Ribuan Petani Irigasi Cengklik Ratapi Ribuan Ha Tanaman Padi
![Ribuan Petani Irigasi Cengklik Ratapi Ribuan Ha Tanaman Padi](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2020/07/53acc670759c2fa5a1b0a849ef53d0cf.jpg)
Para petani irigasi teknis Waduk Cengklik, Ngemplak, Boyolali meratapi ribuan hektare tanaman padi MT (musim tanam) II milik mereka yang diserang hama wereng, dan sulit diselamatkan. Sebagian petani terpaksa memanen dini, karena padi sudah berumur lebih dari 70 hari, dan tidak ingin gagal total.
"Ya, kerugian petani besar sekali. Karena dalam kondisi normal hasil panen per hektare rata rata bisa mencapai 7 ton-8 ton, dengan uang minimal Rp30 juta. Dengan serangan wereng ini, paling yang bisa diselamatkan hanya sekitar 15%," tegas Ketua Gabungan Paguyuban Petani Pengguna Air (GP3A) Waduk Cengklik, Samidi yang diamini dua anggotanya, Surya dan Yatin di Desa Donohudan, Ngemplak, Rabu (29/7).
Dengan sergapan hama wereng sangat masif yang menimpa ribuan hektare tanaman padi di belasan desa wilayah Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali itu, petani hanya dapat pasrah. Langkah penyemprotan dari Dinas Pertanian Boyolali maupun inisiatif petani sudah tidak mampu menolong lagi.
Baca Juga: Hama Wereng Merebak di Klaten
Menurut dia, serangan hama wereng di hamparan padi irigasi teknis di 17 desa wilayah Kecamatab Ngemplak ini sangat mengejutkan. Karena sudah lebih 10 tahun, terhindar dari amukan hama, khususnya wereng. Bahkan hamparan padi di Desa Giriroto yang menjadi asal tumpah darah Presiden Jokowi pun, juga sulit diselamatkan.
''Ya ini karena lengahnya PPL (petugas penyuluh lapangan) dan PPH (petugas pengamat hama) yang jarang ke lapangan. Petani sudah mengeluhkan, dan bahkan minta penyemprotan, namun petugas terlambat mengantisipasi. Hama wereng sangat cepat berpindah dan menyerang secara merata," imbuh tokoh petani Ngemplak ini sekali lagi.
Terkait asuransi usaha tani padi (AUTP), baik Samidi maupun dua anggotanya, yakni Surya dari Desa Dibal dan Yatin dari Donohudan mengaku pesimistis. Hal ini ditegaskan bukan karena apriori, namun petugas asuransi sering terlambat datang terkait laporan padi rusak atau puso karena hama atau bencana, dan kadang membuat alasan beda, sehingga petani kesulitan mendapatkan klaim asuransi.
Baca Juga: Atasi Hama Padi, Serdang Bedagai Gerdal Wereng
"Ya tadinya cukup banyak petani yang masuk menjadi anggota AUTP. Tapi karena banyak hal yang sulit dimengerti petani, di samping birokrasi pengurusan asuransi, akhirnya petani di wilayah Ngemplak ini tidak semua ikut, " tandas dia.
Di samping serangan hama wereng, Samidi selaku yang dituakan dalam organisasi GP3A Waduk Cengklik juga berharap, pemerintah lebih serius memperhatikan kebutuhan petani dalam kemanfaat air irigasi.
Sebab, lanjut dia, kondisi waduk tua peninggalan Belanda ini sudah tidak lagi maksimal mengoncori air ke hamparan sawah di 17 desa yang menjadi penerima manfaat. Penyebab utamanya adalah pendangkalan atau sedimentasi yang parah, hingga kapasitas waduk yang tadinya bisa terisi 17,5 juta meter kubik itu, kini hanya tinggal 5 juta m3 lebih sedikit.
''Harus ada pengerukan yang maksimal, jika tidak ya sawah yang paling jauh, seperti Desa Giriroto yang merupakan desa tempat orang tua Jokowi, tidak akan kebagian air. Meski di sana ada embung senilai puluhan miliar juga tidak akan mencukupi pengairan sawah, " paparnya.
Pihak GP3A Waduk Cengklik sudah berulangkali mengajukan usulan kepada Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) dan juga Pemkab Boyolali, namun belum mendapatkan perhatian serius. Pernah dikeruk, tapi tidak lebih untuk perbaikan tanggul.
Para petani irigasi teknis Waduk Cengklik juga pernah memprotes pemerintah, ketika ada rencana pemanfaatan air baku untuk minum. Terlebih daya tampung air waduk yang sudah banyak menyusut, dan petani semakin sulit mendapatkan secara memadai, sehingga dikhawatirkan rencana pengambilan air baku akan menyengsarakan.
''Memang petani bisa membuat sumur pantek, tapi ini jelas memberatkan petani karena ongkos produksi menjadi berlipat lipat. Karena itu, para petani berharap pemerintah bisa memperhatikan curhat petani. Pokoknya petani siap membantu ketahanan pangan, dan pemerintah mengurus infrastruktur pertanian dengan baik, " pungkas Samidi yang diamini sejumlah petani yang berkumpul di warung pinggir sawah Donohudan. (WJ/OL-10)
Terkini Lainnya
Pastikan Produksi Aman, Kementan Tinjau Langsung Padi hingga Tebu di Cirebon
Kotawaringin Timur Siap Jadi Penyangga Pangan IKN
Antisipasi El Nino, Padi Gogo Dikembangkan di Rejang Lebong
100 Ha Tanaman Pangan Dibabat Akibat Gagal Panen
120 Hektare Lahan Sawah Desa Kupang Alami Kekeringan
Tanaman Padi Daerah Tadah Hujan di Klaten Terancam Kekeringan
Puluhan Hektare Sawah di Aceh Terancam Gagal Panen Akibat El Nino
Waduk di Pantura Mengering, Ratusan Hektare Tanaman Pangan Terancam Gagal Panen
Petani Cabai di Aceh Kembali Alami Gagal Panen
Harga Kebutuhan Pokok di Sejumlah Pasar Tradisional Jawa Barat Naik
Antisipasi Gagal Panen saat Musim Kemarau, Petani di Babel Diminta Asuransikan Sawah
137 Hektar Lahan Pertanian di Jawa Tengah Kekeringan
Arti Kemenangan Prabowo Subianto dan Vladimir Putin
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap