visitaaponce.com

Saat Suhu Meningkat, Petani Sicily Beralih ke Buah-Buahan Eksotis

Saat Suhu Meningkat, Petani Sicily Beralih ke Buah-Buahan Eksotis
Ilustrasi - Petani di kawasan Gunung Etna, Sicily, Italia beralih menanam buah eksotis akibat pemanasan global.(Freepik)

ALPUKAT, mangga, pisang, dan buah markisa, beragam hasil pertanian eksotis ini tumbuh di bawah bayangan Gunung Etna di Sicily, saat para petani pulau Italia ini beradaptasi dengan pemanasan global.

Dalam lanskap yang lebih mirip dengan Tropis daripada Eropa, ladang-ladang pohon mangga dan alpukat, dihiasi dengan pohon-pohon palem, membentang di antara gunung berapi dan Laut Mediterania yang berkilau.

"Anda tidak akan melihat pohon-pohon ini di wilayah Eropa lainnya," kata Andrea Passanisi, seorang petani alpukat dan kepala organisasi pertanian Coldiretti di Catania, kota terbesar kedua di Sicily.

Baca juga: Pengacara Pelajar Italia-Palestina yang Ditahan Israel Minta Pemerintah Intervensi

Selama dekade terakhir, sektor pertanian ini telah berkembang pesat di wilayah tersebut berkat iklim yang semakin mirip dengan habitat tropis, yang dulunya terkenal dengan produksi jeruk dan lemon.

Lahan subur di sekitar Gunung Etna, iklim mikro yang panas dan lembap, serta variasi suhu yang terbatas antara siang dan malam, ternyata menjadi kondisi ideal untuk menanam buah-buahan eksotis.

Baca juga: Anak-anak Muda ini Menggugat Sejumlah Negara Eropa Terkait Perubahan Iklim

Hari ini, lebih dari 40 petani di Sicily menanam beragam jenis buah eksotis di ratusan hektare lahan di seluruh wilayah tersebut. Para produsen telah mendirikan situs web untuk menjual produk mereka secara langsung kepada konsumen, mengirimkan buah-buahan ini tidak hanya ke seluruh Italia, tetapi juga ke seluruh Eropa.

Tahan Kekekurangan Air

Di tengah panas musim panas, panen mangga sedang berlangsung penuh. Carla Cassaniti berjalan melalui ladangnya dengan sepasang gunting pemangkas di tangan, memetik buah dari pohon satu per satu.

Seorang Sicilian asli, Cassaniti telah bekerja di Milan sebelum ia memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya 10 tahun yang lalu dan memulai usaha pertaniannya. Cassaniti menjual produknya melalui koperasi yang mengemas buah dengan merek "Mangga Etna."

"Perubahan iklim di Sicily dianggap sebagai peluang untuk bercocok tanam tanaman baru," kata Cassaniti. Meskipun buah-buahan tropis juga membutuhkan air pada tahap awal pertumbuhan, mereka memiliki daya tahan yang baik terhadap kekeringan setelah tanaman sudah dewasa.

Meskipun tahun-tahun terakhir ini merupakan periode pemanasan global, petani di Sicily tetap beradaptasi dengan mengubah jenis tanaman yang mereka budidayakan. Kendati buah-buahan tropis tidak sepenuhnya kebal terhadap suhu ekstrem, variasi produk pertanian dianggap sebagai aset berharga mengingat kondisi cuaca yang terus berubah.

Petani di Sicily percaya menanam buah-buahan eksotis untuk pasar lokal membantu mengurangi impor dari jarak jauh. Di samping itu memiliki dampak lingkungan yang lebih positif.

Namun, ada beberapa risiko, seperti harga produk eksotis yang lebih tinggi daripada jeruk dan lemon, dan hasil pertanian yang lebih rendah per hektar. Selain itu, perubahan iklim yang semakin ekstrem juga dapat memaksa petani pulau ini untuk terus beradaptasi dengan kondisi cuaca yang berubah-ubah. Meskipun begitu, petani di Sicily tetap bangga dengan kebun jeruk dan jeruk mereka yang telah lama menjadi bagian penting dari budaya pertanian di pulau ini. (AFP/Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat