visitaaponce.com

Majukan Program Keguruan dengan Perkembangan Teknologi Pendidikan

Majukan Program Keguruan dengan Perkembangan Teknologi Pendidikan
Ikatan Alumni (Ika) UNJ bersama Dompet Dhuafa mengadakan Edu Action Fest 2023 di Gedung Ki Hadjar Dewantara Universitas Negeri Jakarta.(Dokpri.)

IKATAN Alumni (Ika) UNJ bersama Dompet Dhuafa mengadakan Edu Action Fest 2023 di Gedung Ki Hadjar Dewantara Universitas Negeri Jakarta. Acara tersebut merupakan bagian perayaan Hari Cinta Guru 2023. Acara itu akan terbagi menjadi lima kegiatan yaitu talkshow, penganugerahan pahlawan pendidikan kepada Conny Semiawan, launching buku, sosialisasi kartu alumni, dan penganugerahan guru

Wakil Ketua Umum Ika UNJ Uswadin mengungkapkan pihaknya memanfaatkan momentum Hari Guru 2023 dengan menganugerahkan gelar pahlawan pendidikan kepada almarhum Prof. Dr. Conny Semiawan. "Dia ialah guru bangsa. Mudah-mudahan Prof Conny bisa menjadi pahlawan nasional karena jasa-jasanya," ucapnya.

General Manager Pendidikan Dompet Dhuafa Rina Fatimah memandang acara ini sebagai upaya memajukan program keguruan dan perkembangan teknologi pendidikan. Rina berharap guru dapat berdampingan dengan perkembangan teknologi. Baginya, teknologi pendidikan tidak akan dapat menggantikan peran guru. "Kita tahu bahwa perkembangan teknologi canggih hari ini, tetapi jangan lupakan guru punya persona dan karakter dalam dirinya. Apapun perubahan yang terjadi, jangan sampai persona sebagai guru berkurang," ucapnya.

Baca juga: Guru Jangan Dijadikan Alat Janji Politik untuk Sekadar Dapatkan Suara

Dalam diskusi yang sama, Rektor UNJ Komarudin mendorong guru untuk lebih inovatif dalam pembelajaran. Sejauh pengamatannya kini, tabiat guru menjadi makin tidak inovatif. "Kebanyakan copy paste, jarang inovasi. Saya bikin disertasi menemukan guru sekolah bagus pun masih begitu," ungkapnya.

Ia juga mengkritik tunjangan besar guru di kota seperti Jakarta. Seharusnya, menurut Komarudin, tunjangan tersebut dialokasikan untuk pengembangan profesionalitas dan kemampuan pedagogis guru tidak diberi serta merta saja. Meski begitu, Komarudin tetap percaya diri guru tidak akan tergantikan teknologi. Namun dalam perkembangan teknologi yang begitu cepat, baginya penting untuk guru terus berkreasi. "Coba lihat di Jepang, Jerman, apakah tergantikan, kan tidak. Untuk pekerjaan teknis mungkin. Namun, pekerjaan yang menyentuh kemanusiaan tidak bisa," ungkapnya. 

Baca juga: Kesejahteraan Guru Masih Jauh dari Harapan

Senada dengan Rektor UNJ, Guru Besar Teknologi Pendidikan Robinson Situmorang berharap guru juga bisa menyikapi perkembangan teknologi. Karenanya, guru dapat mengintegrasikan teknologi tersebut dalam proses dan tujuan pembelajaran. 

Kepala Prodi Teknologi Pendidikan UNJ tersebut juga mendorong pemerintah menciptakan suatu desain pembelajaran yang dapat menginovasikan kurikulum. Baginya, guru maupun calon guru tidak pernah diajarkan untuk mendesain pembelajaran yang dapat berjalan efektif dan efisien. "Saya berharap desain pembelajaran menjadi matkul wajib bagi orang orang pendidikan. Baru bisa berinovasi soal kurikulum."

"(Teknologi) itu alat, bagaimana mengintegrasikan tujuan pembelajaran bisa efektif dan efisien. Namun itu tidak pernah menggantikan guru sebagai manusia. Jadi jangan coba-coba menggantikan guru pakai robot," lanjutnya.

CEO Skolla Edtech Devlin Hazrian Saleh menyoroti teknologi pendidikan tidak hanya perihal pembelajaran. "Dalam aspek masalah pendidikan ialah fasilitas terbatas. Pihak sekolah kesulitan mengetahui potensi peserta didik, guru dan kecocokan diantaranya," ucap Devlin. Baginya, persoalan pendidikan juga tidak hanya terkait siswa dan guru. Keberhasilan proses pembelajaran, menurut Devlin, ditentukan oleh tiga hal, yaitu siswa, guru, dan orangtua siswa. 

Penggiat pendidikan Agung Pardini melihat teknologi pendidikan harus menyesuaikan tempat pendidikan itu diterapkan. Kearifan lokal penting juga dikedepankan dalam pendidikan. "Mereka yang berada di wilayah pertanian maupun perikanan semestinya dapat memanfaatkan sumber dayanya lewat pendidikan," ucapnya. Sebab, lingkaran setan kemiskinan yang terjadi di Indonesia membuat kita menjadi negara terbelakang. "Maka kalau kita ingin mengentaskan kemiskinan, jangan pakai BLT, tetapi menyediakan kebutuhan pendidikan," pungkasnya. (RO/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat