Bupati Alor Kasus Kekerasan Seksual tidak Ada Kaitan dengan GMIT
![Bupati Alor: Kasus Kekerasan Seksual tidak Ada Kaitan dengan GMIT](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2022/09/0ad4aead42abcd1ecf4b768896405fae.jpg)
BUPATI Alor Amon Djobo mengharapkan agar kasus dugaan kekerasan seksual yang dilakukan oleh calon pendeta berinisial SAS di kabupaten setempat tidak dikaitkan dengan Majelis Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) karena murni perbuatan pribadi.
"Masyarakat harus tahu bahwa GMIT menempatkan orang di suatu tempat khususnya di Alor untuk melayani umat gerejani di daerah ini bukan melakukan hal-hal tercela seperti yang sudah terjadi," katanya seperti dikutip Antara di Kupang, Senin (12/9).
Amon menegaskan bahwa apa yang dilakukan oleh SAS kepada 12 korbannya yang didominasi oleh anak-anak remaja usia 13-15 tahun berlangsung sejak Maret 2021 hingga Mei 2022.
Kasus ini terungkap setelah pada 1 September lalu beberapa korban melaporkan SAS ke aparat kepolisian setempat, sehingga langsung
ditangani oleh petugas.
Masyarakat juga diminta agar tidak menggiring kasus itu ke organisasi, karena hal tersebut tidak baik dan dikhawatirkan berdampak lain.
Lebih lanjut, sebagai pimpinan daerah di kabupaten itu, ia sangat menyesalkan hal tersebut terjadi di wilayahnya.
Baca juga: Korban Kekerasan Seksual Calon Pendeta di Alor Bertambah
"Hal ini seharusnya tidak terjadi apalagi perbuatan tersebut terjadi di kompleks gereja," tambah Amon.
Ia pun sangat mendukung proses penegakan hukum terhadap SAS. Dia juga meminta agar semua pihak bisa menghargai proses hukum yang sedang berjalan saat ini.
"Saya harap masyarakat bisa mendukung proses hukum yang sedang dilakukan oleh aparat kepolisian," kata dia.
Sebelumnya, seorang calon pendeta berinisial SAS dilaporkan ke Kepolisian Resor Alor karena diduga melakukan kekerasan seksual terhadap belasan pelajar perempuan berusia 13 sampai 15 tahun di Kabupaten Alor.
Polisi menangkap SAS setelah menerima laporan dari korban. Sebelumnya terdapat enam korban. Namun seiring waktu berjalan, jumlah korban yang melapor semakin bertambah dan kini sudah menjadi 12 orang.
Menurut hasil pemeriksaan sementara, SAS berulang kali melakukan kekerasan seksual terhadap enam pelajar perempuan di kompleks gereja tempat SAS melaksanakan tugas pelayanan sebagai calon pendeta.
SAS dilaporkan melakukan kejahatan tersebut sejak Maret 2021 hingga Mei 2022. Dia juga dilaporkan telah memperdaya dan mengancam korban. (Ant/OL-16)
Terkini Lainnya
Ayah di Alor Ditangkap Karena Aniaya Anak
Insan Bumi Mandiri dan ASEAN Foundation Berdayakan Penenun di Alor NTT
Sebanyak 45 Atlet Paralayang Berlaga di Visit Alor 2023
Rohaniawan Pelaku Pencabulan di Alor Divonis Mati
Polisi Jerat Pelaku Kekerasan Seksual di Alor dengan UU Perlindungan Anak
Thresher Shark Indonesia Lestarikan Hiu Tikus di Perairan Alor
Erupsi Gunung Lewotolok Jangkau 500 Meter di Luar Kawah
Pascapandemi, Nilai Investasi di DPSP Labuan Bajo Capai Rp1 Triliun
Piutang PDAM Wae Mbeliling Tembus Rp2 Milliar, ini Rinciannya
Sepuluh Siswa SMK di Lembata Ikuti Program Magang ke Jepang
Duel Maut di Lembata, Polisi Tahan Pelaku
Rayakan HUT Bhayangkara, Anggota Polda NTT dan TNI Terima Hadiah Handphone dari Kapolda
Setelah Menang Presiden, Pezeshkian Kini Menghadapi Jalan Terjal
Grand Sheikh Al Azhar: Historis dan Misi Perdamaian Dunia
Kiprah Politik Perempuan dalam Pusaran Badai
Program Dokter Asing: Kebutuhan atau Kebingungan?
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap