visitaaponce.com

Israel Kecam Rencana Amerika Buka kembali Konsulat Jerusalem untuk Palestina

Israel Kecam Rencana Amerika Buka kembali Konsulat Jerusalem untuk Palestina
Pekerjaan konstruksi yang sedang berlangsung di Ramat Shlomo, permukiman Yahudi di timur Jerusalem yang dicaplok Israel, Rabu (1/9).(AFP/Ahmad Gharabli.)

PEMBUKAAN kembali konsulat Amerika Serikat di Jerusalem yang dipertimbangkan oleh Presiden AS Joe Biden disebut sebagai ide buruk. Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid telah memperingatkan langkah itu akan mengirim pesan yang salah ke Palestina dan masyarakat internasional.

Konsulat Jenderal AS di Jerusalem, yang telah menjadi kedutaan de facto Amerika untuk Palestina sejak pertengahan 1990-an, ditutup pada Maret 2019. Kemudian presiden AS Donald Trump mengklaim bahwa misi tersebut menjadi tidak relevan setelah dia secara kontroversial memindahkan Kedutaan Besar AS di Israel untuk Jerusalem yang diklaim sebagai ibu kota oleh Israel dan Palestina.

Namun setelah mengambil alih Gedung Putih, Biden, yang merupakan pendukung kuat solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina, menjelaskan bahwa dia tidak akan mengikuti semua kebijakan ramah pendahulunya terhadap Israel. Salah satu langkah yang diumumkan oleh pemerintah AS sejalan dengan perubahan strategi yaitu pembukaan kembali konsulat Jerusalem. 

Awalnya konsulat AS melanjutkan operasi pada Mei. Akan tetapi, menurut pejabat Israel, Washington setuju untuk menunda pembukaan kembali hingga November sehingga pemerintah baru Israel dapat menyetujui anggaran dan menghindari gejolak dalam koalisi penguasa yang terpecah-pecah.

Baca juga: Putin Sebut Kehadiran Amerika di Afghanistan Berakhir Tragedi

Masalah itu dilaporkan diangkat lagi selama kunjungan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett pada minggu lalu ke Washington. Biden menjelaskan bahwa rencananya untuk membawa kembali misi itu.

"Kami pikir itu ide yang buruk dan kami telah memberi tahu Amerika bahwa kami pikir itu ide yang buruk," kata Lapid tentang kemungkinan pembukaan kembali konsulat AS di Jerusalem pada Rabu (1/9) sebagaimana dikutip RT.com. Langkah seperti itu oleh Washington, "Akan mengirim pesan yang salah, tidak hanya ke kawasan, tidak hanya ke Palestina, tetapi juga ke negara lain, dan kami tidak ingin ini terjadi," tambahnya.

Menurutnya, langkah itu juga dapat menggoyahkan struktur menarik tetapi rumit dari pemerintah Negara Yahudi sekarang. "Saya tidak berpikir pemerintah Amerika menginginkan ini terjadi," tegasnya.

Kabinet Israel terdiri dari tujuh partai dengan pandangan dan agenda politik yang berbeda. Mereka hanya bersatu pada Juni oleh keinginan bersama untuk menyingkirkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dari kekuasaan.

Baca juga: Menlu Israel Tanggapi Kepergian Amerika dari Afghanistan

PM baru Bennett cukup tegas ketika ditanya tentang pembukaan kembali konsulat Jerusalem oleh New York Times bulan lalu. "Jerusalem ialah ibu kota Israel. Itu bukan ibu kota negara lain," tandasnya. (OL-14) 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat