visitaaponce.com

Berdayakan Penyandang Disabilitas di Manggarai dengan Keterampilan Membuat Pakan Ternak

Berdayakan Penyandang Disabilitas di Manggarai dengan Keterampilan Membuat Pakan Ternak
Pemberdayaan penyandang disabilitas yang dilakukan Yayasan Ayo Indonesia(MI/Yohannes Manasye)

BERBAGAI upaya pemberdayaan penyandang disabilitas terus dilakukan sejumlah komunitas dan pegiat sosial di Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur.

Pekan lalu, Yayasan Ayo Indonesia (YAI) bersama pegiat sosial Robi Gamar melatih sejumlah penyandang disabilitas untuk membuat pakan babi fermentasi di Rumah Baca Aksara (RBA). 

Project officer Yayasan Ayo Indonesia Jeri Santoso mengatakan pemberdayaan melalui sektor peternakan menjadi salah satu solusi mengingat  penyandang disabilitas kesulitan mengakses pekerjaan-pekerjaan formal. Namun sektor peternakan tentu memiliki tantangannya sendiri, salah satunya penyediaan pakan. 

Baca juga : Kuatkan Akar Gerakan, Komunitas Ibu Profesional Gelar Konferensi Perempuan Indonesia

"Pelatihan (ini bertujuan untuk) meminimalisir tantangan yang mereka hadapi. Tentu dengan harapan ada peningkatan pendapatan sehingga terbentuknya jaring pengaman khususnya dalam hal mata pencaharian," ucap Jeri. 

Sementara itu, pegiat sosial Robi Gamar yang menjadi fasilitator pelatihan mengatakan pakan fermentasi memiliki beberapa kelebihan sehingga memudahkan penyandang disabilitas untuk beternak. 

Antara lain, mudah memperoleh bahan baku karena bersumber dari lingkungan sekitar peternak dan dapat menghemat waktu karena proses pembuatannya tidak lama. 

Baca juga : Pemberdayaan Disabilitas akan Terwujud jika Pendataan Dilakukan dengan Baik

"Bahan-bahan yang bersumber dari lingkungan sekitar tidak perlu dimasak lagi seperti yang dipraktekkan selama ini. Jadi, sangat membantu penyandang disabilitas," kata pria yang juga berprofesi sebagai jurnalis ini. 

Kelebihan lainnya, pakan fermentasi memiliki kualitas yang baik sehingga memudahkan pencernaan dan mempercepat pertumbuhan ternak. Pakan fermentasi juga dapat menekan konflik sosial akibat polusi udara yang muncul dari aroma kotoran. 

"Dengan pakan fermentasi, kandang relatif tidak menyebarkan aroma tak sedap karena amoniak dari kotoran ternak sudah terurai di dalam pencernaan," katanya. 

Baca juga : Kemenkop UKM dan PTI Perkuat Komitmen Bangun Inkubator Bisnis untuk Disabilitas

Proses pelatihan dimulai dari menyiapkan bahan-bahan berupa hijauan dan dedak.  Kemudian dilanjutkan dengan mencacah, menimbang sampai memfermentasi bahan menggunakan tong. 

Selama proses pelatihan, para peserta terlihat antusias. Keterbatasan fisik tak menyurutkan semangat mereka dalam berproses. Adrianus Kari, misalnya. Penyandang tuna netra asal Kecamatan Cibal Barat begitu lincah menggerakkan tangannya untuk mengiris bahan pakan. 

Adri mengaku sudah lama beternak babi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Namun selama menekuni usahanya, ia kesulitan untuk menyediakan pakan berkualitas. 

Baca juga : TipTip Komitmen Berdayakan Kreator Konten dan Komunitas di Indonesia

"Selama ini kan kami mengolah pakan dengan cara yang kurang baik sehingga hasilnya kurang bermutu," ucap Adri. 

Ia pun merasa terbantu dengan pelatihan itu. "Pelatihan ini telah memberikan pengetahuan baru yang lebih praktis untuk menghasilkan pakan berkualitas tinggi," imbuhnya. 

Peserta lainnya, Remigius Mon, mengaku sempat mencari tempat belajar pengolahan pakan fermentasi. Sehingga, ketika ada kegiatan itu, ia sangat antusias. 

Baca juga : Danamon dan Sunyi Academy Bekali Kawan Difabel dengan Pelatihan Barista

Remi berharap pelatihan itu dapat memberikan banyak kemudahan dalam beternak babi sehingga keterbatasan yang dimilikinya tidak lagi menjadi penghambat untuk berkembang dan mandiri. 

"Kami penyandang disabilitas cukup kesulitan biaya hidup. Semoga ke depan dengan pelatihan ini kami bisa memenuhi biaya hidup sendiri," harap Remi. 

Usaha Bisnis Inklusif

Baca juga : Hari Sumpah Pemuda, Universitas Esa Unggul Dukung Pemberdayakan Penyandang Disabilitas

Jeri menambahkan, peserta pelatihan pembuatan pakan fermentasi merupakan penyandang disabilitas yang menjadi sasaran program Kelompok Usaha dan Bisnis Inklusif (KUBIK). KUBIK merupakan program kerja sama YAI dan Netherlands Leprosy Relief (NLR) Indonesia. 

Peserta pelatihan dipilih setelah melalui rangkaian proses yang cukup panjang sejak 2022 lalu. Awalnya tercatat 90 orang penyandang disabilitas di Kabupaten Manggarai. Setelah melewati proses seleksi, kemudian mengerucut jadi 50 orang. 

Selanjutnya, pada tahap pengajuan proposal, terpilih 25 penyandang disabilitas untuk mengikuti pendampingan lebih lanjut berupa pengembangan kegiatan wirausaha termasuk beternak babi. 

"Setelah proses inisiasi dilanjutkan dengan pendampingan usaha sesuai dengan proposal yang mereka ajukan, salah satunya dengan pembuatan pakan fermentasi," pungkas Jeri. (Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat