Orangtua Diminta Kenali Gejala Diabetes pada Anak
![Orangtua Diminta Kenali Gejala Diabetes pada Anak](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/09/1c66feb657255e5078f6cecfe735459c.jpg)
ORANGTUA perlu mengenali gejala diabetes melitus pada anak sehingga ketika ditemukan kasus bisa ditangani sejak dini.
Secara umum, ada tiga gejala diabetes melitus pada anak yang disebut dengan 3P, yaitu poliuri atau sering pipis di malam hari, polidipsi atau sering merasa haus, dan poliphagi atau mudah lapar. Hal itu dikatakan dokter spesialis anak dari Divisi Endokrinologi RS Cipto Mangunkusumo Ghaisani Fadiana.
"Biasanya, 3P disertai salah satu hal lagi yang khas, yaitu berat badannya tidak naik atau malah turun, dan itu cukup banyak ditemukan pada anak-anak dan remaja dengan diabetes," kata Ghaisani pada diskusi kesehatan yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat (8/9).
Baca juga: Deteksi Dini Bisa Cegah Komplikasi Berat Diabetes pada Anak
Dokter di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI RSCM ini mengatakan gejala lain yang dialami anak dengan diabetes melitus adalah cepat lelah dan tidak bisa mengikuti aktivitas yang sedang sampai berat.
Sebagian kecil anak dengan kelainan diabetes juga akan mengalami infeksi berulang, seperti infeksi paru dan jamur berulang.
Untuk mengetahui anak terindikasi diabetes melitus, orangtua harus memahami beberapa gejalanya. Selain melalui 3P, rutin cek kadar gula darah juga termasuk deteksi dini untuk mengetahui apakah anak terindikasi diabetes atau tidak.
Baca juga: Vaksinasi Influenza Penting Bagi Penyandang Diabetes
Jika gula darah sewaktu lebih dari 200 mg/dl, ditambah ada gejala 3P, sudah bisa dipastikan kemungkinan besar anak mengalami DM.
Sayangnya, seringkali orangtua terlambat membawa anaknya ke rumah sakit dan datang sudah dalam kondisi yang berat, seperti sesak napas, dehidrasi, bahkan sampai penurunan kesadaran.
Ghaisani mengatakan sebagian besar diabetes melitus pada anak merupakan tipe 1, yaitu ada masalah di pankreas sehingga tidak bisa memproduksi insulin untuk tubuh dalam keadaan yang cukup.
Berbeda dengan diabetes melitus pada orang dewasa yang kebanyakan adalah tipe 2, dengan pankreas bisa memproduksi insulin namun insulin tersebut tidak bisa mengontrol gula darah dalam tubuh.
"Akibatnya pasti akan berbeda pada tatalaksana dan terapinya pada anak-anak, karena sebagian besar DM tipe 1 yang badannya tidak bisa menghasilkan insulin maka yang harus dilakukan sebagai terapi adalah terapi suntik insulin," katanya.
Suntik insulin diwajibkan untuk mencegah komplikasi yang berat dan risiko komplikasi yang lebih kecil jika rajin suntik insulin sesuai anjuran.
Anak yang sudah mendapatkan terapi insulin, gula darahnya tetap harus diperiksa secara berkala dalam satu hari untuk mengetahui kecukupan dosis insulin dan pengaturan makannya.
Idealnya, anak perlu periksa gula darah setiap sebelum makan dan 2 jam setelah makan atau paling tidak 3-4 kali sehari, dengan tujuan mengetahui apakah makanan yang diberikan sudah cukup memenuhi kadar gula darah dalam tubuhnya.
"Tapi kalau kondisi demam sebaiknya diperiksa lebih sering karena kalau pada kondisi sakit itu akan berisiko terjadi peningkatan atau gula darah yang lebih rendah," kata Ghaisani.
Selain suntik insulin, anak dengan diabetes juga perlu dijaga pola makannya, diet seimbang, hindari asupan kadar gula tinggi, dan yang mengandung pemanis buatan seperti permen dan soda.
Namun, tetap harus memperhatikan asupan karbohidratnya karena prinsipnya anak yang mengalami diabetes melitus masih memerlukan karbohidrat untuk bertumbuh dan berkembang.
Dokter yang juga praktek di RS Pondok Indah ini mengatakan anak dengan diabetes melitus harus tetap melakukan aktivitas fisik yang berintensitas sedang hingga berat. Aktivitas fisik ini direkomendasikan dilakukan 3-4 kali seminggu.
"Yang jelas. anak dengan DM tidak bisa berjalan sendiri, butuh satu support system yang lengkap, keluarganya mendukung, gurunya mendukung itu sebetulnya harus kita edukasi," ucap Ghaisani.
Anak dengan diabetes melitus masih bisa mengonsumsi makanan manis namun yang bersifat gula kompleks seperti buah-buahan. Jika didapati gula darah anak rendah, penanganan mandiri yang bisa dilakukan yaitu memberikan karbohidrat yang kerja cepat seperti air gula, teh manis, permen atau kismis. (Ant/Z-1)
Terkini Lainnya
Ini Gejala Stroke di Usia Muda dan Cara Pencegahannya
Pakan Unggas Berbasis Maggot dan Ekstrak Daun Meniran Dikembangkan
Apakah Bawang Putih Efektif Redakan Flu? Simak Penjelasannya
Khitan Bisa Mengurangi Potensi Tertular Penyakit Seksual
Penyakit Jantung Koroner Bisa Dicegah Sejak Usia 35 Tahun
Apakah Wajar Kaki si Kecil Berbentuk Huruf O?
Ini Makanan Berwana Putih yang Harus Di Waspadai Penderita Diabetes dan Hipertensi!
Vitamin B dan D Efektif Atasi Gangguan Saraf pada Penderita Diabetes
Edukasi Diabetes Penting Bagi Masyarakat
Manfaat Stem Cell untuk Terapi Penyakit hingga Antiaging
YLKI Pertanyakan Ditundanya Cukai Minuman Berpemanis dalam Kemasan
Usia Bertambah, Gejala Kesulitan Berkemih Kerap Muncul pada Perempuan
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap