visitaaponce.com

Dosen Atma Jaya Soroti Komitmen pada Isu Lingkungan Jelang Debat Cawapres 2024

Dosen Atma Jaya Soroti Komitmen pada Isu Lingkungan Jelang Debat Cawapres 2024
Aktivis lingkungan melakukan demo pada saat COP28 United Nations Climate Change Conference di Dubai, Selasa (12/12/2023).(AFP/GIUSEPPE CACACE)

PARA kandidat calon wakil presiden (Cawapres) akan melaksanakan Debat Keempat Pemilu 2024 dengan tema Energi, Sumber Daya Alam, Sumber Daya Mineral, Pangan, Pajak Karbon, Lingkungan Hidup, Agraria, Masyarakat Adat pada Minggu (21/1).

Dengan meningkatnya ancaman krisis iklim global, kebutuhan akan kebijakan berkelanjutan menjadi semakin mendesak sehingga isu lingkungan menjadi fokus perhatian wacana politik dalam debat.

Pemimpin negara mendatang harus mampu menjawab tantangan tersebut dengan membentuk masa depan lingkungan hidup Indonesia, dengan fokus pada isu-isu utama seperti pemanasan global, pengurangan emisi gas rumah kaca, kendaraan listrik (EV), dan pengelolaan limbah.

Baca juga : Air Minum dan Sanitasi Perlu Jadi Perhatian Capres-Cawapres

Dosen Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis dan Ilmu Komunikasi (FIABIKOM) Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Salvatore Simarmata menyoroti masih kurangnya kampanye negatif berkualitas.

Kampanye negatif berkualitas adalah yang mengkritik kandidat lawan pada sisi kapasitasnya mulai dari kebijakan, kompetensi, kualitas memimpin, integritas diri, dan keberanian dalam mengambil keputusan untuk memajukan kepentingan publik.

Debat, jelas Salvatore, bertujuan mendidik pemilih agar dapat mengambil keputusan politik yang paling baik dalam mencapai perwujudan aspirasi mereka. Memiliki ciri-ciri penting seperti berbasis fakta, orientasi kebijakan, relevan, berguna, dan transparan.

Baca juga : Langkah Membumi Festival Bangun Kepedulian dan Kolaborasi Hadapi Perubahan Iklim

“Debat kali ini mungkin lebih beradab dari penggunaan diksi, dan mobilisasi pendukung di ruang online, namun dari sisi substansi menurun. Tahun 2019, kita masih membahas aspek yang substansial, baik substansi isu ideologis termasuk geopolitik, saat itu orang membicarakan posisi Indonesia dalam konteks Asia,” ungkap Salvatore Simarmata, saat ditemui di kampus III Unika Atma Jaya, BSD, Tangerang Selatan.

Salah satu aspek penting dari kebijakan lingkungan hidup Indonesia adalah pengurangan emisi gas rumah kaca. Emisi global yang signifikan, sebagian besar disebabkan oleh deforestasi, degradasi lahan gambut, dan ketergantungan pada bahan bakar fosil. 

Kandidat Capres dan Cawapres pada Pemilu 2024 diharapkan menyajikan rencana komprehensif untuk melakukan transisi ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan, mendorong praktik kehutanan berkelanjutan, dan membatasi emisi dari industri.

Baca juga : Wapres Perintahkan GAPKI Atasi Kampanye Hitam terhadap Kelapa Sawit Indonesia

“Pendekatan capres dan cawapres masih terlalu pragmatis, karena melihat demografi pemilih secara tingkat pendidikan masih rendah,” ungkap Marhaeni Ria Siombo, Dosen Fakultas Hukum (FH) Unika Atma Jaya.

Marhaeni juga menjelaskan bahwa, pemahaman terhadap isu lingkungan harus terlihat sebagai calon pemimpin negara. Misalnya pemahaman dan komitmennya terhadap kebijakan transportasi listrik, dan bagaimana pandangannya terhadap 'carbon market' sebagai salah satu negara yang diperhitungkan dalam pengurangan emisi gas rumah kaca di kancah global.

Di sisi lain, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah, dengan polusi plastik yang menjadi perhatian utama. Pemilu 2024 memberikan kesempatan bagi para kandidat untuk mengusulkan solusi inovatif untuk pengurangan sampah dan praktik pengelolaan sampah berkelanjutan. 

Baca juga : Greta Thunberg Kembali akan Luncurkan Buku tentang Krisis Iklim

Inisiatif seperti program daur ulang masyarakat, kampanye pengurangan sampah plastik, dan kebijakan yang mendorong dunia usaha untuk mengadopsi kemasan ramah lingkungan dapat memainkan peran penting dalam mengatasi masalah ini. “Pengelolaan limbah masih dilihat sebelah mata, ini juga seharusnya menjadi isu yang diangkat oleh para kandidat pasangan Capres dan Cawapres pada debat nanti,” tambah Marhaeni.

Mengingat isu lingkungan hidup yang bersifat global, pemilu tahun 2024 juga memicu diskusi mengenai peran Indonesia dalam upaya internasional untuk memerangi perubahan iklim. Kandidat diharapkan untuk mengartikulasikan komitmen mereka terhadap tujuan iklim global, terlibat dalam kemitraan internasional untuk konservasi lingkungan, dan berpartisipasi dalam forum yang mengatasi tantangan lingkungan lintas batas.

Pemilu tahun 2024 harus menyajikan diskursus yang sehat untuk publik, pada debat keempat kali ini harus mampu meningkatkan kesadaran lingkungan dan pemahaman publik terkait kebijakan berkelanjutan. Peran aktif Indonesia dalam komitmen pengendalian perubahan iklim di masa mendatang harus menjadi pokok debat keempat.

Baca juga : Ganti Pagar Rumah Anda dengan Tanaman untuk Atasi Krisis Iklim dan Polusi

“Membudayakan retrospective voting dalam pemilu kita menjadi sangat penting. Selain mengedukasi publik dengan argumen kebijakan, masyarakat juga perlu diajak melihat visi misi para kandidat secara jelas, agar tidak terpolarisasi setiap kali pemilu berlangsung,” ucap Salvatore.

Para pemilih di Indonesia mengharapkan calon pemimpin bangsa dapat mengambil langkah berani menuju masa depan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Tidak hanya melakukan kampanye yang saling serang sehingga mengurangi substansi yang seharusnya disimak oleh publik.

Pentingnya pembangunan dan pengelolaan lingkungan hidup, menjadikan salah satu faktor utama dalam proses memilih calon pemimpin Indonesia yang tentunya akan berdampak jangka panjang terhadap kontribusi Indonesia untuk bersama memperjuangkan isu global melawan perubahan iklim. (H-2)
 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat