visitaaponce.com

Mengenal Kanker Payudara dan Pentingnya Deteksi Dini

Mengenal Kanker Payudara dan Pentingnya Deteksi Dini
Ilustrasi(freepik)

KANKER payudara menjadi salah satu penyakit tidak menular paling mematikan di Indonesia karena banyaknya temuan kasus di masyarakat. Kementerian Kesehatan memperkirakan 70% kasus kanker payudara di Indonesia terdeteksi sudah pada tahap lanjut.

Data Global Burden of Cancer pada 2020 memperkirakan kanker payudara jadi penyebab 22.430 kasus kematian di Indonesia (9,6%), tertinggi kedua setelah kanker paru. Diperkirakan pula, 43% kematian akibat kanker payudara bisa dicegah melalui deteksi dini.

Baca juga: Masyarakat Diingatkan Mengenai Pentingnya Deteksi Dini Kanker Payudara

Bicara soal subtipe kanker payudara dan sifat keganasannya, praktisi bedah onkologi dr Rachmawati SpB Onk(K) menyebut klasifikasi kanker payudara bisa dilakukan antara lain lewat pemeriksaan imunohistokimia yaitu pemeriksaan antigen antibodi atsa sejumlah tumor marker.

Melalui pemeriksaan itu, secara umum dikenal dua jenis kanker payudara yakni tipe luminal dan nonluminal. Tipe luminal disebut tipe hormonal, umumnya memiliki pertumbuhan sel lebih lambat dan peluang kesembuhan lebih tinggi ketimbang kanker payudara tipe nonluminal.

“Kalau kita bikin skema, tipe luminal di sebelah kiri, nonluminal di sebelah kanan. Makin ke kiri, makin baik sifat kankernya. Semakin ke kanan, kemungkinan angka kesembuhan makin rendah,” kata dr Rachmawati, melalui keterangannya, Jumat (24/11).

Subtipe kanker payudara ditentukan berdasarkan sejumlah pemeriksaan di antaranya, reseptor hormon esterogen, reseptor hormon progesteron, protein HER2 (human epidermal growth factor receptor 2), dan Ki-67.

Baca juga: Penanganan Kanker Payudara Masih jadi PR Besar Indonesia

“Ki-67 itu prediktor terhadap kecepatan pertumbuhan sel. Jadi kalau Ki-67 rendah, biasanya termasuk subtipe kanker payudara yang prognosisnya baik. Kalau makin tinggi Ki-67, biasanya kecepatan pertumbuhan selnya cepat dan angka kesembuhannya lebih rendah,” jelas dr Rachmawati.

Berdasarkan pemeriksaan imunohistopatologis, ada beberapa subtipe kanker payudara yakni subtipe luminal A, luminal B, luminal B dengan Her 2 +3, HER2 type, dan triple negative.

Setelah mengidentifikasi jenis dan subtipe kanker payudara, dokter akan memeriksa lebih lanjut untuk menentukan stadium kanker 1-4.

Staging kanker payudara ini erat kaitannya dengan survival rate atau harapan hidup pasien. Makin rendah stadium kanker, makin besar peluang keberhasilan terapi dan harapan hidup pasien saat menjalani terapi.

"Stadium 1 angka harapan hidupnya bisa di atas 90%, kalau stadium 4 sudah makin berkurang hingga 20%," jelas dr Rachmawati.

Bicara soal biaya penanganan kanker payudara, dia menyebutkan sangat variatif tergantung jenis terapi. Makin dini kanker ditemukan, makin murah biaya pengobatan. Kanker payudara yang terdeteksi pada stadium awal memiliki angka kesembuhan yang tinggi.

Baca juga: Bulan Kesadaran Kanker Payudara, Siloam Hospitals Jalankan Program SELANGKAH

Dia menjelaskan salah satu pengembangan terapi untuk melawan kanker payudara adalah targeted therapy. Berbeda dengan kemoterapi biasa yang menyerang semua sel dengan pertumbuhan cepat dan efek samping yang menyiksa, targeted therapy hanya menyerang sel kanker yang ditargetkan.

"Efek sampingnya jauh lebih ringan ketimbang kemoterapi biasa, tetapi membutuhkan biaya yang lebih mahal," ujar dr Rachmawati.

Praktisi kesehatan dr Intan Rahmi Nasya menambahkan salah satu mencegah dampak buruk kanker payudara ialah melakukan staging sedini mungkin. Cara paling mudah adalah Sadari (pemeriksaan payudara sendiri).

"Jika menemukan perubahan payudara atau gejala mencurigakan, segera konsultasikan dengan dokter agar ditangani secara tepat," kata dr Intan.

Upaya lain yakni pemeriksaan USG pada perempuan saat memasuki usia 20-an tahun dan pemeriksaan mamografi bagi perempuan usia 40 tahun ke atas.

Yang juga penting. kata dr Intan, menghindari faktor risiko, Meski 5-10% kanker payudara berhubungan dengan mutasi gen pada keluarga, kaum perempuan tidak dianjurkan mengonsumsi junk food.

“Bahan baku hormon estrogen itu dari kolesterol. Jika kita sarankan ke pasien, makanan harus dijaga, kurangi asupan lemak,” tutupnya. (RO/S-2) 
 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sidik Pramono

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat