visitaaponce.com

Indonesia Harus Ambil Pelajaran dari Kecelakaan Tiga Kereta di India

Indonesia Harus Ambil Pelajaran dari Kecelakaan Tiga Kereta di India
Kecelakaan yang melibatkan tiga rangkaian kereta di distrik Balasore, Odisha, India(DIBYANGSHU SARKAR / AFP)

DUNIA transportasi dikejutkan dengan kecelakaan yang melibatkan tiga rangkaian kereta di distrik Balasore, Odisha, India, Jumat (2/6). Bukan hanya karena korban tewasnya yang mencapai 288 orang dan luka-luka 1.100 orang, melainkan juga jumlah kereta apinya sebanyak tiga rangkaian.

Hampir seluruh korban meninggal dari insiden terburuk di India, bahkan korban ini berada di 17 gerbong dari dua kereta penumpang. Sebelumnya satu rangkaian alat transportasi utama di Negeri Hindustan ini menabrak kereta kargo yang sedang terparkir.

Akibatnya, gerbong kereta penumpang itu banyak yang keluar jalur termasuk masuk di jalur berlawanan. Rangkaian kereta api yang tercecer itu menghambat jalur yang berlawanan dan membuat kereta yang melintasinya pun tergelincir.

Baca juga: PM India Kunjungi Lokasi Tabrakan Tiga Kereta

Menurut Ketua Forum Perkeretaapian dan Angkutan Antar Kota Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Aditya Dwi Laksana penyebab utama kecelakaan ketiga kereta di India ini belum dapat dipastikan secara resmi. Tim investigasi masih menyelidikinya dari sejumlah kemungkinan seperti kegagalan sinyal, ataupun infrastruktur yang buruk.

"Namun yang hampir bisa dipastikan penyebab kecelakaan tiga rangkaian kereta ini tidaklah terlepas dari faktor seperti manusia, prasarana, sarana, alam, dan manajemen," ungkapnya kepada Media Indonesia, Minggu (4/6).

Baca juga: 3 Kereta Tabrakan di India, 120 Tewas, 850 Luka-Luka

Aditya menjelaskan insiden tragis ini patut menjadi pelajaran berharga bagi pengelolaan perkeretaapian di Indonesia. Kabar pahit ini harus menjadi lonceng kewaspadaan atas potensi kecelakaan serupa.

Khususnya kondisi prasarana, kata dia, yang sudah saatnya diremajakan atau juga yang karena faktor pemeliharaan yang kurang optimal. Keduanya dapat muncul akibat keterbatasan anggaran operasi dan perawatan prasarana (Infrastructure Maintenance and Operations/IMO) dari pemerintah.

Dalam banyak hal, ujarnya, faktor manusia juga menjadi penyumbang besar penyebab terjadinya kecelakaan kereta api. "Bersyukurnya di Indonesia sejak 10 tahun terakhir dapat dikatakan tingkat kecelakaan kereta api telah jauh berkurang karena kepedulian yang tinggi terhadap faktor pelatihan dan kedisiplinan SDM, perawatan sarana ataupun penataan prosedur manajemen," paparnya.

Hanya saja, masih menurut Aditya, perhatian mendalam perlu diberikan pada sektor prasarana yaitu penyediaan anggaran yang memadai untuk modernisasi, peremajaan dan perawatan prasarana. "Ini sangat penting untuk mengutamakan aspek keselamatan perjalanan kereta api," pungkasnya.

Sehari setelah kecelakaan itu, Perdana Menteri India Narendra Modi mengunjungi lokasi kecelakaan dan meninjau operasi pencarian dan penyelamatan. "Dia berinteraksi dengan otoritas lokal, personel dari pasukan bantuan bencana, dan pejabat perkeretaapian. Dia menekankan pendekatan oleh seluruh alat negara untuk memitigasi tragedi luar biasa ini," kata Biro Informasi Pers pemerintah India.

Modi meminta otoritas terkait untuk memastikan semua bantuan yang dibutuhkan diberikan kepada korban yang terluka serta keluarga mereka. Setelah bertemu dengan korban luka, Modi mengatakan dirinya sudah mengeluarkan instruksi penyelidikan menyeluruh, dan pihak yang bersalah akan dihukum berat.

Dia berjanji bahwa pemerintah India akan berupaya keras untuk memberikan perawatan kepada korban yang terluka.

Sebelumnya, Modi mengatakan pertemuan di New Delhi untuk mendapatkan pengarahan tentang situasi setelah kecelakaan kereta api. Sebuah laporan yang dikeluarkan oleh pusat operasi darurat Odisha yang menggambarkan kecelakaan itu sebagai kecelakaan tiga arah.

Insiden ini melibatkan Bengaluru-Howrah Superfast Express, Coromandel Express, dan kereta barang di tiga jalur terpisah di stasiun pasar Bahanaga. "17 gerbong dari dua kereta ini telah tergelincir dan rusak parah," ungkap laporan tersebut.

Otoritas perkeretaapian India juga mengatakan bahwa operasi penyelamatan telah selesai pada Sabtu (3/6), dan dilanjutkan dengan restorasi sarana yang rusak. Seorang pejabat tinggi dari distrik Balasore Dattatraya Bhausaheb Shinde mengatakan sekitar 1.100 orang terluka dalam kecelakaan itu dan telah diberikan perawatan di sejumlah rumah sakit.

Menteri Perkeretaapian Ashwini Vaishnaw mengatakan sebuah komite tingkat tinggi telah dibentuk untuk menyelidiki kecelakaan itu dan untuk mengetahui akar penyebabnya. Namun berdasarkan jumlah korban, peristiwa nahas itu menjadi kecelakaan terburuk sejak tahun 1990-an. Sebelumnya, kecelakaan kereta api pernah terjadi pada 1981 di jembatan di Bihar dan terjatuh ke sungai dengan sekitar 1000 orang tewas. (Anadolu Agency/Cah/Z-7)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat