkan di Jurnal Bumi Indonesia oleh ND Kurniawati mencoba untuk menghitung nilai ekonomi ekosistem mang­rove dengan lokasi penelitian di Desa Karangsong, Indramayu, berdasarkan berbagai layanan ekosistem yang diberikan oleh mang­rove.

Menurut studi tersebut Nilai Ekonomi Total (NET) ekosistem mangrove sebesar Rp3.504.487.581,00/ha/tahun, yang terdiri dari manfaat langsung sebesar Rp3.486.594.145,00/ha/tahun (99,49%) dari ekowisata dan hasil perikanan (udang, raju­ngan, kepiting dan ikan baji-baji), manfaat tidak langsung sebesar Rp14.122.055,00/ha/tahun (0,40%) dari pemecah gelombang, manfaat pilihan sebesar Rp3.734.734,00/ha/tahun (0,10%) dari keanekaragaman hayati dan manfaat keberadaan sebesar Rp36.647,00/ha/tahun (0,001%) dari kesedia­an membayar masyarakat.

Nilai ekonomi ekosistem mangrove yang tinggi menekankan pentingnya pelestarian dan pengelolaan yang berkelanjutan dari ekosistem ini, tidak hanya untuk manfaat ekonomi tetapi juga untuk manfaat ekologis dan sosial yang diberikannya.

Ekosistem mangrove adalah contoh nyata bagaimana lingkungan alam dapat memberikan sumbang­an ekonomi yang penting bagi masyarakat.

ASEAN Mangrove Network

Kepeloporan Indonesia dalam melakukan aksi pengendalian perubahan iklim telah diakui dunia. Indonesia terus dapat menunjukkan komitmen globalnya melalui contoh-contoh nyata (leading by examples).

Beberapa prestasi dari peningkatan ambisi iklim yang diraih telah antara lain: Satu, Indonesia merupakan salah satu negara berkembang anggota G20 yang mempunyai kebijakan FOLU net-sink 2030,

Kedua Indonesia merupakan salah satu dari 39 negara yang meningkatkan ambisi Nationally Determined Contribution (NDC)nya melalui Enhanced NDC per 23 September 2022 dengan peningkatan target penurunan emisi GRK Indonesia dengan kemampuan sendiri menjadi 31,89% dan target dengan dukungan internasional menjadi 43,20%.

Kemudian ketiga, saat ini Indonesia adalah satu-satunya negara penerima Result Based Payment (RBP) REDD+ dari GCF (US$103 Juta), Norwegia (US$56 juta) dan FCPF (US$20,9 juta), Komitmen total BioCF (US$70 juta) dan FCPF (US$120 juta),

Keempat, Indonesia merupakan salah satu negara yang meng­ajukan dan memperbarui komunikasi adaptasi secara berkala. Kelima, Indonesia merupakan salah satu negara yang produktif memproduksi peraturan perundang-undangan mengenai Nilai Ekonomi Karbon.

Keketuaan Indonesia di ASEAN berfokus untuk menjadikan ASEAN sebagai kawasan yang stabil dan damai sebagai jangkar stabilitas dunia. Melalui tema ‘ASEAN Matters: Epicentrum of Growth’, Keketuaan ASEAN Indonesia 2023, memiliki misi untuk meningkatkan kerja sama ekonomi negara-negara ASEAN.

Baca juga: Mangrove Jadi Penyelamat Perubahan Iklim

Pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN harus diarah­kan menjadi pertumbuhan hijau. Salah satunya melalui mempertahankan kelestarian ekosistem mangrove di ASEAN yang menjadi ekosistem mang­rove terluas di dunia.

ASEAN memiliki garis pantai sepanjang 173.000 (seratus tujuh puluh tiga ribu) km, dan memiliki 34% (tiga puluh empat persen) hutan mangrove dunia. Mang­rove telah menjadi salah satu titik fokus kegiatan manusia di kawasan ASEAN.

Mengingat strategisnya mang­rove, pemerintah negara-negara ASEAN telah memberikan perhatian untuk mengelola mangrove dengan baik, dengan mengembangkan tata kelola, dan berupaya memperbaiki kondisi di tingkat lapangan, melalui rehabilitasi dan konservasi mangrove.

Dalam upaya-upaya tersebut, Indonesia menyadari bahwa membutuhkan banyak pembelajaran, dan ASEAN merupakan forum regional yang sangat baik untuk pembelajaran bersama dalam hal ini, dan untuk meningkatkan kolaborasi dalam pengelolaan mangrove.

Oleh karena itu, ASEAN Mangrove Network (AMNET) didirikan, dan diharapkan dapat menjadi platform strategis untuk mendukung semua upaya negara anggota ASEAN dalam pengelolaan mangrove.

Strategi ASEAN haruslah berasal dari negara-negara ASEAN, yang harus sejalan dengan peraturan nasional ma­sing-masing dan kesepakatan global yang terkait. Indonesia berharap terjadi penguatan kolaborasi antar negara di ASEAN, mengimplementasikan kegiatan dengan baik, untuk memberikan manfaat bagi kemajuan pengelolaan mang­rove di Kawasan ASEAN, dan untuk mencapai tujuan akhir, yaitu kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. (S-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat