visitaaponce.com

PBB Krisis Iklim dan Pangan Picu Kelaparan serta Kerusuhan

PBB: Krisis Iklim dan Pangan Picu Kelaparan serta Kerusuhan
Warga Palestina yang melarikan diri dari jalur utara berjalan di jalan Salaheddine di distrik Zeitoun, pinggiran selatan Kota Gaza.(AFP/Mahmud Hams)

PBB memperingatkan bahwa kekacauan iklim dan krisis pangan semakin meningkatkan ancaman perdamaian global. Krisis iklim membahayakan produksi pangan dan perut kosong memicu kerusuhan.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengatasi dampak kekurangan pangan dan kenaikan suhu. "Iklim dan konflik menjadi dua pendorong utama krisis pangan global (kita)," katanya.

Saat perang berkecamuk, kata dia, kelaparan merajalela karena perpindahan penduduk, kehancuran pertanian, kerusakan infrastruktur, atau kebijakan penolakan yang disengaja. "Sementara itu, kekacauan iklim membahayakan produksi pangan di seluruh dunia," katanya.

Baca juga : Saudi Peringatkan Bencana Kemanusiaan jika Israel Deportasi Warga Rafah Palestina

Guterres mengatakan dunia penuh dengan contoh hubungan buruk antara kelaparan dan konflik. Anak-anak Palestina menunggu untuk menerima makanan yang dimasak oleh dapur amal di tengah kekurangan pasokan makanan.

Di Gaza yang dilanda perang, katanya, tidak ada seorang pun yang punya cukup makanan dan wilayah kecil ini menyumbang 80% dari 700 ribu orang paling kelaparan di dunia. Setelah lebih dari satu dekade perang di Suriah, katanya, 13 juta warga Suriah tidur dalam keadaan lapar setiap malam.

Sementara di Myanmar, katanya, prospek untuk mengakhiri kelaparan sudah tidak ada lagi karena konflik dan ketidakstabilan. Ketua Iklim PBB Simon Stiell mengatakan kepada dewan bahwa perubahan iklim berkontribusi terhadap kerawanan pangan dan konflik.

Baca juga : PBB Perkirakan 17.000 Anak Gaza Terpisah dari Orangtua

Dia mengatakan satu dari 10 orang di dunia saat ini sudah menderita kelaparan kronis. Jika perubahan iklim semakin cepat, hal ini akan menjadi lebih buruk. "Tindakan yang cepat dan berkelanjutan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan ketahanan diperlukan saat ini untuk membantu menghentikan hal-hal tersebut agar tidak menjadi tidak terkendali," kata Stiell.

Sekretaris Eksekutif Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim PBB itu juga mengatakan Dewan Keamanan harus banyak yang dilakukan daripada berharap. Badan PBB yang paling berkuasa ini harus meminta pembaruan berkala mengenai risiko keamanan iklim. 

Wakil Direktur Organisasi Pangan dan Pertanian PBB Beth Bechdol mengatakan bukti ilmiahnya jelas bahwa perubahan iklim membahayakan ketahanan pangan. "Dampaknya merupakan ancaman yang semakin besar terhadap perdamaian dan keamanan internasional,” ujarnya.

Baca juga : Inggris Berencana Akui Negara Palestina termasuk di PBB

Dia mengulangi peringatan lama bahwa tidak ada ketahanan pangan tanpa perdamaian dan tidak ada perdamaian tanpa ketahanan pangan. Bechdol mengatakan 258 juta orang di 58 negara menghadapi tingkat kerawanan pangan yang tinggi dan lebih dari dua pertiga dari mereka 174 juta orang berada pada tingkat kelaparan yang tinggi karena iklim dan konflik.

"Meskipun tidak ada hubungan sebab akibat langsung antara keduanya, terdapat bukti jelas bahwa perubahan iklim meningkatkan risiko dan pemicu konflik dan ketidakstabilan, seperti sengketa tanah dan air," kata Bechdol. Sebagai contoh hubungan kompleks antara perubahan iklim dan konflik, ia menunjuk pada para penggembala di Afrika Barat dan Tengah yang dengan damai melintasi perbatasan dengan ternak mereka untuk mencari air dan padang rumput selama bertahun-tahun.

Namun perubahan iklim, tekanan lingkungan, dan keamanan telah menyebabkan meningkatnya ketegangan serta persaingan petani dan peternak. Mereka saling berebut untuk mendapatkan sumber daya yang langka termasuk air dan tanah.

Baca juga : Apa itu Keputusan Sela Sidang Dugaan Genosida Gaza oleh Israel?

Bechdol menekankan bahwa perubahan iklim dan konflik tidak hanya berdampak pada peternakan tetapi juga produksi tanaman, perikanan, dan kehutanan yang terkait erat dan tidak dapat dipisahkan dengan perubahan iklim. Dia mendesak PBB dan negara-negara lain untuk fokus pada pertanian sebagai solusi utama terhadap meningkatnya ancaman perubahan iklim, konflik, dan dampaknya terhadap ketahanan pangan.

Presiden Guyana Mohamed Irfaan Ali, yang negaranya menjabat sebagai presiden dewan bulan ini dan memimpin pertemuan tersebut, menggunakan isu dampak perubahan iklim dan konflik bersenjata di berbagai panggung internasional. Sekitar 90 negara diperkirakan berbicara selama dua hari. "Konflik ialah penyebab utama kerawanan pangan akut di Afrika dan hal yang sama juga terjadi di Haiti," kata Ali.

Ia menambahkan bahwa perang di Gaza menyebabkan berton-ton emisi karbon ke atmosfer. "Dewan Keamanan harus mempertimbangkan dampak konsekuensial terhadap ketahanan pangan dan iklim dalam mengatasi isu-isu konflik dan perang," katanya.

Baca juga : 20 Warga Gaza Tewas Ditembak Israel saat Tunggu Truk Bantuan

Menurut dia masalah-masalah ini terkait erat dengan supremasi hukum, demokrasi, dan pemerintahan. Namun Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia, yang negaranya memegang hak veto di Dewan Keamanan, menegaskan kembali posisi lama Moskow bahwa tidak ada hubungan langsung antara masalah sosial dan ekonomi.

Sebaliknya, Nebenzia menyalahkan negara-negara bekas kolonial Barat dan Amerika Serikat sebagai akar penyebab permasalahan yang dihadapi negara-negara berkembang di Afrika dan negara-negara lain saat ini. Dia mengatakan mereka terus menyedot sumber daya dari bekas koloni dan mengambil tindakan militer terhadap negara-negara berdaulat yang bermasalah untuk menghancurkan negara mereka yang merujuk pada bekas Yugoslavia, Libia, Afghanistan, Irak, dan Suriah. "Praktik neokolonialisme ialah penyebab sebenarnya dari kesulitan sosio-ekonomi yang dihadapi negara-negara berkembang," katanya. (CNA/Z-2)

Baca juga : Dua Ibu di Jalur Gaza Dibunuh Israel setiap Satu Jam

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat