Biden dan McCarthy Belum Sepakat Naikan Plafon Utang AS
Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, dan Ketua DPR AS, Kevin McCarthy, tidak mencapai kesepakatan terkait plafon utang pemerintah sebesar US$31,4 triliun. Pertemuan yang dilakukan pada Senin (22/5). Itu terjadi hanya 10 hari sebelum Paman Sam mengalami gagal bayar yang dapat menenggelamkan ekonomi AS.
Tetapi presiden dari Partai Demokrat dan anggota Kongres dari Partai Republik itu telah berjuang untuk membuat kesepakatan. McCarthy menekan Gedung Putih untuk menyetujui pemotongan anggaran federal yang dianggap Biden ekstrim.
Sementara Biden mendorong pajak baru yang ditolak oleh Partai Republik. "Kami menegaskan sekali lagi bahwa default tidak dapat dilakukan dan satu-satunya cara untuk bergerak maju adalah dengan itikad baik menuju kesepakatan bipartisan," kata Biden dalam sebuah pernyataan usai pertemuan yang disebutnya produktif itu.
McCarthy mengatakan kepada wartawan setelah lebih dari satu jam pembicaraan dengan Biden bahwa negosiator akan berkumpul, bekerja sepanjang malam untuk mencoba menemukan titik temu. "Saya merasa kami melakukan diskusi yang produktif. Kami belum mencapai kesepakatan," kata McCarthy.
Baca juga: Biden-McCarthy Bertemu Lanjutkan Bahasan Plafon Utang
Dia mempercayai dirinya bersama Biden masih bisa mencapai kata sepakat dalam isu ini. Dia berharap untuk berbicara dengan Biden setiap hari.
Namun dia tidak mau mempertimbangkan rencana Biden untuk memotong defisit dengan menaikkan pajak atas orang kaya dan menutup celah pajak untuk industri minyak dan farmasi. McCarthy berfokus pada pengurangan pengeluaran dalam anggaran federal 2024.
Demokrat dan Republik hanya memiliki 10 hari untuk mencapai kesepakatan, hingga 1 Juni, untuk meningkatkan batas pinjaman pemerintah atau gagal bayar utang yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Biden mengatakan sebelum pertemuan dimulai bahwa dia optimis dapat membuat beberapa kemajuan. Kedua belah pihak membutuhkan kesepakatan bipartisan untuk modal politik kepada konstituen mereka.
Baca juga: Partai Republik Melambatkan Pembicaraan Krisis Utang Amerika Serikat
Menteri Keuangan Janet Yellen meminta keduanya lebih serius mencari jalan keluar mengingat waktu yang tersisa sudah hampir habis. Ia mengatakan perkiraan tanggal gagal bayar paling awal 1 Juni atau Departemen Keuangan tidak dapat membayar semua kewajiban pemerintah pada awal Juni jika plafon utang tidak dinaikkan.
Perwakilan Republik Patrick McHenry, yang hadir dalam pertemuan di Gedung Putih itu mengesampingkan kesepakatan anggaran parsial untuk menaikkan plafon utang. "Tidak ada yang akan menyetujui apa pun sampai kita memiliki kesepakatan akhir," katanya.
Dia mengatakan nada dalam pertemuan Biden adalah yang paling positif. Setiap kesepakatan untuk menaikkan batas harus melewati kedua kamar Kongres, dan karena itu bergantung pada dukungan bipartisan. Partai Republik McCarthy menguasai DPR 222 melawan 213 kursi, sementara Demokrat Biden memegang Senat 51 berbanding 49 kursi.
Keputusan Berisiko
Kegagalan untuk mengangkat plafon utang akan memicu default yang akan mengguncang pasar keuangan dan mendorong suku bunga lebih tinggi dalam segala hal mulai dari pembayaran cicilan mobil hingga kartu kredit alias krisis.
Jika Biden dan McCarthy sepakat tetap membutuhkan waktu untuk pengesahannya beberapa hari. Kesepakatan itu nantinya harus diundangkan melalui Kongres.
McCarthy mengatakan bahwa kesepakatan harus dicapai minggu ini untuk dapat diproses Kongres dan ditandatangani menjadi undang-undang oleh Biden untuk menghindari default. Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan negosiator Republik minggu lalu telah mengusulkan pemotongan tambahan untuk program yang menyediakan bantuan makanan bagi orang Amerika berpenghasilan rendah, dan menekankan tidak ada kesepakatan yang dapat disahkan Kongres tanpa dukungan dari kedua belah pihak.
Partai Republik menginginkan pemotongan pengeluaran diskresioner, persyaratan kerja baru untuk beberapa program bagi orang Amerika berpenghasilan rendah dan pencabutan bantuan covid-19 untuk ditukar dengan kenaikan pagu utang.
Demokrat ingin mempertahankan pengeluaran tetap seperti tahun ini untuk 2024. Sementara Partai Republik ingin menggunakan pagu anggaran belanja 2024 seperti 2022.
Biden, yang telah menjadikan ekonomi sebagai inti dari agenda politiknya akan mempertimbangkan pemotongan pengeluaran bersamaan dengan penyesuaian pajak. Biden menulis di Twitternya bahwa dia tidak akan mendukung subsidi bahan bakar atau disebutnya Big Oil dan mengurangi pajak orang kaya yang disebut para penipu pajak.
Dia lebih memilih untuk terus membelanjakan uang untuk bantuan kesehatan dan makanan bagi jutaan orang Amerika. Kedua belah pihak juga harus mempertimbangkan setiap konsesi dengan tekanan dari faksi garis keras di dalam partai mereka sendiri.
Beberapa anggota Kaukus Kebebasan DPR sayap kanan telah mendesak penghentian pembicaraan, menuntut agar Senat mengadopsi undang-undang yang disahkan DPR, yang telah ditolak oleh Demokrat. McCarthy, yang membuat konsesi ekstensif kepada kelompok garis keras sayap kanan untuk mengamankan posisi pembicara.
Mantan Presiden Donald Trump, seorang Republikan yang mencari masa jabatan pada 2024 setelah kalah dari Biden dalam pemilu 2020, telah mendesak Partai Republik untuk memaksakan default jika mereka tidak mencapai semua tuntutan.
Demokrat garis liberal telah menolak pemotongan yang akan merugikan keluarga dan orang Amerika berpenghasilan rendah. Hakeem Jeffries, pimpinan DPR dari Demokrat menuduh Partai Republik menjalankan negosiasi sandera dengan pembicaraan tersebut.
(France24/Z-9)
Terkini Lainnya
Joe Biden tidak akan Mundur dari Pencalonan Presiden
Alasan Joe Biden Tampil Buruk Saat Debat: Jet Lag Setelah Kunker
Joe Biden Sebut Putusan Mahkamah Agung Terhadap Donald Trump sebagai “Preseden Berbahaya”
Joe Biden Bertemu Keluarga di Camp David untuk Bahas Masa Depan
Survei Terbaru Khawatir Kelayakan Mental Joe Biden untuk Menjabat sebagai Presiden
Joe Biden Dilengserkan Usianya
Upaya Anggota Republik Garis Keras AS untuk Menggulingkan Ketua DPR
Masa Depan Bantuan AS untuk Ukraina dalam Ketidakpastian
Biden Desak Kongres Segera Setujui Bantuan ke Ukraina
Ketua DPR AS Gulirkan Wacana Pemakzulan Biden
DPR AS Tangguhkan Plafon Utang hingga 2025
Utang Amerika, Sejumlah Pihak Kecam Kesepakatan Biden dan McCarthy
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap