visitaaponce.com

Melalui Literasi Digital, Kemenkominfo Ingatkan Bahaya Pornografi Bagi Anak

Melalui Literasi Digital, Kemenkominfo Ingatkan Bahaya Pornografi Bagi Anak
Program literasi digital nasional sektor pendidikan di Selayar, Sulsel, diikuti peserta sebanyak 2.946 siswa pada Sabtu (3/6),(Ist)

KAMPANYE Gerakan Nasional Literasi Digital di Indonesia yang digagas Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, kali ini menyasar 87 sSD dan SMP di Kabupaten Kepulauan Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel).

Program literasi digital nasional sektor pendidikan wilayah Sulawesi ini, diikuti peserta sebanyak 2.946 siswa pada Sabtu (3/6), dimulai pukul 09.00 sampai dengan 11.00 WITA.

Kegiatan secara nonton bareng (nobar) ini mengangkat tema “Bahaya Pornografi Bagi Perkembangan Otak Anak,” dan digelar dalam rangka meningkatkan tingkat Literasi Digital 50 juta masyarakat Indonesia pada tahun 2024 menuju Indonesia #MakinCakapDigital.

Baca juga: Ratusan Warga Kupang Ikuti Pekan Literasi Digital Kemenkominfo

Berdasarkan laporan HootSuite dan We Are Social, pengguna internet di Indonesia mencapai 204,7 juta jiwa pada Pebruari 2022, atau bertambah 2,1 juta dari tahun sebelumnya. Itu merupakan 73,7% dari total populasi Indonesia, dengan persentase pengguna internet melalui ponsel mencapai 94,1%.

Capaian Literasi Digital Belum Menggembirakan

Namun dari capaian itu tingkat literasi digital belum menggembirakan, ini dilihat dari Survei Indeks Literasi Digital Nasional yang dilakukan oleh Kemenkominfo dan Katadata Insight

Center pada tahun 2021 yang lalu, menunjukkan skor atau tingkat literasi digital masyarakat Indonesia berada di level sedang dengan nilai 3,49 dari 5,00.

Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat Indonesia dengan memanfaatkan teknologi digital secara positif, produktif, dan aman ini, menyuguhkan materi yang didasarkan pada 4 pilar utama literasi digital, yaitu kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.

Baca juga: Literasi Digital, Para Siswa di Jeneponto Ikut Belajar Asyik dengan Google Classroom

Di Kabupaten Kepulauan Selayar, program #literasidigitalkominfo yang digagas Kemenkominfo menampilkan narasumber Kepala Bidang Pengelola Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kepulauan Selayar, Akhmad Yani, S.Pd., MM., yang memaparkan materi Budaya Digital.

Akhmad menjelaskan digitalisasi membuat budaya lokal semakin tertinggal lantaran budaya asing mendominasi ruang digital, kondisi ini mengkhawatirkan masa depan anak-anak.

Fitur Asing Pengaruhi Masa Depan Anak-Anak

Kehadiran fitur-fitur asing di ruang digital, dikatakannya sangat mempengaruhi masa depan anak-anak, hingga memunculkan sikap berkurangnya toleransi, hilangnya batas privasi, juga pelanggaran hak cipta.

“Tantangan selanjutnya adalah hilangnya batas- batas privasi yang sangat penting. Banyak hal yang tidak boleh diungkapkan kepada publik, terutama karena media digital dapat diakses oleh pengguna di seluruh dunia,” kata Akhmad Yani.

Baca juga: Kuasai Literasi Digital untuk Tingkatkan Layanan Publik

Sedangkan Kaprodi Ilmu Komunikasi Universitas Sam Ratulangi Manado yang juga penggiat Japelidi, Dr. Leviana Jackelin Hera Lotulung, M.I.Kom., berbicara terkait Etika Digital.

Menurut Leviana, penting untuk melengkapi diri dengan pengetahuan dasar berinteraksi dan bertransaksi secara elektronik di ruang digital dengan peraturan yang berlaku.

Ia pun menekankan hal itu terhadap sikap fokus pada manfaat positif dunia digital dan menghindari sisi negatifnya seperti jika mendapati konten pornografi untuk segera menghapus tanpa menyebarluaskannya.

“Jika kita menonton pornografi, kita bisa terjebak dalam kebiasaan menonton berulang kali, yang akan berpengaruh pada anak-anak. Ini dapat mempengaruhi proses belajar mengajar di kelas," kata Leviana.

Baca juga: Para Siswa SD dan SMP di Bulukumba Diajak Buat Konten Belajar

"Bahkan bisa menyebabkan mereka kehilangan konsentrasi dan mencari konten lebih lanjut yang mungkin tidak sesuai untuk mereka, seperti kekerasan seksual. Terutama pada masa pubertas di SMP, rasa ingin tahu mereka tinggi, dan hal ini menimbulkan risiko yang lebih besar,” jelasnya.

#literasidigitalkominfo ini diakhiri dengan penuturan Manajer Ceritasantri.id dan Koordinator Media PW Fatayat NU Daerah Istimewa Yogyakarta, Aina Masrurin, tentang materi Keamanan Digital.

Aina menjelaskan bahwa sebuah organisasi perlindungan anak dari eksploitasi seksual online,

ECPAT Indonesia, menemukan kerentanan anak terhadap eksploitasi seksual, di mana terdapat 12.003 responden yang terdiri dari anak-anak dan remaja mengalami pengalaman buruk terkait pornografi.

Dituturkannya, jika mereka menerima konten pornografi melalui pesan percakapan, gambar, video, serta ajakan live streaming yang membahas hal-hal tak senonoh.

“Dalam kasus pornografi anak, fokus keamanan lebih berhubungan dengan melindungi anak secara psikis dan mencegah dampak non-material yang merugikan," jelasnya.

Baca juga: Guru Harus Kuasai Literasi Digital

"Ketika ada ancaman atau tindakan cyber stalking, yang melibatkan penguntitan, pemantauan, atau penyebaran konten yang tidak pantas melalui email atau pesan online, langkah-langkah keamanan harus diambil. Jika terjadi penguntitan atau pesan yang tidak jelas, sebaiknya blokir saja karena kita sedang menjadi sasaran pengawasan,” jelas Aina..

Para peserta berkesempatan mengajukan sejumlah pertanyaan yang dijawab secara langsung pula oleh narasumber pada sesi terakhir webinar, dengan dipandu oleh moderator Yudha.

Informasi lebih lanjut mengenai literasi digital sektor pendidikan dapat diperoleh pada media literasi digital kominfo di info.literasidigital.id atau mengikuti media sosial Literasi Digital Kominfo di Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Literasi Digital Kominfo, dan Youtube @literasidigitalkominfo. (RO/S-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat