visitaaponce.com

Pesimisme Bayangi Pemilihan Legislatif 2024 xdi Iran

Pesimisme Bayangi Pemilihan Legislatif 2024 xdi Iran
Pileg Iran 2024 dibayangi pestimistis warga(AFP)

RAKYAT Iran diminta memberikan suara dalam pemilihan legislatif pada Jumat (1/3). Pesta demokrasi ini digelar di tengah kekhawatiran rendahnya partisipasi publik sebagai pemilih.

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyerukan pesan tersebut. Dia memberikan contoh dengan memberikan suara setelah pemungutan suara dibuka di Teheran.

Pemilu tersebut adalah yang pertama di Iran sejak protes meluas meletus setelah kematian Mahsa Amini dalam tahanan. Dia ditangkap atas dugaan pelanggaran aturan berpakaian ketat bagi perempuan di negara tersebut.

Baca juga : Pemilu Iran Mulai Digelar

Sejak pemilu terakhir, Iran juga terkena dampak buruk sanksi internasional yang berujung pada krisis ekonomi. Lebih dari 61 juta orang dari 85 juta penduduk Iran memiliki hak pilih di Majelis Ahli, badan yang bertugas memilih pemimpin tertinggi Iran.

Namun ada kekhawatiran akan rendahnya jumlah pemilih yang berpartisipasi, setelah jajak pendapat saluran televisi pemerintah menunjukkan lebih dari separuh responden tidak peduli terhadap pemilu.

"Misalkan saya memilih: apa yang akan berubah? Mereka (pejabat terpilih) tidak menepati janji mereka, " kata seorang remaja berusia 21 tahun dari provinsi Kurdistan barat yang hanya menyebutkan namanya sebagai Hanna.

Baca juga : Jalin Komunikasi Lintas Partai, PDIP: Hak Angket sedang Diproses

Komentarnya juga diamini oleh Hashem, pria berusia 32 tahun dari provinsi barat daya Khuzestan. “Masalah pemilu adalah masyarakat tidak senang dengan sistem ini karena situasi politik dan ekonomi,” katanya.

Pemilih lainnya, Moradiani dari Teheran selatan, mengatakan dia akan memperhatikan seruan Khamenei untuk memilih.

“Pemimpin mengatakan bahwa berpartisipasi dalam pemilu adalah suatu kewajiban. Seperti halnya wajib bagi kita untuk berdoa," tambahnya.

Baca juga : Satu Pemilih di London Bawa Pulang Surat Suara Untuk Kenang-kenangan

Pemungutan suara ditutup pada tengah malam, setelah jam pemungutan suara diperpanjang beberapa kali pada siang hari, kantor berita resmi IRNA melaporkan.

Pemilu parlemen terakhir Iran pada 2020 menghasilkan jumlah pemilih sebesar 42,57% atau yang terendah sejak Revolusi Islam 1979.

Juru Bicara Dewan Wali Hadi Tahan Nazif menyuarakan optimismenya mengenai jumlah pemilih pada Jumat (1/3), dan mengatakan bahwa hasilnya bahkan lebih baik dibandingkan empat tahun lalu.

Baca juga : Pemilu Susulan di Demak, Pj Gubernur Jateng Sebut Partisipasi Pemilih Tinggi

Sementara Khamenei meminta masyarakat untuk memilih, dengan mengatakan dunia menonton perhelatan pemilu di Iran. "Di seluruh penjuru mengamati urusan negara kita yang membuat teman-teman (Iran) senang dan para musuh kecewa. Mereka yang menyaksikan, katanya, termasuk Amerika Serikat, sebagian besar negara Eropa, Zionis jahat, kapitalis, dan perusahaan besar," paparnya.

Iran menganggap Amerika Serikat (AS), sekutu-sekutu Baratnya, dan Israel sebagai musuh negaranya dan menuduh mereka berusaha campur tangan dalam urusan dalam negeri Iran. Menjelang pemilu, Amerika Serikat mengatakan hal itu tidak adil.

"Saya tidak berharap pemilu di Iran akan berlangsung bebas dan adil, dan saya menduga sebagian besar warga Iran tidak memiliki ekspektasi bahwa pemilu tersebut akan berlangsung bebas dan adil," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller kepada wartawan di Washington.

Baca juga : 2 Warga Palangka Raya Ditangkap karena Pakai DPT Orang, Upahnya Rp100 Ribu Tiap TPS

Calon anggota parlemen diperiksa oleh Dewan Penjaga, yang anggotanya ditunjuk atau disetujui oleh pemimpin tertinggi. Mereka telah menyetujui total 15.200 calon dari hampir 49 ribu yang mendaftarkan diri, untuk memperebutkan 290 kursi.

Kelompok konservatif dan ultra-konservatif, yang memegang 232 dari 290 kursi di parlemen 2020 setelah kandidat reformis dan moderat didiskualifikasi dari pencalonan diperkirakan akan mendominasi.

Sebuah koalisi partai yang disebut Front Reformasi mengatakan pihaknya tidak akan mengambil bagian dalam pemilu yang tidak berarti, tidak kompetitif dan tidak efektif.

Baca juga : Cara Pantau Pergerakan Hasil Pemilu 2024 di Website KPU

Mantan presiden Iran, Mohammad Khatami yang reformis, dikutip pada bulan Februari oleh harian konservatif Javan mengatakan bahwa Iran sangat jauh dari pemilu yang bebas dan kompetitif.

Kaum konservatif juga diperkirakan akan mempertahankan cengkeramannya pada Majelis Ahli, sebuah badan yang beranggotakan 88 orang yang secara eksklusif terdiri dari cendekiawan Islam laki-laki. Sebanyak 144 kandidat mencalonkan diri namun banyak calon yang didiskualifikasi, termasuk mantan presiden moderat Hassan Rouhani.

Sementara itu, perang Israel-Hamas telah meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut, dengan kelompok-kelompok pro-Teheran di Lebanon, Irak, Suriah dan Yaman semuanya terlibat dalam bentrokan dengan Israel atau sekutu Baratnya.

Baca juga : PPP Lolos Parlemen, Mardiono: Kita Kawal Rekapitulasi Hingga Tuntas

Pemilu ini juga berlangsung di tengah sanksi internasional yang melumpuhkan dan meningkatnya kesulitan ekonomi di Iran, di mana inflasi berada pada kisaran 50% dan nilai tukar riil terhadap dolar merosot tajam.

“Harganya sangat tinggi dan terus meningkat. Saya kira wakil-wakil yang terpilih tidak akan mampu memperbaiki situasi ini,” kata Masoumeh, seorang ibu rumah tangga berusia 40 tahun, di Grand Bazaar Teheran menjelang pemungutan suara.

(France24/Z-10)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat