visitaaponce.com

Sistem Transportasi Berkelanjutan Solusi Atasi Polusi Lingkungan Perkotaan

Sistem Transportasi Berkelanjutan Solusi Atasi Polusi Lingkungan Perkotaan
Lanskap gedung bertingkat yang diselimuti kabut polusi udara di Jakarta, Rabu (13/09).(MI/Usman Iskandar)

KETUA Program Studi S2 Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia Hayati Sari Hasibuan mengungkapkan bahwa polusi lingkungan di perkotaan merupakan satu masalah yang kompleks. Untuk itu, dibutuhkan kolaborasi antarsektor demi mengatasinya.

Namun, dari sisi transportasi yang dikatakan menjadi penyumbang utama polusi udara perkotaan, Hayati menyebut bahwa membangun sistem transportasi berkelanjutan merupakan solusinya.

“Dalam mengatasi pencemaran udara atau emisi yang berasal dari transportasi, tidak hanya dapat dilakukan di hilir, melainkan harus dimulai dari hulu. Yaitu mengintegrasikan tata ruang dengan transportasi,” kata Hayati dalam kuliah umum Universitas Indonesia bertajuk Pandangan Ilmu Lingkungan terhadap Polusi Udara di Indonesia, Senin (25/9).

Baca juga: Anies: Pemerintah Lakukan Pemborosan Energi selama Bertahun-tahun

Menurut dia, ada skema bertahap yang dapat dilakukan untuk membangun transportasi berkelanjutan. Pertama, dengan menghilangkan pergerakan yang tidak perlu. Pada tahap ini, diharapkan ada integrasi sistem tata ruang dan transportasi dengan transit oriented development. Sehingga perjalanan masyarakat sebanyak mungkin dilakukan dengan berjalan kaki dari satu titik ke titik lainnya.

Selanjutnya, proses peralihan (shifting) dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum. Ia menilai perlu adanya pergeseran angkutan umum berskala besar ke skala massal.

Baca juga: Aktivis Lingkungan Desak Pemprov DKI Kembali Tilang Uji Emisi di Tempat

“Hasil penelitian kami, penggunaan paratransit sangat banyak. Itu mungkin yang menyebabkan tingginya pengguna jumlah motor di kota besar seperti Jakarta,” kata dia.

Selanjutnya, perlu adanya penambahan cakupan pelayanan angkutan umum dan angkutan umum berkelanjutan. Hal itu dilakukan guna mengurangi beban emisi dari kendaraan pribadi.

Ia membeberkan, urbanisasi memang merupakan sebuah masalah yang dihadapi Jakarta. Pada 2020 sendiri, Jakarta menempati kota urban terbesar di dunia setelah Tokyo. Urbanisasi juga menyebabkan mobilitas masyarakat menjadi semakin tinggi.

Ia mencatat, terdapat pertumbuhan kendaraan pribadi yang sangat pesat setiap tahunnya. Pada 2023 saja, jumlah kendaraan pribadi di Jakarta mencapai 13 juta unit dengan jumlah motor sebanyak 9,2 juta unit dan mobil 2,9 juta unit.

Lalu di wilayah Jawa Barat dan Banten, jumlah total kendaraan pribadi mencapai 9,7 juta unit. Dengan jumlah motor mencapai 8 juta unit dan mobil sebanyak 1,3 juta unit.

Adapun, emisi gas rumah kaca yang dikeluarkan dari sektor transportasi setiap tahunnya berkisar antara 12 ribu hingga 13 ribu CO2 ekuivalen.

“Untuk itu, dalam penerapannya sistem transportasi berkelanjutan dibutuhkan target dan indikator yang jelas mengacu pada konsep localized context transit oriented development dan walkability city,” pungkas Hayati. (Ata/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat