visitaaponce.com

Israel Kembali Bombardir Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza

Israel Kembali Bombardir Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza
Kemenhan Israel merilis foto keberadaan militernya di dalam RS Al-Shifa Gaza.(IDF)

ISRAEL kembali membombardir RS Al-Shifa, rumah sakit terbesar di Gaza, Palestina, pada Kamis (16/11). Serangan yang dilancarkan sejak Rabu (15/11) itu menargetkan lokasi yang dianggap sebagai pusat komando Hamas dalam kompleks RS yang menaungi lebih dari 2.000 warga sipil.

"Kami melakukan operasi yang ditargetkan ke rumah sakit Shifa. Kami terus bergerak maju," kata Mayor Jenderal Yaron Finkelman, kepala operasi militer Israel di Gaza, dalam sebuah unggahan di media sosial.

Kementerian Kesehatan Gaza, yang dikendalikan oleh Hamas, mengatakan pada Kamis (16/11) bahwa buldoser Israel telah menghancurkan bagian pintu masuk selatan rumah sakit.

Baca juga : Kronologi Gencatan Senjata Israel-Hamas dan Pembebasan Sandera

Baik Israel maupun sekutu utamanya, Amerika Serikat (AS), mengatakan bahwa Hamas memiliki pusat komando di bawah kompleks Al-Shifa, yang telah menjadi titik fokus dalam perang yang telah berlangsung selama 40 hari ini.

Kelompok militan Palestina dan para direktur di rumah sakit tersebut membantah tuduhan itu.

Sebelum pasukan Israel pertama kali menyerbu kompleks rumah sakit pada hari Rabu, badan-badan PBB memperkirakan bahwa 2.300 pasien, staf, dan warga sipil yang mengungsi berlindung di Al-Shifa.

Baca juga : Tentara Israel Telanjangi Puluhan Orang di Dalam RS Al Shifa Gaza, Interogasi Paramedis

"Perlindungan bayi yang baru lahir, pasien, staf medis dan semua warga sipil harus mengesampingkan semua kekhawatiran lainnya," kata kepala kemanusiaan PBB Martin Griffiths.

"Rumah sakit bukanlah medan perang,” terangnya.

Namun tentara Israel mengklaim bahwa penyerbuan awal tersebut telah menemukan peralatan militer, senjata, dan juru bicara Daniel Hagari mengambarkan olkasi itu sebagai markas operasional dengan peralatan komunikasi.

Baca juga : Sekjen PBB Mengutuk Serangan Mematikan Terhadap Rumah Sakit Gaza

Seorang jurnalis yang berhubungan dengan AFP, yang terjebak di dalam Al-Shifa, mengatakan bahwa tentara Israel, beberapa di antaranya mengenakan masker, menembak ke udara dan memerintahkan para pemuda untuk menyerah ketika mereka pertama kali menyerbu masuk ke dalam fasilitas tersebut.

"Sekitar 1.000 pria Palestina, dengan tangan di atas kepala, berada di halaman, beberapa di antaranya ditelanjangi oleh tentara Israel yang memeriksa mereka apakah ada senjata atau bahan peledak," kata wartawan itu.

Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa ia telah mengatakan kepada Israel untuk sangat berhati-hati dalam operasi Al-Shifa, namun bersikeras bahwa Hamas telah menempatkan markas besar, senjata dan material di rumah sakit tersebut.

Baca juga : Prancis Mengutuk Serangan ke Rumah Sakit Gaza, Biden Batalkan Kunjungan ke Yordania

Para saksi mata menggambarkan kondisi di dalam rumah sakit itu sangat mengerikan, dengan prosedur medis yang dilakukan tanpa obat bius, keluarga-keluarga yang hanya memiliki sedikit makanan dan air tinggal di koridor-koridor, dan bau busuk mayat yang memenuhi udara.

Israel melancarkan serangan ke Gaza sebagai pembalasan atas serangan brutal Hamas pada 7 Oktober, yang menewaskan 1.200 orang, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil

Dengan pihak berwenang yang dikuasai Hamas mengklaim bahwa jumlah korban tewas akibat serangan tersebut telah mencapai 11.500 orang, termasuk ribuan anak-anak, seruan untuk melakukan gencatan senjata semakin meningkat.

Baca juga : PBB Ingatkan Ledakan Kematian Anak Gaza karena Bencana Kelaparan

 

PBB loloskan resolusi jeda kemanusiaan di Gaza

Dewan Keamanan PBB pada Rabu (15/11) mengesampingkan perdebatan yang rumit mengenai konflik tersebut dan mengesahkan sebuah resolusi yang menyerukan jeda kemanusiaan yang mendesak dan diperpanjang dalam pertempuran.

Resolusi yang disahkan dengan pilihan abstain dari Amerika Serikat, Inggris dan Rusia itu menyerukan kepada Hamas dan Israel untuk melindungi warga sipil, terutama anak-anak.

Situasi di rumah sakit-rumah sakit lain di Gaza juga mengerikan, dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa 22 dari 36 rumah sakit tidak berfungsi karena kurangnya bahan bakar generator, kerusakan atau pertempuran.

Baca juga : AS Ingin Gencatan Senjata Sementara di Gaza, Hamas Ogah

 

7 Paramedis Yordania kena bom Israel

Pemerintah Yordania mengatakan sebuah pemboman Israel di dekat rumah sakit lapangannya di Gaza utara telah melukai tujuh stafnya.

Kementerian Luar Negeri Amman mengatakan akan menyelidiki dan mengambil langkah-langkah hukum dan politik yang diperlukan untuk melawan kejahatan keji ini.

Baca juga : Tekanan Dunia pada Israel Meningkat, Setelah Pembantaian di Rafah

Israel telah menyetujui penghentian sementara pertempuran di tingkat lokal, namun menolak seruan internasional untuk gencatan senjata yang lebih luas.

Jajak pendapat di Israel menunjukkan dukungan publik yang luas terhadap aksi militer terhadap Hamas menyusul serangan 7 Oktober.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa tidak ada tempat yang aman bagi militan Hamas dan tidak ada tempat di Gaza yang tidak akan dijangkau oleh tentara.

Baca juga : Raja Yordania Desak Gencatan Senjata Gaza yang Berlangsung dalam Pembicaraan dengan Biden

"Mereka mengatakan kepada kami bahwa kami tidak akan mencapai pinggiran Kota Gaza dan kami berhasil, mereka mengatakan kepada kami bahwa kami tidak akan memasuki Al-Shifa dan kami berhasil," katanya.

Namun Netanyahu, yang telah memimpin Israel selama 16 tahun, berada di bawah tekanan domestik yang kuat untuk mempertanggungjawabkan kegagalan politik dan keamanan yang mungkin telah menyebabkan serangan terburuk dalam sejarah negaranya.

Para pengunjuk rasa telah turun ke jalan menuntut lebih banyak hal yang harus dilakukan untuk membebaskan sekitar 240 sandera yang diculik oleh Hamas pada tanggal 7 Oktober.

Baca juga : Hamas Ingatkan Serbuan Israel di Rafah Berakibat Puluhan Ribu Tewas

 

Joe Biden masih berharap pembebasan sandera

Berbicara kepada para wartawan pada hari Rabu, Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa ia sedikit berharap akan ada kesepakatan untuk membebaskan para sandera.

"Saya tidak ingin terlalu banyak bicara karena saya tidak tahu apa yang telah terjadi dalam empat jam terakhir, tetapi kami telah mendapatkan kerja sama yang baik dari pihak Qatar," katanya ketika ditanya tentang kemajuan dalam membebaskan para sandera.

Baca juga : Menlu AS Blinken Mengatakan Masih 'Ruang untuk Kesepakatan' Terkait Sandera Gaza

Qatar, yang menjadi tuan rumah kantor politik Hamas dan juga memiliki hubungan diplomatik di belakang layar dengan Israel, telah memimpin negosiasi untuk pembebasan para sandera.

 

Oposisi Israel desak Netanyahu mundur

Di Israel, setelah perang di Gaza berakhir, sebuah perhitungan politik diperkirakan akan terjadi.

Baca juga : Indonesia Harap AS Tak Lagi Veto Resolusi Gencatan Senjata di Gaza

Pemimpin oposisi Israel Yair Lapid pada hari Rabu menyerukan agar perhitungan tersebut dilakukan lebih cepat, dan menuntut agar Netanyahu mundur.

"Netanyahu harus segera mundur," katanya kepada saluran N12 Israel.

"Kami membutuhkan perubahan, Netanyahu tidak bisa tetap menjadi perdana menteri,” tegasnya

"Kita tidak bisa membiarkan diri kita melakukan kampanye panjang di bawah Perdana Menteri yang telah kehilangan kepercayaan rakyat,” pungkasnya (AFP/Z-4)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat