visitaaponce.com

Libatkan Komunitas, Korem 161 Kupang Gempur Stunting di Desa Terpencil

Libatkan Komunitas, Korem 161 Kupang Gempur Stunting di Desa Terpencil
Kegiatan pelepasan tim gempur stunting Korem 161 menuju desa terpencil, Sabtu (4/3).(MI/Palce)

KOREM 161 Wirasakti Kupang melakukan pengobatan stunting di desa terpencil di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, selama dua hari mulai Sabtu (4/3) hingga Minggu (5/3) besok.

Kegiatan ini melibatkan komunitas offroad Kota Kupang, dan Forum Komunikasi Putra Putri TNI-Polri (FKPPI) XXVI NTT, bertolak menuju Desa Letkole di Kecamatan Amfoang Barat Daya, Kabupaten Kupang, menempuh perjalanan sekitar 137 kilometer atau selama tujuh jam.

Ikut dalam kegiatan gempur di wilayah terpencil ini, Komandan Korem 161 Wirasakti Kupang, Brigjen Febriel Buyung Sikumbang dan Kepala Staf Koresm 161 Wirasakti, Kolonel Simon Petrus Kamlasi.

Iring-iringan 38 kendaraan offroad dan kendaraan milik TNI Angkatan Darat dilepas dari halaman Korem 161 setelah doa bersama. Puluhan kendaraan tersebut mengangkut tenaga medis dan bahan makanan bergizi.

Menurut Brigjen Febriel, pemilihan Desa Letkole sebagai lokasi gempur stunting untuk membantu pemerintah daerah yang saat ini sedang giat-giatnya menangani stunting. Namun, desa terpencil seperti Letkole, masih sulit dijangkau oleh petugas dari dinas kesehatan maupun pihak lain.


Baca juga: Tokoh Muda Papua Dorong Proses Hukum Kasus Wamena


TNI melihat persoalan geografis yang dihadapi pemerintah daerah tersebut. "Karena itu, kami juga ikut terlibat membantu pemerintah dalam menangani permasalahan stunting ini," ujarnya.

Dengan demikian, penanganan stunting di NTT tidak hanya dilakukan oleh pemerintah daerah tetapi juga dibantu oleh TNI. "Makanya hari ini kita dalam upaya mengatasi hal tersebut. Kita tahu bahwa luas wilayah dan kondisi geografis NTT yang luas dan pulau dan masih banyak daerah yang sulit dijangkau dengan kendaraan biasa," ujarnya.

Menurutnya, pelibatan komunitas offroad, selain menyalurkan hobi, juga melakukan kegiatan bermanfaat bagi masyarakat.

Sementara itu, Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Percepatan Penanganan dan Pencegahan Stunting Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Sarah Lery Mboeik mengatakan, prosentase stunting di daerah itu sudah turun menjadi 17,7% pada akhir 2022, jika dibandingkan dengan pada 2018 sebesar 42%. (OL-16)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat