visitaaponce.com

President University Gelar Seminar Menuju Precision Medicine Melalui Pemetaan Genom

President University Gelar Seminar Menuju Precision Medicine Melalui Pemetaan Genom
Seminar Menuju Precision Medicine Melalui Pemetaan Genom(Dok. President University)

SELAMA ini para dokter dan praktisi kesehatan akan memberikan terapi dan pengobatan yang sama untuk setiap orang dengan gejala penyakit yang sama. Padahal, terapi dan obat-obatan tersebut belum tentu akan memberikan efek yang sama bagi setiap orang. 

Pasalnya, setiap orang mempunyai kode genetik yang berbeda-beda. Dengan mengetahui informasi genetik tersebut, para praktisi kesehatan bisa memberikan terapi dan pengobatan yang lebih presisi (precision medicine) terhadap seseorang dengan gejala penyakit tertentu. 

Upaya merekam informasi genetik itu kini tengah dilakukan oleh Kementerian Kesehatan melalui program Biomedical & Genome Science Initiative atau BGSi. BGSi adalah upaya pemerintah untuk mengetahui profil genom atau informasi genetik dari setiap orang. 

Baca juga : Pentingnya Menyimpan Sel Punca Tali Pusat untuk Pengobatan Leukemia

Dengan adanya informasi genetik tersebut, para dokter dan praktisi kesehatan bisa mendeteksi gejala penyakit tertentu yang dialami oleh seseorang, sehingga bisa memberikan terapi dan pengobatan secara lebih akurat. 

Program BGSi membuka babak baru dan sekaligus menjadi lompatan penting dalam dunia kesehatan Indonesia dan dunia. Banyak sekali manfaat yang bisa dipetik jika kita berhasil mengembangkan BGSi. 

Selain terapi dan pengobatan yang lebih presisi, manfaat lainnya adalah berupa penghematan biaya kesehatan. Ini karena masyarakat tidak perlu lagi mengeluarkan biaya-biaya untuk terapi atau mengonsumsi obat-obatan yang sebetulnya tidak diperlukan. 

Baca juga : Persetujuan Penerapan Prosedur Discseel Bawa Inovasi Pengobatan Regeneratif Tulang Belakang

Meski memberikan banyak manfaat, upaya pengembangan BGSi ternyata masih menuai pro kontra di masyarakat. Apa saja manfaat dari upaya merekam kode genetik dari setiap orang? Lalu, apa saja pro kontranya? 

Materi tersebut dibahas dalam seminar hibrida Menuju Precision Medicine Melalui Pemetaan Genom: Pro dan Kontra di Masyarakat oleh President University di President Lounge, Menara Batavia, Jakarta, Senin (12/2).

Seminar diisi sejumlah narasumber diantaranya Dekan Fakultas Kedokteran President University (Presuniv) Budi Setiabudiawan yang juga moderator seminar, Guru Besar Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Amin Soebandrio W Kusumo dan Ketua Umum Asosiasi Genomik Indonesia Ivan Rizal Sini. Seminar juga dihadiri Chairman Jababeka yang juga pendiri President University SD Darmono dan Pimpinan Yayasan Pendidikan President University Budi Susilo Soepandji.

Baca juga : Petik Manfaat Stem Cell, Oki Setiana Dewi Jadi Brand Ambassador CSC

Dalam paparannya Amin membahas pentingnya informasi genetik dalam terapi dan pengobatan kanker. Dengan adanya informasi genetik, para dokter bisa mengidentifikasi adanya gen-gen tertentu, atau terjadinya mutasi gen yang dapat meningkatkan risiko serangan kanker. 

"Dengan adanya informasi genetik tersebut, para dokter dapat memberikan terapi dan pengobatan kanker yang lebih presisi. Pendekatan ini tentu bisa meningkatkan efektivitas obat dan mengurangi dampak sampingnya. Hasilnya tentu akan lebih baik bagi masyarakat," ujarnya.

Bahkan, menurut Amin, informasi genetik akan merevolusi terapi dan pengobatan kanker. Terapi dan pengobatan ini menjadi sangat penting karena, menurut WHO, kanker masih menempati urutan pertama pembunuh manusia di dunia. Masih menurut WHO, tiga kanker yang paling mematikan adalah kanker paru-paru (1,8 juta kematian atau 18,7% dari total kematian akibat kanker), kanker kolokteral (900.000 atau 9,3%), dan kanker hati (760.000 atau 7,8%). 

Baca juga : Akupuntur Bisa Jadi Pilihan Terapi bagi Pasien Stroke

Dengan adanya informasi genetik, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mendapatkan terapi dan pengobatan yang lebih presisi. Diantaranya, penilaian risiko yang bersifat personal, upaya deteksi dan pencegahan dini, rencana pengobatan yang disesuaikan berdasarkan susunan genetik individu, mengurangi efek samping pengobatan, meningkatkan khasiat pengobatan, tindak lanjut perawatan yang disesuaikan dengan kebutuhan, yang semuanya berdampak pada peningkatan hasil pengobatan dan kualitas hidup pasien.

Ivan Rizal Gini memaparkan potensi industri genomik yang saat ini masih tumbuh dengan lambat. Selama 2022 hingga 2023, mengutip data National Human Genom Research Institute (NHGRI), pasar genomik naik dari US$44,6 miliar menjadi US$46,2 miliar atau hanya tumbuh 3,6%. Meski begitu pada 2028 pasar genomik diperkirakan akan melesat menjadi US$83,1 miliar, atau tumbuh rata-rata 12,4% per tahun.

Selain membahas soal industri, Ivan juga memaparkan beberapa isu tentang pentingnya informasi genetik. Misalnya, soal pentingnya Polygenic Risk Scoring (PRS). PRS adalah cara agar masyarakat dapat mengetahui risiko terkena suatu penyakit tertentu, atau beberapa penyakit sekaligus, berdasarkan akumulasi perubahan yang terkait dengan penyakit tersebut. 

Baca juga : Primaya Hospital-BPJS Ketenagakerjaan Berikan Edukasi Kesehatan ke 150 Perusahaan di Bandung

Perubahan tersebut bukan hanya perubahan pada salah satu atau beberapa gen mereka, tetapi juga perubahan yang dipengaruhi oleh faktor eksternal.

Selain itu, Ivan juga membahas pentingnya uji genetik untuk menanggulangi penyakit-penyakit pranatal dan kesehatan reproduksi, termasuk peluangnya untuk membuat usia menjadi semakin panjang. 

Pendiri President University SD Darmono mengingatkan riset genom dengan teknologi tinggi membutuhkan biaya mahal, meskipun bisa diterapkan.

Baca juga : Anda Mengalami Kebotakan? Coba Terapi Sekretom

Hemat dia Indonesia masih banyak penduduk yang sebenarnya masih belum mampu untuk membayar biaya tinggi dalam pengobatan kemotraphy, dan lain lain.

"Riset kita di genom sangat penting maka perlu disiapkan untuk pasar orang-orang yang mampu. Namun risetnya disiapkan pula bagi kalangan warga masyarakat tidak mampu untuk memperbaiki imunitas mereka," pungkas Darmono. (Z-5)

Baca juga : Terapi Sel Punca Diyakini Bisa Kurangi Nyeri Tulang Belakang

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat