Kim Jong Un Ingin Korea Selatan Jadi Musuh Utama
![Kim Jong Un Ingin Korea Selatan Jadi Musuh Utama](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/01/9f651d061481755b78f393c91a4f32b4.jpg)
PEMIMPIN Korea Utara Kim Jong-un, mengeluarkan seruan untuk melakukan amandemen konstitusi negara pada Senin (15/1). Tujuannya mengubah status Korea Selatan menjadi negara terpisah dan musuh utama Pyongyang.
Berdasarkan laporan dari media pemerintah Korut, Korean Central News Agency (KCNA), Kim Jong-un juga memperingatkan bahwa negaranya tidak berkeinginan untuk terlibat dalam perang. Namun dia mengaku tidak akan menghindarinya.
Dalam pidato di Majelis Rakyat Tertinggi, parlemen Korea Utara, Kim Jong-un menyimpulkan bahwa reunifikasi dengan Korea Selatan tidak lagi dianggap sebagai opsi yang dapat diwujudkan.
Baca juga: Kim Jong Un Ancam 'Menghancurkan' Korea Selatan
Ia juga menuduh Korea Selatan selama ini berusaha meruntuhkan rezim Kim di Korea Utara. "Kami tidak menginginkan perang, tetapi kami tidak berniat menghindarinya,” kata Kim Jong-un.
Sebagai langkah konkret, tiga organisasi yang bertanggung jawab atas penyatuan (unifikasi) dan pariwisata antar-Korea akan ditutup, lapor KCNA. Baru-baru ini, situasi di Semenanjung Korea semakin memanas.
Hal tersebut ditandai dengan serangkaian uji coba rudal. Beberapa analis mempertimbangkan bahwa kementerian luar negeri Korea Utara dapat mengambil alih pengelolaan hubungan dengan Seoul.
Baca juga: Kim Jong Un Persiapkan Perang Hadapi Korsel dan AS
Dengan begitu, Korea Utara dapat memiliki justifikasi untuk menggunakan senjata nuklir dalam skenario perang di masa mendatang. Dalam sebuah laporan dari 38 North yang berbasis di Amerika Serikat (AS) pekan lalu, mantan pejabat Kemenlu Robert Carlin dan ilmuwan nuklir Siegfried Hecker mengatakan mereka melihat situasi di Semenanjung Korea lebih berbahaya dibandingkan awal Juni 1950.
"Itu mungkin terdengar terlalu dramatis, tapi kami yakin, seperti kakeknya di tahun 1950, Kim Jong-un telah membuat keputusan strategis untuk berperang," katanya.
Dia mengaku tidak tahu kapan atau bagaimana Kim melakukan aksinya. Namun provokasi Pyongyang saat ini jauh lebih berbahaya melebihi peringatan rutin di Washington, Seoul, dan Tokyo.
Namun, pengamat lain lebih optimistis dan mengatakan bahwa perubahan tersebut mencerminkan kenyataan dan mungkin membantu kedua Korea pada akhirnya menormalisasi hubungan. (MalayMail/Z-10)
Terkini Lainnya
BKPM: Indonesia Negara Pertama Bangun Ekosistem Baterai Mobil Terintegrasi
Moon Ga Young Teken Kontrak dengan Agensi Baru
Kementan Melepas Ekspor Ubi Jalar ke Jepang dan Korea Selatan
BRIN-Korea Selatan Jajaki Kerja Sama Pengembangan MRI di Indonesia
Nihil WNI Jadi Korban Tabrak Massal di Korea Selatan
Amerika Serikat Kecam Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara
Korea Utara Gelar Pertemuan Plenari Partai Pekerja Korea Bahas Kerja Sama dengan Rusia
Putin Ancam Korsel untuk Tidak Membantu Pasokan Senjata ke Ukraina
Tiongkok tak Peduli Kerja Sama Rusia dan Korea Utara
Hadiahi Limosin Aurus, Putin Sopiri Kim Jong Un Keliling Pyongyang
Putin dan Kim Jong Un Sepakat Saling Bantu Melawan Agresi
Kerja Sama Rusia-Korea Utara Berdasarkan Prinsip Kesetaraan dan Persahabatan Jangka Panjang
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap