visitaaponce.com

Waduh Obat untuk Penurunan Berat Badan dan Diabetes Picu Masalah Lambung

Waduh! Obat untuk Penurunan Berat Badan dan Diabetes Picu Masalah Lambung
Penelitian terbaru menunjukkan obat untuk mengatasi diabetes dan obesitas, dapat meningkatkan risiko kelumpuhan lambung (gastroparesis). (freepik)

OBAT yang populer untuk mengatasi diabetes dan obesitas ternyata bisa meningkatkan risiko masalah lambung yang langka tapi serius, menurut data terbaru dari para peneliti.

Dari tiga studi baru yang melibatkan banyak pasien, ditemukan risiko terkena kelumpuhan lambung (gastroparesis) lebih tinggi pada orang yang menggunakan obat agonis GLP-1 dibandingkan mereka yang tidak.

Studi-studi ini belum ditinjau para ahli lain atau dipublikasikan dalam jurnal medis, jadi data ini masih awal. Dua studi dipresentasikan di konferensi medis Digestive Disease Week 2024 di Washington, Sabtu, dan studi ketiga akan dipresentasikan, Senin.

Baca juga : Hati-hati ! Bekerja Sampai Larut Malam Bisa Berisiko Diabetes dan Obesitas

Obat-obatan agonis GLP-1, seperti Wegovy dan Zepbound, sangat diminati karena efektif untuk menurunkan berat badan. Dalam uji klinis, obat-obatan ini membantu orang menurunkan setidaknya 10% dari berat badan awal mereka. Selain itu, obat-obatan ini juga bermanfaat untuk kesehatan jantung. Perusahaan farmasi Novo Nordisk melaporkan 25.000 orang di AS mulai menggunakan Wegovy setiap minggu.

Obat-obatan ini mengurangi rasa lapar dengan memperlambat pergerakan makanan di lambung, membantu tubuh melepaskan lebih banyak insulin, serta mengirim sinyal ke otak untuk mengurangi keinginan makan.

Namun, pada beberapa orang, obat-obatan ini bisa menyebabkan mual yang parah, yang memerlukan perhatian medis. Obat ini juga bisa memperlambat kerja lambung, yang terlihat dalam tes medis sebagai kondisi yang disebut gastroparesis.

Baca juga : Sistem Pangan Buruk Tambah Biaya Tersembunyi Sebesar US$10 Triliun

Kebanyakan dokter mengatakan gastroparesis akan membaik setelah penghentian obat. Namun, ada beberapa orang yang masih mengalami masalah ini bahkan berbulan-bulan setelah berhenti menggunakan obat, yang berdampak pada kualitas hidup mereka.

Apa Itu Gastroparesis?

Gastroparesis adalah kondisi medis di mana otot-otot lambung melemah, sehingga mengganggu motilitas atau gerakan spontan (peristaltik) di perut. Akibatnya, pengosongan lambung menjadi terhambat, yang mempengaruhi proses pencernaan dan pengolahan makanan.

Gastroparesis dapat terjadi pada siapa saja, tetapi lebih sering dialami perempuan dewasa dan paruh baya. Selain itu, penderita diabetes juga memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan otot lambung ini.

Baca juga : Penelitian: Obat Diabetes Murah Ini Bisa Turunkan Risiko Long Covid

Risiko Gastroparesis

Studi-studi baru menunjukkan meskipun jarang, risiko ini konsisten. Orang yang menggunakan obat GLP-1 memiliki risiko sekitar 50% lebih tinggi untuk didiagnosis dengan gastroparesis dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan obat ini.

Salah satu studi dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit Universitas Cleveland, menggunakan data dari database TriNetX yang mencakup jutaan catatan pasien dari 80 organisasi perawatan kesehatan. Studi ini melibatkan lebih dari 286.000 pasien obesitas yang tidak memiliki diagnosis diabetes atau gastroparesis sebelum menggunakan obat GLP-1.

Studi kedua dilakukan peneliti di Universitas Kansas menggunakan data dari hampir 300.000 pasien dalam database TriNetX. Hasilnya menunjukkan orang yang menggunakan obat GLP-1 memiliki risiko 66% lebih tinggi untuk didiagnosis dengan gastroparesis dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan obat ini. Sekitar 0,53% pasien yang menggunakan obat GLP-1 didiagnosis dengan kelumpuhan lambung.

Orang yang menggunakan obat GLP-1 juga lebih mungkin mengalami mual, muntah, atau penyakit refluks asam lambung (GERD), dan mungkin perlu menggunakan obat tambahan untuk mengatasinya. Mereka juga lebih mungkin menjalani operasi pengangkatan kandung empedu dan mengalami pankreatitis akibat obat.

"Meskipun obat-obatan ini efektif dan penting dalam pengobatan, penting untuk diingat bahwa penggunaannya bisa menyebabkan efek samping pada saluran pencernaan," kata Dr. Prateek Sharma, penulis salah satu studi.  (CNN/Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat