visitaaponce.com

BMKG Indonesia Berpotensi Alami Kekeringan Meteorologis

BMKG: Indonesia Berpotensi Alami Kekeringan Meteorologis
Petugas BMKG melihat citra satelit.(ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)

BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut sejumlah wilayah di Indonesia berpotensi mengalami kekeringan meteorologis pada musim kemarau, meskipun di sebagian wilayah Indonesia mengalami hujan yang berdampak pada bencana hidrometeorologi.

Untuk itu, kesiapsiagaan dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah mendesak perlu terus dilakukan.

“Laporan kepada Presiden perihal kondisi iklim dan kesiapsiagaan kekeringan 2024 sudah kami sampaikan agar mendapat atensi khusus pemerintah sehingga risiko dan dampak yang ditimbulkan dapat diantisipasi dan diminimalisir sekecil mungkin,” ungkap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta, seperti dilansir dari Keterangan Pers pada Selasa (28/5).

Baca juga : BMKG: Musim Kemarau 2024 akan Dihantui Kekeringan Parah Seperti 2023

Dwikorita menjelaskan bahwa mayoritas wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara sudah mengalami hari tanpa hujan (HTH) sepanjang 21-30 hari atau lebih panjang. Selain itu, berdasarkan analisis curah hujan dan sifat hujan yang dilakukan BMKG, menunjukkan bahwa kondisi kering sudah mulai memasuki wilayah Indonesia, khususnya di bagian Selatan Khatulistiwa.

“Sebagian wilayah Indonesia sebanyak 19% dari Zona Musim sudah masuk Musim Kemarau dan diprediksi sebagian besar wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara segera menyusul memasuki musim kemarau dalam 3 dasarian (30 hari) ke depan. Kondisi kekeringan ini saat musim kemarau akan mendominasi wilayah Indonesia sampai akhir bulan September,” jelasnya.

Untuk itu, lanjut Dwikorita, maka daerah dengan potensi curah hujan bulanan sangat rendah dengan kategori kurang dari 50mm per bulan perlu mendapatkan perhatian khusus untuk mitigasi dan antisipasi dampak kekeringan. Adapun daerah tersebut meliputi sebagian besar Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Bali dan Nusa Tenggara, sebagian Pulau Sulawesi, dan sebagian Maluku dan Papua.

Baca juga : Perubahan Iklim Perparah Intensitas Cuaca Ekstrem

Dwikorita menjelaskan hasil monitoring yang dilakukan dengan satelit, menunjukkan telah munculnya beberapa hotspot awal pada daerah-daerah rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sehingga diperlukan perhatian khusus untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran di sepanjang musim kemarau.

“Memperhatikan dinamika atmosfer jangka pendek terkini, masih terdapat jendela waktu yang sangat singkat yang bisa dimanfaatkan secara optimal sebelum memasuki periode pertengahan musim kemarau,” ujarnya.

Berkaca dari hal tersebut, BMKG memberikan sejumlah rekomendasi teknis yang bisa dilakukan sebagai langkah mitigasi dan antisipasi. Diantaranya, penerapan teknologi modifikasi cuaca untuk pengisian waduk-waduk di daerah yang berpotensi mengalami kondisi kering saat musim kemarau dan membasahi dan kenaikan muka air tanah pada daerah yang rawan mengalami karhutla ataupun pada lahan gambut.

Baca juga : Kemarau di Jateng Diperkirakan Masih Hingga Akhir Oktober

“Agar upaya modifikasi cuaca dapat terlaksana dengan efektif dan efisien dalam mitigasi potensi bencana kekeringan, BMKG berharap agar Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta Kementerian Pertanian dapat memastikan koneksitas jaringan irigasi dari waduk ke kawasan yang terdampak kekeringan benar-benar memadai,” jelasnya.

BMKG lebih lanjut merekomendasikan kepada pemerintah daerah agar wilayah yang masih mengalami hujan atau transisi dari musim hujan ke musim kemarau, untuk dapat segera mengoptimalkan secara lebih masif upaya untuk memanen air hujan.

“Terkait pertanian, maka pola dan waktu tanam untuk iklim kering pada wilayah terdampak dapat menyesuaikan. Karenanya, BMKG akan melakukan koordinasi lebih lanjut dengan Menteri Pertanian dan Gubernur Provinsi terdampak,” katanya.

Pemanenan tersebut lanjut Dwikora, dapat dilakukan melalui tandon-tandon/ tampungan-tampungan air, embung-embung, kolam-kolam retensi, sumur-sumur resapan, dan lain sebagainya seiring dengan upaya mitigasi dampak kejadian ekstrem hidrometeorologi basah yang sedang dilakukan. (Dev/P-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akmal

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat