Memaknai Kemerdekaan dengan Memperjuangkan Kaum Marginal
BAGI kalangan perempuan, arti mengenai kemerdekaan Indonesia setiap 17 Agustus memiliki tafsir tersendiri selain bermakna merdeka dari bangsa penjajah pada 1945.
Bagi Ayuningtyas Widari Ramdhaniar misalnya, merdeka dalam persepsinya bisa dimaknai jika perempuan jadi aktor strategis di dalam pembangunan.
"Serta dapat mengubah kehidupan masyarakat menjadi lebih baik dan sejahtera," ujar Managing Director Diesel One Solidarity ini dalam keterangannya, di Jakarta, hari ini.
Baca juga: Refleksi Kemerdekaan: Jangan Sampai Indonesia Maju Secara Fisik, Tetapi Jiwanya Rapuh
Tyas, biasa ia disapa, mengartikan merdeka juga bila seorang ibu bisa merawat anak dari kandungan dengan bebas tanpa tekanan, serta seorang pekerja dari kaum perempuan dapat berkreasi mengutarakan pendapat.
"Artinya, perempuan adalah aset, potensi, dan investasi penting bagi Indonesia yang bisa berkontribusi secara signifikan sesuai kapabilitas dan kemampuannya," terang Tyas.
Dalam konteks sosial saat ini, pendiri sekaligus Executive Director ReThinkbyAWR yang memiliki fokus pada perjuangan kaum marginal itu juga menekankan kemerdekaan perlu dirasakan kaum marginal.
"Itu sebabnya, saya bersemangat memperjuangkan kesejahteraan kaum terpinggirkan, terutama soal kesehatan," ungkap sarjana lulusan Unibraw serta Magister Kesejahteraan Sosial dan Otonomi Daerah UI tersebut.
Baca juga: 78 Tahun Kemerdekaan Indonesia, Sektor Pendidikan Cuma Pelengkap Derita
Tyas menggambarkan perjuangannya melawan diskriminasi kesehatan yang dialami kelompok rentan seperti perempuan dan anak-anak.
"Kelompok ini kerap diabaikan masyarakat sehingga mendorong saya untuk menjadi salah satu dari sedikit suara yang peduli dan bertindak," ujar dia.
Isu utama lainnya yang menjadi perhatian adalah perundungan, terutama dalam konteks kesehatan mental dan emosional pada kalangan masyarakat marginal.
Tyas pun memberikan saran kepada generasi mendatang mengenai bagaimana melawan perundungan.
"Jangan pernah meremehkan kata-kata ataupun tindakan buruk orang lain. Daripada hanya merenungkan penderitaan, lebih baik berbicara dan cari dukungan dari orang yang dapat dipercaya."
"Diam hanya akan memperkuat penindasan, sedangkan apabila angkat suara dapat menginspirasi perubahan dan mencegah rasa sakit yang lebih besar di masa depan."
Tyas pun berharap di masa depan mengenai stigma dan diskriminasi bisa dihilangkan dan setiap individu memiliki akses sama atas pendidikan, makanan, layanan kesehatan, dan peluang ekonomi.
"Begitulah arti kemerdekaan sesungguhnya, menurut saya," pungkas Tyas. (RO/S-2)
Terkini Lainnya
Jokowi: Peringatan HUT RI Digelar di IKN dan Jakarta Karena Masa Transisi
Caleg DPR Oki Fahreza Peringati Hari Kemerdekaan Bersama Masyarakat Jembrana
Lima Ribu Pesepeda Ikuti Jhonlin Ride 2023 di Kalimantan Selatan
Peringatan Detik-Detik Proklamasi di TPA Sampah Jabon Sidoarjo Berlangsung Khidmat
Keseruan Mahasiswa Asing UMP Ikut Lomba Agustusan
Rangkaian HUT Kemerdekaan RI ke-78 Diawali dari Monas. Ini Detail Acaranya
Lingkungan Perempuan Pancasila
11 Manfaat Buah Pepaya untuk Kesehatan Tubuh
DKPP Dinilai Menunjukan Keberpihakan terhadap Perempuan
Korban Dugaan Asusila Hasyim Buka Suara, Minta Perempuan Lain Buka Suara
RPP Manajemen ASN Atur Cuti Melahirkan bagi Suami
Ini Tutorial Makeup Flawless yang Mudah untuk Pemula
Lingkungan Perempuan Pancasila
Perang Melawan Judi Online
Ujaran Kebencian Menggerus Erosi Budaya
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap