visitaaponce.com

Tim Baznas Tembus Aleppo untuk Salurkan Bantuan ke Suriah

Tim Baznas Tembus Aleppo untuk Salurkan Bantuan ke Suriah
Bantuan kemanusiaan Baznas untuk korban gempa akhirnya bisa tiba di Aleppo, Suriah.(DOK.BAZNAS)

PAGI yang dingin dan mendung di langit Aleppo, Suriah, menghangat saat matahari menyeruak di balik awan. Kehangatan yang sama mengalir di pipi Ghaniah Khairawi, 42, salah seorang penyintas yang menerima bantuan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) RI.

"Terima kasih Indonesia, ini meringankan kami dalam menjalankan ibadah Ramadan bersama keluarga," ujar warga yang kehilangan suami saat konflik bersenjata 2011-2016 ini dengan mata berkaca-kaca, Sabtu (1/4).

Ghaniah adalah bagian dari korban bencana. Ia kehilangan anak saat gempa datang menimpa negeri itu. Kini, ia masih tinggal di pengungsian yang disiapkan pemerintah setempat dan donasi internasional.
                                                             
Sebulan menjelang Ramadan, Senin (6/2), gempa dahsyat dengan magnitudo 7,8 meluluhlantakkan sebagian wilayah Turki dan Suriah. Menurut data Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), sekitar 50 ribu korban meninggal dunia. Baznas pun merasa terpanggil untuk mengirim bantuan dan tim kemanusiaan ke kedua negara tersebut.

Seusai delegasi pertama menyelesaikan tugas di Turki, Baznas mengutus tim ke Suriah. Selain bencana alam, Negeri Syam ini menghadapi musibah lebih berat akibat embargo internasional pascakonflik bersenjata yang terjadi lebih dari 5 tahun.

Pada hari pertama, Jumat (24/3) atau 2 Ramadhan 1444 Hijriah, Tim Kemanusiaan Baznas untuk Korban Gempa Suriah, yang dikoordinatori Imdadun Rahmat dan anggota Fitriansyah Agus Setiawa, Taufiq Hidayat, serta Yudhiarma MK, berangkat ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Namun tantangan perdana menghadang, tim batal berangkat karena menghadapi kendala teknis sistem koneksi antarmaskapai penerbangan.

Sebagai informasi, akibat embargo dunia internasional, hanya ada dua flight ke Damaskus, Syrian Airlines milik Pemerintah Suriah dan Cham Wings dari maskapai swasta setempat yang membawa tim Baznas.

Tiket tidak setiap hari tersedia dan hanya bisa dipesan melalui agen tertentu. Hampir semua penerbangan di Timur Tengah, tidak terkoneksi secara sistem dengan maskapai Suriah, sehingga menyebabkan keberangkatan tim Baznas batal dan terpaksa dijadwal ulang pada hari berikutnya.

Sebab, pihak maskapai tak berani memberangkatkan penumpang, jika belum ada kepastian penerbangan lanjutan dari kota di negara persinggahan ke Damaskus, seperti boarding pass atau visa transit karena ada risiko 'terkurung' di bandara.


Baca juga: Iran Buka Lagi Kantor Kedutaan di Arab Saudi


Untuk memudahkan perjalanan, melalui sambungan telepon Imdad, tim Baznas dibantu Dubes RI untuk Suriah, Dubes RI untuk Qatar, dan Dubes RI untuk Uni Emirat Arab. Karena, penerbangan melewati rute tiga negara tersebut: Jakarta (Indonesia)-Doha (Qatar)-Sharjah (UEA)-Damaskus (Suriah).

Hari kedua, Sabtu (25/3), Tim Kemanusiaan Baznas kembali berangkat ke Bandara Soekarno-Hatta. Setelah lama menunggu dengan ketidakpastian, boarding pass baru bisa dicetak dua jam menjelang keberangkatan. Akhirnya, tim pun berhasil terbang, Ahad (26/3) dini hari pukul 01.25, dan mendarat di Damaskus pada 19.00 waktu setempat, setelah mengudara selama 14 jam dan transit di Doha (Qatar) dan Sharjah (UEA).

Hari ketiga, tim mendarat saat azan magrib berkumandang, petanda berbuka puasa di hari keempat Ramadan. Rombongan Baznas disambut perwakilan KBRI Damaskus dan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Suriah. Saat berada di luar bandara, tim menghadapi cuaca 7 derajat Celcius, masih transisi dari akhir musim dingin ke awal musim semi.

Sementara itu, efisiensi energi membuat Bandara Internasional Damaskus minim penerangan. Selama perjalanan ke hotel, banyak titik lokasi gelap gulita. Saat memasuki kota, rombongan melewati beberapa pos penjagaan (check point) yang dikawal tentara.

Hari keempat, Senin (27/3), tim mengikuti rapat koordinasi persiapan penyaluran bantuan bersama KBRI Damaskus dan PPI yang dipimpin Dubes RI untuk Suriah, Wajid Fauzi.

Tim membahas teknis pengadaan, branding, pengepakan, penyiapan, pengiriman, hingga pembagian bantuan untuk warga terdampak gempa di dua lokasi, yakni Aleppo dan Latakia.

"Alhamdulillah, kami sangat menghargai langkah Baznas yang ikut membantu korban gempa Suriah," kata Dubes seraya menyebutkan bahwa ini melengkapi bantuan Pemerintah Indonesia yang dikoordinasi Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana, yang dikirimkan pada 22 Februari.

Menurut Wajid, kedatangan Baznas memperkuat upaya bersama dalam mengharumkan nama bangsa, dengan memberikan bantuan untuk para korban gempa. (RO/I-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat