visitaaponce.com

Bencana Ekstrem akan Beralih Signifikan ke Indonesia Tengah dan Timur

Bencana Ekstrem akan Beralih Signifikan ke Indonesia Tengah dan Timur
Foto udara pekerja mengoperasikan mesin pengeruk (excavator) guna menutup tanggul sungai Wulan yang jebol di Desa Ketanjung.(Antara/Aji Styawan)

BADAN Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menghimbau agar masyarakat terus mewaspadai potensi cuaca ekstrem di yang hampir merata di seluruh wilayah Indonesia. Data BNPB terbaru mencatat ada 336 kejadian bencana yang terjadi di Indonesia hingga pertengahan Maret ini. Sebanyak 68% bencana yang terjadi didominasi oleh bencana banjir dan tanah longsor.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan bahwa potensi cuaca ekstrem masih akan terjadi hingga sepekan mendatang. Bencana ekstrem juga masih terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Sumatra dengan intensitas rendah serta akan beralih secara signifikan pada wilayah Indonesia Tengah dan Timur.

"Untuk seminggu ke depan masih perlu diwaspadai peningkatan intensitas curah hujan yang berpotensi membawa banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, serta gelombang tinggi di sebagian besar Jawa dan Nusa Tenggara akibat dua siklon tropis di selatan Jawa dan Nusa Tenggara," ujarnya kepada Media Indonesia di Jakarta pada Selasa (19/3).

Baca juga : Tasikmalaya Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi hingga 31 Mei 2024

Selain itu, pengaruh Madden Julian Oscillation (MJO) atau rangkaian awan hujan yang bergerak dari sebelah barat Samudra Hindia melewati Indonesia menuju Pasifik yang saat ini berada di kawasan tengah menuju timur Indonesia juga masih berpotensi meningkatkan intensitas hujan di kawasan tengah Indonesia selama sepekan ini. "Khususnya bagian timur Indonesia di akhir minggu ini dan awal minggu depan akan terjadi peningkatan intensitas curah hujan ekstrem yang diikuti oleh gelombamg tinggi dan angin kencang," jelasnya.

Lebih lanjut Aam menjelaskan terkait potensi bencana yang terjadi seminggu ke depan untuk wilayah Sumatra bagian tengah ke utara. Dalam hal ini, BNPB sudah menerima laporan kejadian kebakaran hutan (karhutla) meski masih dalam skala kecil.

"Karhutla yang terjadi ini juga menjadi alarm kesiapsiagaan agar pemerintah daerah juga segera melakukan apel kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana hidrometeorologi kering setelah pergerakan La Nina berakhir yang diprediksi terjadi pada triwulan akhir 2024," tuturnya.

Baca juga : 58% Wilayah Indonesia Masuki Musim Penghujan, BNPB Minta Pemda Waspadai Potensi Bencana Hidrometeorologi

Aam juga menghimbau pada masyarakat di wilayah Sumatra bagian tengah ke selatan, sebagian besar Jawa, dan Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, untuk tetap waspada terhadap dampak dari intensitas hujan tinggi dalam kaitan dengan potensi banjir/bandang dan tanah longsor.

Selain itu, Aam menjelaskan bahwa kondisi banjir yang terjadi di sembilan kabupaten/kota di Jawa Tengah saat ini telah dimitigasi oleh BNPB sejak Sabtu (16/03) melalui pelaksanaan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) hingga Rabu (20/3) untuk mengurangi intensitas hujan khususnya di kawasan Jawa Tengah. "TMC dilakukan selama hampir 4 hari ini sebagai upaya dalam penanggulangan bencana di Jawa Tengah agar bisa berjalan optimal khususnya perbaikan tanggul yang jebol di Demak dan Grobogan," ujarnya.

Aam menyebutkan bahwa keenam tanggul yang jebol tersebut tersebar di aliran sungai Wulan yang berada di perbatasan antara Kabupaten Demak dan Kudus. Sejak Minggu (17/3), beberapa di antara tanggul-tanggul tersebut sebelumnya sempat diperbaiki pada pertengahan Februari lalu kembali jebol.

"Tanggul tersebut jebol karena faktor tanggul yang tak mampu menahan volume air sungai Wulan yang terus bertambah setelah diguyur hujan deras. Kondisi itu membuat air luapan sungai mengalir deras dengan seketika menggenangi 89 desa di 11 kecamatan dengan ketinggian rata-rata 30 cm," ujarnya. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat